Luar Negeri
Presiden Siprus Utara Kecam Kekuatan Asing yang Menggambarkan Turki Sebagai Penjajah
Presiden Republik Turki Siprus Utara (TRNC), Ersin Tatar, mengecam kekuatan asing yang menggambarkan Turki sebagai penjajah, di wilayah Siprus.
"Kami benar (dalam masalah Siprus), dan karena kami benar, kami akan mempertahankan hak kami sampai akhir."
-- RECEP TAYYIP ERDOGAN –
Presiden Turki
SERAMBINEWS.COM, ANKARA - Presiden Republik Turki Siprus Utara (TRNC), Ersin Tatar, mengecam kekuatan asing yang menggambarkan Turki sebagai penjajah, di wilayah Siprus.
“Mereka yang mengkritik Turki dengan Operasi Perdamaian Siprus terus memutarbalikkan fakta sejarah,” kata Ersin Tatar, di Nicosia, Siprus Utara, Selasa (20/7/2021).
"Kekuatan asing dan beberapa kalangan melanjutkan upaya mereka untuk menggambarkan Turki sebagai 'penjajah'.
Namun, penjajah utama di Siprus adalah Yunani sendiri, yang membentuk organisasi teroris EOKA, menyiapkan Rencana Akritas dan melakukan kudeta fasis," Ersin Tatar.
EOKA yang dimaksud Tatar adalah sebuah organisasi yang dianggap bertanggung jawab atas serangan di Turki Siprus antara tahun 1957-1974.
Siprus Yunani meluncurkan Rencana Akritas pada 21 Desember 1963 yang berusaha untuk membasmi Siprus Turki dan menguasai seluruh pulau dalam waktu 48 jam.
Tetapi Siprus Turki dari segala usia mulai melawan terhadap penganiayaan.
Pernyataan Ersin Tatar disampaikan pada upacara Peringatan 47 tahun Operasi Perdamaian Siprus yang diluncurkan oleh Angkatan Bersenjata Turki pada tahun 1974.
Operasi ini dilancarkan oleh Turki untuk membawa perdamaian dan keamanan ke pulau itu, terutama bagi penduduk Siprus Turki yang telah menderita bertahun-tahun penganiayaan.
"Seandainya Operasi Perdamaian Siprus tidak terjadi, akan ada bencana Kreta kedua, dan Siprus, tempat paling strategis di kawasan itu, akan dianeksasi ke Yunani, dan pantai selatan Turki akan dikepung," kata Ersin Tatar.

Tatar menggarisbawahi bahwa dengan Operasi Perdamaian Siprus, "pemerintahan junta" dihancurkan, rakyat Yunani mendapatkan kembali kebebasan dan demokrasi mereka.
Selebihnya, Siprus Yunani yang menentang kudeta juga selamat dari pembantaian, dan "lingkungan perdamaian dan stabilitas diciptakan untuk keduanya. Turki dan Yunani di pulau Siprus."