Breaking News

Internasional

Apotek Lebanon Tutup, Krisis Obat Terus Berlanjut Tanpa Akhir

Apotek di Lebanon yang dilanda Krisis Obat memulai mogok tanpa batas pada Jumat (9/7/2021).

Editor: M Nur Pakar
AFP
Sejumlah warga berjalan di depan pintu apotek yang tertutup di ibu kota Lebanon, Beirut, selama pemogokan apotek secara nasional untuk memprotes kekurangan obat yang parah, Jumat (9/7/2021) 

SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Apotek di Lebanon yang dilanda Krisis Obat memulai mogok tanpa batas pada Jumat (9/7/2021).

Mereka mengalami kekurangan obat-obatan ketika negara yang kekurangan uang itu berjuang untuk membayar subsidi impor utama.

Negara ini menghadapi apa yang oleh Bank Dunia disebut sebagai salah satu krisis ekonomi terburuk di dunia sejak tahun 1850-an, dan cadangan mata uang asingnya menipis dengan cepat.

Importir obat pada Minggu (4/7/2021) memperingatkan mereka kehabisan ratusan obat.

Bank Sentral juga gagal membayar pemasok luar negeri jutaan dolar dalam akumulasi iuran di bawah skema subsidi.

Asosiasi pemilik apotek mengumumkan akan ada pemogokan terbuka umum di seluruh Lebanon mulai Jumat (9/7/2021) pagi.

Baca juga: Importir Obat Lebanon Minta Bank Sentral Buka Blokir Dana, Stok Sudah Habis

Ali Safa, anggota asosiasi, mengatakan 80 persen apotek tetap tutup di Beirut dan kota-kota besar lainnya, dan sekitar setengahnya telah melakukannya di daerah lain.

Seorang fotografer AFP mengatakan sebagian besar apotek telah tutup di sepanjang garis pantai padat penduduk di utara Beirut.

Sementara yang lain mengatakan banyak apotek tetap tutup di pinggiran selatan ibu kota.

Beberapa obat telah menghilang dari rak dalam beberapa bulan terakhir.

Nemaksa banyak orang untuk meminta bantuan di media sosial untuk menemukannya, termasuk dari teman dan keluarga di luar negeri.

Warga Beirut, Elie (48) mengatakan dia telah mengunjungi lima apotek awal pekan ini untuk mencari obat untuk mengobati asam urat tinggi.

Baca juga: Orkestra Lebanon Terhuyung-huyung, Banyak Anggota Cari Pekerjaan Baru

"Mereka terus memberi tahu saya bahwa tidak ada yang tersisa, atau bahwa pemasok belum mengirimkan" obat itu, katanya kepada AFP.

Kepala importir obat Karim Gebara mengatakan beberapa obat untuk mengobati penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, kanker dan multiple sclerosis sudah habis.

Dia mengatakan karena bank sentral tidak mengeluarkan dolar, dan importir tidak bisa lagi membuka jalur kredit.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved