Pegiat HAM Masa Konflik Aceh Carmel Budiarjo Tutup Usia
Sebuah kabar duka datang dari TAPOL, organisasi yang berperan mengampanyekan dan mengadvokasi

BANDA ACEH - Sebuah kabar duka datang dari TAPOL, organisasi yang berperan mengampanyekan dan mengadvokasi berbagai dugaan pelanggaran HAM berat di Indonesia.
Carmel Budiarjo, sosok yang sangat berperan dalam memperjuangkan HAM di Indonesia sekaligus pendiri TAPOL, tutup usia pada Sabtu (10/7/2021) pukul 09.00 pagi di London, Inggris.
Kabar meninggalnya Carmel Budiarjo dihembuskan oleh TAPOL melalui akun Facebooknya, Minggu (11/7/2021). "Dengan kesedihan besar, kami sampaikan meninggalnya Carmel Budiarjo, pendiri kami, pada Sabtu pagi pukul 09.00," tulis Tapol seperti dikutip Serambi dalam postingannya di Facebook. Carmel Budiarjo meninggal dunia pada usia 96 tahun.
Kepergiannya adalah sebuah kehilangan besar, termasuk bagi Aceh dan tokoh-tokoh ativisnya.
Bagaimana tidak, bersama dengan Tapol, singkatan dari Tahanan Politik, Carmel sangat konsisten dalam memperjuangkan berbagai permasalahan pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Termasuk permasalahan yang terjadi pada masa konflik di Aceh.
Munawar Liza Zainal, salah satu mantan anggota tim perunding GAM dan wali kota Sabang periode 2007-2012 kepada Serambi, Minggu (11/7/2021), mengatakan, dirinya telah menerima informasi meninggalnya Carmel. Ia juga membagikan informasi yang diperolehnya dalam sebuah postingan melalui akun Facebooknya, Minggu (11/7/2021).
"Tadi pagi, mendapat informasi bahwa ibu Carmel Budiardjo telah meninggal dunia pada Sabtu, pukul 9 pagi waktu London di umur 96 tahun. Kami sangat berduka," tulis pria berusia 47 tahun itu melalui akun Facebooknya dengan menyematkan tangkapan layar postingan kabar duka dari TAPOL.
Dalam postingannya itu, Munawar juga membagikan sedikit kenangannya tentang bagaimana dia bisa mengenal sosok perempuan berdarah Inggris tersebut. "Tahun 2000 bertemu dengan aktivis internasional Aceh, Jakfar Sidik Hamzah, yang baru pulang dari Amerika Serikat. Kami banyak berdiskusi terkait dengan kekerasan di Aceh. Bang Jakfar menyampaikan, salah satu agenda kepulangannya adalah untuk menggalang dukungan kepada SCHRA atau Support Committee for Human Rights in Aceh yang dicetuskan oleh beberapa NGO setelah mengikuti sebuah pertemuan internasional di Bangkok pada tahun sebelumnya."
"Beberapa bulan kemudian, mendapat undangan dari bang Jakfar ke hotel Cakradonya di Banda Aceh. Saya datang sendiri, bang Jakfar menunggu di depan lobby. Setelah bersalaman, dikenalkan dengan beberapa orang temannya. Salah satunya, seorang perempuan, berpostur tinggi, sangat ramah dan berbahasa Indonesia dengan lancar,"
"Inilah pertemuan pertama dengan Ibu Carmel Budiardjo, pendiri TAPOL, sebuah NGO di London, yang memperjuangkan perdamaian, demokrasi, dan penegakan HAM di Indonesia. Ibu Carmel adalah salah seorang pendiri SCHRA," kenang Munawar.
Dikatakan, Carmel adalah orang yang secara konsisten memperjuangkan penegakan HAM di Timor, Papua, dan Aceh. Hal itu dia lakukan selama puluhan tahun, bersama dengan organisasinya TAPOL. Bahkan, meskipun tokoh aktivis HAM Jafar Sidik yang telah memperkenalkan dia dengan Carmel hilang dan ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, komunikasi keduanya tetap terjalin.(yeni hardika)