Internasional
Presiden Prancis, China dan Kanselir Jerman Sepakat Lanjutkan Kesepakatan Nuklir Iran 2015
Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden China Xi Jinping sepakat ada "jendela peluang" untuk Iran.
SERAMBINEWS.COM, PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden China Xi Jinping sepakat ada "jendela peluang" untuk Iran.
Yakni, pembicaraan yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, kata kepresidenan Prancis.
Ketiga pemimpin, yang berbicara melalui konferensi video pada Senin (5/7/2021) menyepakati perlunya memajukan negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan sesegera mungkin.
Sehingga, dapat menghindari risiko proliferasi nuklir, kata seorang pejabat tinggi Prancis.
Dia berbicara secara anonim sesuai dengan kebiasaan kepresidenan.
“Kita harus melakukannya sekarang” untuk menghindari ancaman lebih lanjut terhadap stabilitas regional," kata pejabat itu, seperti dilansir AFP.
Baca juga: Iran Batasi Akses Tim IAEA ke Pabrik Nuklir, Dengan Alasan Keamanan, Setelah Serangan Israel
Dia menambahkan pesan itu untuk memberikan dorongan kepada para negosiator setelah berbulan-bulan pembicaraan yang tidak meyakinkan.
Selama enam putaran pembicaraan di Wina, enam negara yang tetap menjadi pihak dalam perjanjian, Rusia, China, Jerman, Prancis, Inggris, dan Irantelah mencoba menyelesaikan masalah.
Tentang bagaimana Amerika Serikat dapat bergabung kembali dan bagaimana Iran dapat kembali patuh. .
Presiden Donald Trump saat itu menarik diri dari perjanjian pada 2018.
Tetapi Presiden Joe Biden menolak pendahulunya dan mengatakan AS ingin kembali ke pakta tersebut.
Putaran terakhir pembicaraan berakhir di Wina pada 20 Juni 2021.
Baca juga: Iran Belum Bersedia Memperpanjang Kesepakatan dengan IAEA, Akses ke Situs Nuklir
Belum jelas kapan pembicaraan akan dilanjutkan.
Kesepakatan 2015 bertujuan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, yang dibantah oleh Teheran.
Prancis dan Jerman mengatakan ketiga pemimpin juga berbicara tentang hubungan antara Uni Eropa dan China.
Mereka membahas perdagangan internasional, perlindungan iklim dan keanekaragaman hayati, serta kerja sama dalam memerangi pandemi Covid-19.(*)