Internasional

Muak dengan AS, Ukraina Buka Hubungan dengan China, Abaikan Pelanggaran HAM Muslim Uighur

Muak dengan Amerika Serikat (AS), Ukraina memutuskan membuka hubungan dengan negara adidaya saingannya China.

Editor: M Nur Pakar
Carnegie Moskow Center
Presiden Ukraina, Volodymyr Zalensky 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Muak dengan Amerika Serikat (AS), Ukraina memutuskan membuka hubungan dengan negara adidaya saingannya China.

Dibuktikan dengan mengundang China membangun infrastruktur sambil menahan kritikan terhadap catatan hak asasi manusia Beijing atas Muslim Uighur.

Ukraina bulan lalu menggembar- gemborkan kesepakatan dengan China untuk membangun bandara, jalan raya, dan jalur kereta api di negara Eropa Timur itu.

Juga menyampaikan terima kasih atas pengiriman vaksin Covid-19 buatan China.

Dilansir AFP, Jumat (30/7/2021), hanya beberapa hari sebelum kesepakatan kerja sama tercapai, Kyiv memilih untuk tetap diam tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia China.

Di Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Ukraina menarik tanda tangannya dari pernyataan bersama yang menyerukan China mengizinkan pengamat independen ke wilayah Xinjiang.

Untuk menyelidiki laporan penganiayaan terhadap Uyghur dan minoritas Muslim lainnya .

Kementerian luar negeri belum memberikan alasan untuk langkah tersebut, dan tidak menanggapi permintaan komentar.

Andriy Sharaskin, anggota komite kebijakan luar negeri parlemen Ukraina, mengatakan China menuntut agar Ukraina mencabut tanda tangannya dari pernyataan bersama.

Bahkan, memperjelas pengiriman vaksin Covid-19 yang dijanjikan akan dibatalkan.

Baca juga: China Peringatkan Inggris, Sekelompok Kapal Induk dan Perang Mendekati Laut China Selatan

"Ketika Ukraina menandatangani deklarasi, China mulai meminta Ukraina untuk menariknya," kata Sharaskin kepada NBC News.

Dia mengatakan pejabat kementerian luar negeri memberi tahu saat itu.

Dan pada saat yang sama, memblokir pengiriman vaksin yang sudah dibayar.

Ukraina telah berjuang untuk mengamankan pasokan vaksin yang cukup dan untuk mendapatkan suntikan senjata.

Dengan tingkat vaksinasi yang tertinggal di belakang, sebagian besar negara di Eropa Tengah dan Timur.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved