Opini

Melirik Agrowisata Durian di Aceh Tenggara

Saat ini di Aceh Tenggara (Agara) sedang banjir durian. Fakta ini bukanlah isapan jempol, melainkan imbas dari fenomena musim durian

Editor: hasyim
zoom-inlihat foto Melirik Agrowisata Durian di Aceh Tenggara
FOR SERAMBINEWS.COM
MUHADI KHALIDI, M.Ag. Kepala Humas Yayasan Fathurrahman Zaky Aceh Tenggara dan Anggota Komunitas Menulis Pematik Chapter Aceh Tenggara, melaporkan dari Kutacane

Oleh. MUHADI KHALIDI, Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Anggota Komunitas Menulis Pematik Chapter Aceh Tenggara, melaporkan dari Kutacane

Saat ini di Aceh Tenggara (Agara) sedang banjir durian. Fakta ini bukanlah isapan jempol, melainkan imbas dari fenomena musim durian sedang menjajal di Agara. Terbukti dari berbagai kalangan baik muda-mudi, orang tua, bahkan pribadi kantoran yang mengunggah foto yang bersinggungan dengan eksitensi durian.

Ada pecinta durian yang membuat momen lucu, ada pula yang mengunggah foto kala menikmati durian bersama sahabat atau keluarga. Momen musim durian di Agara musim memang kerap terjadi mulai Juli sampai dengan akhir Agustus setiap tahunnya. Bila berangkat dari kacamata ekonomi, melimpah ruahnya durian saat ini merupakan peluang usaha yang sangat menjanjikan bagi pemerintah daerah terkhusus kepada masyarakatnya secara mandiri maupun kelompok.

Bagi pemerintah, musim durian ini bisa dijadikan ajang menarik wisatawan luar daerah untuk masuk ke Agara, terlebih di Agara sendiri memiliki tempat-tempat wisata yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Dengan masuknya wisatawan asing, tentu saja akan menambah pendapatan untuk pemerintah Agara sendiri.

Begitu juga bagi masyarakat Agara, sedikit banyak akan diuntungkan dari hasil penjualan durian.

Fenomena di lapangan, tidak sedikti para pekerja yang berubah profesi ketika musim durian tiba. Banyak mereka yang ‘banting setir’ mengingat kesempatan yang sayang untuk dilewatkan. Maka lahirlah berbagai tauke-tauke durian sebagai mediator yang mempertemukan antara pemilik kebun dan pembeli durian. Para tauke biasanya akan langsung menuju ladang-ladang durian masyarakat Agara, mencari buah durian dengan kualitas bagus agar laris manis di pasaran.

Melimpahnya durian tentu membuat imbas tersendiri bagi harga buah durian, biasanya jika sudah terlalu banyak maka harganya menjadi murah dan terjangkau. Ini adalah keuntungan bagi warga dan pendatang karena dapat mengonsumsi buah berduri tersebut dengan harga lebih ekonomis.

Namun, ini bersifat temporer, hanya terjadi sesaat saja. Setelah musim durian mengerucut maka ia kembali langka dan mahal. Maka sangat disayangkan jika momen seperti ini tidak dimanfaatkan seefisien mungkin.

Oleh karenanya, saat ini perlu ada terobosan-terobosan yang unik dan menarik baik dari pemerintah maupun masyarakat agar buah durian bertransformasi menjadi komoditas yang menjanjikan. Harus ada upaya, bagaimana menjadikan buah durian sebagai agrowisata modern di wilayah Agara. Salah satu hal yang perlu perhatikan adalah bagaimana buah durian bisa menjadi tempat wisata yang menarik dan viral, bukan saja pada musim buah durian, melainkan juga persiapan sebelum memasukinya.

Di sinilah perlunya peran antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun brand  buah durian. Bagaimana caranya durian di Agara dikenal karakteristik dan keunikannya sehingga membuat pihak luar berbondong-bondong berkunjung. Buah durian adalah media berkumpul dan tertawa bersama keluarga. Pelepas rindu serta eksploitasi canda tawa dari kesibukan pekerjaan yang merajai.

Menjadikan pusat wisata durian Agara adalah wacana yang menarik dan pasti diminati oleh berbagai etnis masyarakat.

Tentu saja semua itu akan lebih menarik jika dilengkapi fasilitas pendukung, seperti kursi, meja, zona parkir, pusat mainan anak-anak, adanya musala, bahkan toilet yang memadai. Sejauh ini, dukungan seperti itu belum tampak di Agara, yang ada hanya pohon durian di tengah hutan dengan medan yang sukar dilalui bahkan bagi kendaraan beroda dua.

                                                            Kuliner durian

Selain itu, terobosan lain yang tak kalah menarik adalah menjadikan durian sebagai jenis kuliner baru. Tidak hanya dimakan secara alami, tetapi juga diolah menjadi sumber makanan baru yang memuat nilai adat dan budaya Agara. Keunikan kuliner jenis ini nantinya diharapkan bisa eksis di pasaran baik secara nasional bahkan internasional. 

Wacana ini bukanlah mimpi, sebagai bukti begitu banyak jajanan yang mengambil bahan dasar durian. Seperti pancake, bubur durian, es durian, ketan durian, dan menu lainnya.

Bila ditelusuri lebih mendalam ternyata masyarakat Agara juga sudah membuat buah durian menjadi olahan yang sangat enak. Haluwe misalnya, penangan khas Alas yang diolah dari durian asli. Kuliner ini dimasak di dalam kuali selama beberapa jam di bawah kayu bakar yang menyala, sehingga hasil akhirnya (haluwe berbahan durian tersebut) mirip seperti dodol. Meski begitu, memiliki rasa yang berbeda, selain itu tekstur haluwe  juga lebih lembut dari dodol.

Arman Syah Putra, warga Kutambaru mengatakan bahwa haluwe tersebut dibungkus secara tradisional dengan menggunakan daun upih (pelepah pinang tua). Haluwe sendiri saat ini sudah jarang dijumpai di pasaran. Salah satu penyebabnya karena tingkat produksinya yang membutuhkan waktu lama. Walaupun demikian, tentu ini menjadi sebuah kebanggan bagi identitas masyarakat Agara. Memiliki makanan yang khas, diolah dan dipasarkan secara maksimal seperti halnya haluwe.

Nah, selain haluwe, buah durian juga bisa dikolaborasikan menjadi khikhis (lemang). Sebuah penangan khas Alas yang terdiri atas beras puket (ketan) putih yang dimasukkan ke dalam bambu dengan gulungan daun pisang. Di dalamnya adalah perpaduan dari racikan santan dan buah durian. Setelah itu dimasak bersama di atas api yang sangat menyala dengan bahan bakarnya adalah kayu bakar, tentu saja rasa yang dihasilkan pun sangat luar biasa.

Dengan mudahnya akses internet dan media sosial, makanan khas seperti di atas seharusnya dapat diwariskan ke generasi milenial. Hal tersebut agar identitas kearifan lokal tidak memudar dan tergerus oleh zaman. Agar hal itu tidak terjadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah pelatihan kepada masyarakat. Wacana ini akan mudah terealisasi bila melibatkan peran pimpinan atau pemerintah. Penerintah perlu memfasilitasi dan mengembangkan usaha kecil dan menegah mengenai produk  haluwe dan  khikhis durian di Agara.

Kedua, setelah tahap pertama dilalui maka perlu dukungan pemerintah yang penuh mengenai pemasaran produk-produk tersebut, sehingga para pengusaha kecil dan menengah tetap bersemangat dalam memasarkan produknya, terlebih saat ini di mana situasi pandemi masih belum menunjukkan tanda-tanda kepergiannya.

Dengan mengeksplorasi kedua potensi ini, mulai dari tempat wisata dan pengolahan produk durian dalam kemasan yang menarik, diharapkan mampu mendokrak perekonomian masyarakat Agara. Semoga saja wisata durian dan pengolahan buah durian menjadi hal yang patut diperjuangkan secara maksimal, baik oleh pemerintah dan masyarakat Agara pada umumnya.  Semoga saja wisata durian dan produk olahan tersebut tidak hanya menyentuh sektor wisatawan lokal, tetapi jauh dari itu kita berharap wisata durian ini juga menyentuh sektor wisatawan asing pada khususnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved