Vaksin
Pendapat Buya Yahya tentang Vaksinasi Bagian Jihad: Zahirnya Vaksin Penting untuk Hindari Penyakit
Namun terkait ragam anggapan masyarakat soal vaksinasi, Buya Yahya menyebut hendaknya dipertimbangkan tujuan dari vaksin itu sendiri.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Program vaksinasi Covid-19 secara nasional yang diadakan oleh pemerintah saat ini, sudah mulai diberikan pada masyarakat umum berusia 18 tahun ke atas.
Program vaksinasi nasional ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi pandemi Covid-19 di Indonesia.
Salah satu strateginya yaitu dengan melakukan percepatan program vaksinasi yang dilangsungkan selama 4 tahapan.
Saat ini, program pemberian vaksin Covid-19 sudah dimulai pada masyarakat umum yang berusia 18 tahun ke atas.
Pemerintah telah menjamin vaksin Covid-19 diberikan secara gratis kepada seluruh rakyat Indonesia.
Keberlanjutan program vaksinasi ini bisa menjadi angin segar bagi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir.
Ada banyak manfaat vaksin Covid-19 yang bisa diperoleh masyarakat.
Baca juga: Pemerintah Sediakan Obat dan Vitamin Gratis untuk Penyembuhan Covid-19, Begini Cara Mendapatkan
Baca juga: Kasus Infeksi Covid-19 Harian Melampaui India, Indonesia Bersiap Jadi Episentrum Baru Corona Asia
Namun demikian, sebagian masyarakat mungkin masih ragu atau khawatir untuk menerima vaksin Covid-19.
Ragam anggapan seputar vaksinasi kemudian muncul di masyarakat.
Satu diantaranya yaitu menganggap keikutsertaannya dalam vaksinasi sebagai bagian daripada jihad.
Terkait soal anggapan yang hadir di tengah masyarakat tersebut, Buya Yahya dalam sebuah video kajiannya yang diunggah di kanal YouTube Al-Bahjah TV belum lama ini telah memberikan tanggapannya.
Berikut tanggapan Buya Yahya soal ragam anggapan vaksinasi di kalangan masyarakat yang ditayangkan oleh YouTube Al-Bahjah TV.
Dalam video tersebut, Buya Yahya mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menyimpulkan baik atau tidaknya sesuatu yang diluar dari pengetahuannya.
Namun terkait ragam anggapan masyarakat soal vaksinasi, Buya Yahya menyebut hendaknya dipertimbangkan tujuan dari vaksin itu sendiri.
Baca juga: WNA Ramai-ramai Tinggalkan Indonesia, Covid-19 Catat Kematian Tertinggi di Dunia
"Saya dengar isu-isu waktu kita divaksin banyak orang ribut gini-gini. Wallahu a'lam. Saya serahkan pada Allah Ta'ala," ujar Buya Yahya seperti dikutip dari video YouTube Al-Bahjah TV berjudul Vaksinasi Bagian dari Jihad, Benarkah? | Buya Yahya Menjawab.
"Yang jelas tujuan vaksin adalah baik. Kalau dibalik itu, itu bukan bagian saya. Bohong, ga bener dan sebagainya, wallahu a'lam saya ga tahu itu,"
"Saya ga bisa menghukumi bohong. 'vaksin ini bohong vaksin ini berbahaya', itu bukan bagian saya," sambungnya.
Buya Yahya kemudian mengatakan, bahwa sepengetahuannya, secara zahir berdasarkan perkataan para dokter, vaksinasi penting agar tubuh terhindar dari penyakit tertentu.
Sementara para dokter, menurut Buya Yahya, merupakan ahli dzikir yang mengerti di bagiannya.
"Kalau pengen aman ya itu, bener ya bener. Ya sudah selesai, ikuti,"
"Yang ngomong dokter kok, bukan pedagang, bukan ustad yang ngomong. Tapi hukum fikih ustad yang ngomong. Kan begitu, beda bagiannya," kata ustadz bernama lengkap Yahya Zainul Ma’arif Jamzuri tersebut.
Lebih lanjut, Pendiri Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, Cirebon ini menjelaskan, dalam sebuah vaksin mungkin saja ada efek samping yang bisa menimbulkan suatu kemudaratan.
Namun melakukan vaksinasi untuk menghindari mudarat yang lebih daripada itu, diperkenankan dalam syariat Islam.
Baca juga: Ustaz Abdul Somad Akui Pernah Alami Gejala Mirip Covid-19, Langsung Tuliskan Surat Wasiat untuk Anak
"Jika ada dua mudarat yang datang pada kita, maka yang kita ambil yang lebih ringan."
"Jadi vaksin pada dasarnya adalah sah. Karena untuk menghindarkan daripada mudarat," terangnya.
Buya Yahya kemudian mengimbau, sebaiknya masyarakat menghindari berbicara apalagi memperdebatkan sesuatu yang diluar dari pengetahuannya.
Sebab jika lebih mendahului prasangka buruk, katanya, justru malah membuat hati diri sendiri kewalahan.
Namun itu bukan berarti pula membuat kita jadi ceroboh, memaksakan diri melakukan sesuatu yang menurut pandangan mata kita adalah tidak benar. (Serambinews.com/Yeni Hardika)