Vaksin
China Jarang Jawab Kekhawatiran Vaksin Sinovac Lemah Lawan Covid-19, Indonesia Tetap Ngotot Pakai
Rekomendasi penggunaan Sinovac diberikan pada 28 Juni lalu, walaupun kasus infeksi Covid-19 pada nakes yang sudah divaksin Sinovac terus meningkat.
SERAMBINEWS.COM - Perusahaan Sinovac jarang menanggapi pertanyaan mengenai kekhawatiran publik atas efikasi vaksin mereka dan mengatakan pertanyaan mengenai vaksin mereka adalah contoh pandangan anti-China dan laporan selektif.
Sementara itu, Indonesia sendiri sudah memulai tahapan vaksinasi anak usia 12-17 tahun sejak awal Juli kemarin.
Mengutip Reuters, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merekomendasikan penggunaan vaksin Sinovac untuk anak-anak usia 12-17 tahun.
Rekomendasi penggunaan Sinovac diberikan pada 28 Juni lalu, walaupun kasus infeksi Covid-19 pada nakes yang sudah divaksin Sinovac terus meningkat.
Juru bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menerima rekomendasi BPOM dan mengatakan "pemerintah mengundang warga untuk masih menunggu penggunaan darurat vaksin dari BPOM."
• Anak-anak Mulai Disuntik Vaksin Sinovac, Bisa di Sekolah dan Pondok Pesantren
• Aktivis HMI Takengon, Kembali Suarakan Pemekaran Kota Takengon untuk Percepat Pembangunan
Sinovac memang menjadi vaksin utama yang dipakai oleh Indonesia, setelah baru saja menerima sekitar 94 juta dosis baru.
Indonesia juga baru menerima sekitar 10 juta vaksin buatan AstraZeneca dan Sinopharm.
Data Satgas tunjukkan anak berusia 0-18 tahun menyumbang 12.6% infeksi total Covid-19 Indonesia.
Agaknya, kondisi di Indonesia lebih membuat negara lain khawatir, karena justru banyak kiriman bantuan vaksin dari negara lain.
Jumat kemarin akhirnya Menkes Budi Sadikin merencanakan vaksinasi anak usia 12-17 tahun menggunakan vaksin Pfizer dan BioNTech, seperti dikutip dari Reuters.
Jepang dan Amerika Serikat mengirimkan bantuan vaksin AstraZeneca dan Moderna untuk Indonesia.
Bagi China sendiri, vaksin menjadi senjata kunci kebijakan luar negeri mereka selama pandemi ini.
Sering kali China membagikan vaksin murah ke negara lebih miskin yang tidak punya akses ke vaksin 'premium' dan ke negara lain yang mencari vaksin murah.
Untuk beberapa negara contohnya Hungaria, tampaknya harga jadi masalah sehingga mereka memilih vaksin Sinovac daripada Pfizer ataupun AstraZeneca, berbeda dari negara Uni Eropa lainnya.
China terus-terusan membela kualitas vaksin mereka, yang sudah dijual jauh sebelum mereka menyelesaikan tahapan pengujian klinis, dan menghindari praktik publikasi data pengujian klinis di jurnal Barat.