Profil Ki Manteb Soedharsono, Seniman yang Pecahkan Rekor MURI, Mendalang 24 Jam Tanpa Istirahat
Dalang kondang Ki Manteb Soedharsono (72) meninggal dunia setelah menjalani perawatan di rumah pada Jumat (2/7/2021) pukul 09.45 WIB.
SERAMBINEWS.COM - Dalang kondang Ki Manteb Soedharsono (72) meninggal dunia setelah menjalani perawatan di rumah pada Jumat (2/7/2021) pukul 09.45 WIB.
Ki Manteb sempat di-swab antigen pada Kamis (1/7/2021) pagi dengan hasil positif Covid-19.
Ia meninggal saat menjalani isolasi mandiri di rumah sepulang menghadiri pentas di Jakarta.
Ki Manteb akan dimakamkan secara protokol Covid-19 di tempat pemakaman keluarga Dukuh Suwono, Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar.
Profil Ki Manteb Soedarsono
Pelopor perpaduan seni pedalangan
Ki Manteb lahir di Palur, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah pada 31 Agustus 1948.
Sang ayah adalah seorang dalang yang bernama Ki Hardjo Brahim.
Ki Hardjo Brahim adalah seniman tulen yang tidak memiliki pekerjaan lain kecuali mendalang.
Manteb sebagai putra pertama dididik dengan keras agar bisa menjadi dalang tulen seperti dirinya.
Dikutip dari Tribun Solo, Ki Hardjo sering mengajak Manteb ikut mendalang ketika ia mengadakan pertunjukan.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Sementara itu, ibu Manteb yang juga seorang seniman, penabuh gamelan, lebih suka jika putranya itu memiliki pekerjaan sampingan.
Itulah sebabnya, Manteb pun disekolahkan di STM Manahan, Solo.
Namun sejak kecil Manteb sudah laris sebagai dalang sehingga pendidikannya pun terbengkalai.
Akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti sekolah untuk mendalami karier mendalang.
Belajar pada dalang legendaris Ki Narto Sabdo
Pada tahun 1972, Manteb muda belajar pada dalang legendaris Ki Narto Sabdo utnuk meningkatkan keahliannya.
Ia juga belajar pada Ki Sudarman Gondodarsono yang ahli sabet pada tahun 1974.
Kala itu, sekitar tahun 1970-an hingga 1980-an, dunia pedalangan dikuasai oleh Ki Narto Sabdo dan Ku Anom Suroto.
Jika Ki Narto mahir dalam seni dramatisasi, sedangkan Ki Anom mahir dalam olah suara, maka Ki Manteb memilih untuk mendalami seni menggerakkan wayang, atau yang disebut dengan istilah sabet.
Ki Manteb mengaku hobi menonton film kung fu yang dibintangi Bruce Lee dan Jackie Chan yang kemudian diterapkan dalam pedalangan.
Untuk mendukung keindahan sabet yang dimainkannya, Ki Manteb pun membawa peralatan musik modern ke atas pentas, misalnya tambur, biola, terompet, ataupun simbal.
Pada awalnya hal ini banyak mengundang kritik dari para dalang senior.
Namun tidak sedikit pula yang mendukung inovasi Ki Manteb.
Ki Manteb dalam olah sabet tidak hanya sekadar adegan bertarung saja, tetapi juga meliputi adegan menari, sedih, gembira, terkejut, mengantuk, dan sebagainya.
Selain itu ia juga menciptakan adegan flashback yang sebelumnya hanya dikenal dalam dunia perfilman dan karya sastra saja.
Ia berpendapat jika ingin menjadi dalang sabet yang mahir, maka harus bisa membuat wayang dengan tangannya sendiri.
Rutin gelar pagelaran Banjaran Bima di Jakarta
Walaupun mendalang sejak masih kecil, popularitas Ki Manteb sebagai seniman tingkat nasional diperhitungkan saat ia menggelag pertunjukan Banjaran Bima sebulan sekali selama setahun penuh di Jakarta pada tahun 1987.
Pergelaran tersebut diselenggarakan setiap bulan sebanyak 12 episode sejak kelahiran sampai kematian Bima, tokoh Pandawa.
Pertunjukan Banjaran Bima berawal saat meninggalnya Ki Narto Sabdo pada tahun 1985.
Saat itu seorang penggemar berat Ki Narto yang bernama Soedharko Prawiroyudo sangat kehilangan.
Ia kemudian bertemu dengan Ki Manteb murid dari Ki Narto.
Karena dianggap memiliki kemiripan dengan sang guru, Ki Manteb diundang untuk mendalang di khitanan putra Soedharko.
Sejak itu, hubungan Sudarko dengan Ki Manteb semakin akrab.
Sudarko pun bertindak sebagai promotor pergelaran rutin Banjaran Bima di Jakarta yang dipentaskan oleh Ki Manteb sebulan sekali selama setahun.
Ki Manteb mengaku, Banjaran Bima merupakan tonggak bersejarah dalam hidupnya. Sejak itu namanya semakin terkenal.
Bahkan, pada tahun '90-an, tingkat popularitasnya telah melebihi Ki Anom Suroto, yang juga menjadi kakak angkatnya.
Mendalang selama 24 jam
Ki Manteb mengaku, Banjaran Bima merupakan tonggak bersejarah dalam hidupnya.
Sejak itu namanya semakin terkenal.
Bahkan, pada tahun 1990-an, tingkat popularitasnya telah melebihi Ki Anom Suroto, yang juga menjadi kakak angkatnya.
Pada tanggal 4–5 September 2004, Ki Manteb membuat rekor dengan mendalang 24 jam tanpa henti dengan lakon Baratayudha.
Pertunjukannya ini bertempat di RRI Semarang, Jalan A. Yani 144–146 Semarang.
Berkat pementasannya ini, ia mendapatkan rekor MURI pentas wayang kulit terlama.
Dan hebatnya, meskipun telah mendalang selama 24 jam itu, dokter yang memeriksa kesehatan Ki Manteb setelah pentas menyatakan bahwa kondisi Ki Manteb sangat prima.
Tanggal 5 Januari 2013, Ki Manteb didaulat Dahlan Iskan, yang menjabat Menteri Negara BUMN, untuk melakukan prosesi tolak bala bagi mobil listrik Tucuxi agar terhindar dari fitnah dan marabahaya.
Namun sayang, di daerah Plaosan, Magetan mobil tersebut mengalami kecelakaan.
Dalam kecelakaan itu, Dahlan Iskan selamat.
Mendapat penghargaan dari Presiden Soeharto
Pada tahun 1982 Ki Manteb menjadi juara Pakeliran Padat se-Surakarta.
Prestasi tersebut membuat namanya mulai menanjak.
Tahun 1995 Ki Manteb mendapat penghargaan dari Presiden Soeharto berupa Satya Lencana Kebudayaan.
Pada awal tahun 1998 Ki Manteb menggelar pertunjukkan kolosal di Museum Keprajuritan Taman Mini Indonesia Indah, dengan lakon Rama Tambak.
Pergelaran yang sukses ini mendapat dukungan dari pakar wayang STSI.
Pada tahun 2004 Ki Manteb memecahkan rekor MURI mendalang selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat.
Tahun 2010 penghargaan “Nikkei Asia Prize Award 2010” dalam bidang kebudayaan dianugerahkan kepada Ki Manteb Soedharsono karena kontribusinya yang signifikan bagi kelestarian dan kemajuan kebudayaan Indonesia terutama wayang kulit.
Baca juga: Lagi-lagi, Balon Udara Dibalas Serangan Jet Tempu Israel, Pabrik Senjata Hamas di Jalur Gaza Rusak
Baca juga: Solusi Atasi Obesitas dan Keracunan Regulasi, Kemendagri Ciptakan Aplikasi e-Perda
Baca juga: Polisi Sebar Foto Tahanan yang Kabur ke Seluruh Wilayah Tamiang
TribunSolo.com dengan judul Biodata Ki Manteb Soedharsono: Dalang Kelahiran Sukoharjo yang Meninggal, Murid Ki Narto Sabdo