Internasional

Penterjemah Terjebak di Luar Bandara Kabul Bersama Istri dan Enam Anaknya, Taliban Cari Dirinya

Seorang penerjemah Afghanistan terjebak bersama istri dan enam anaknya di luar bandara Kabul. Dia mengatakan para pejuang Taliban memburunya

Editor: M Nur Pakar
AFP/WAKIL KOHSAR
Warga Afghanistan berkumpul di pinggir jalan dekat bandara militer di Kabul, Afghanistan, Jumat (20/8/2021) untuk melarikan diri ke luar negeri. 

SERAMBINEWS.COM, KABUL - Seorang penerjemah Afghanistan terjebak bersama istri dan enam anaknya di luar bandara Kabul.

Dia mengatakan para pejuang Taliban memburunya sebagai pembalasan atas pekerjaannya di Angkatan Darat Inggris.

Pria itu, yang bekerja di provinsi Helmand pada 2005 dan 2006, mengatakan gerilyawan telah pergi ke rumah ayahnya.

Menuntut agar keluarganya menyerahkan putra mereka.

Ayahnya berbohong, memberi tahu orang-orang bersenjata, putranya telah melarikan diri ke sebuah kota di selatan negara itu.

Penterjemah itu kepada The Telegraph, Selasa (24/8/2021) mengatakan berhasil mengajukan permohonan skema relokasi Arap, tetapi belum pernah dihubungi sejak itu.

Pada Senin (23/8/2021) malam, seorang mantan mayor Inggris yang bertugas dengan pria itu di Afghanistan menggambarkan perlakuannya di luar keyakinan.

Baca juga: Pemerintah Barat Tidak Dapat Perpanjang Program Evakuasi dari Afghanistan

“Saya membawa sedikit uang yang merupakan semua pengeluaran yang saya miliki selama dua hari, tetapi, akan habis ,” kata penerjemah kepada The Telegraph.

“Tidak akan ada makanan dan air untuk anak-anak dan keluarga saya dan saya hanya butuh bantuan," uijarnya.

Dikatakan, istrinya jatuh sakit bersama orang lain di daerah itu, seperti diare dan muntah.

"Dalam dua hari ke depan, jika tidak mendapatkan bantuan dari Pemerintah Inggris, saya mungkin akan dibunuh," ujarnya.

"Hidup saya dalam bahaya dan saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi di Kabul," tambahnya.

Pria itu mengirim gambar ke The Telegraph dari dua putrinya yang kelelahan berdiri di luar bandara di air kotor setinggi lutut, memegang sandal mereka.

Vendor menjual air di bandara dengan harga yang terlalu tinggi karena banyak oang berjuang di bawah panas 40 derajat Celcius, kata pria

itu. Semakin banyak anak-anak bergabung dengan kerumunan di bandara setiap hari.

Baca juga: Taliban Izinkan Sekolah dan Perguruan Tinggi Dibuka di Seluruh Negeri

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved