Update Covid 19

Melihat Kasus Anak Terpapar Covid-19 di Aceh yang Kian Mengkhawatirkan

Pada Agustus 2021 naik lagi menjadi 2.334 kasus. Sebanyak 21 orang di antaranya meninggal dunia. Data ini menunjukkan angka kematian anak di Aceh akib

Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
DELAPAN anak-anak menjalani vaksin Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam, Senin (19/7/2021) 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kasus penularan virus corona di Aceh kini tidak hanya menyasar orang dewasa. Namun juga menyasar kelompok usia anak.

Fenomena ini amat mengkhawatirkan di tengah kasus covid-19 di Aceh yang belum melandai.

Terlebih, anak adalah kelompok usia yang memiliki mobilitas tinggi di masyarakat dan ruang sosial.

Kekhawatiran dan ancaman serius covid-19 menyasar anak-anak bukan tanpa alasan.

Dari waktu ke waktu jumlah anak yang terinfeksi covid-19 terus bertambah dan berujung pada kematian.

"Dalam minggu ini, ada empat orang anak meninggal dunia karena covid-19. Bahkan dua hari belakang anak-anak yang meninggal dunia bukan anak-anak yang memiliki penyakit penyerta, tapi adalah anak-anak yang sehat,” ujar Ketua DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar mengutip data dari IDAI Aceh pada sambutan rapat paripurna dewan 16 Agustus 2021 lalu.

Jika dilihat lebih detail, jumlah kasus anak yang terkonfirmasi positif covid-19 memang menggambarkan kurva meningkat.

Misalkan pada Oktober 2020 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh melaporkan anak yang terkonfirmasi positif covid-19 mencapai 217 orang. Jumlah ini terus meningkat.

Dalam laporan yang sama pada Juni 2021 IDAI Aceh menyebut anak yang terkonfirmasi positif covid-19 naik menjadi 1.831 kasus.

Pada Agustus 2021 naik lagi menjadi 2.334 kasus. Sebanyak 21 orang di antaranya meninggal dunia.

Data ini menunjukkan angka kematian anak di Aceh akibat covid-19 tergolong tinggi.

Kasus covid-19 Anak di Aceh

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Aceh mengungkapkan dari total 2.334 kasus covid-19 pada anak sebanyak 1.045 orang dinyatakan suspek, probale 75 orang, dan sebanyak 1.216 anak dinyatakan positif covid-19.

"Kita mencatat ada 2.334 kasus semuanya. Tapi sekarang kan Covid-19 itu dikelompokkan jadi tiga, suspek, probable, dan terkonfirmasi. Nah yang terkonfirmasi positif menurut catatan kita itu sebanyak 1.216 orang, probable 75 orang, dan suspek 1.045 orang," kata Ketua IDAI Aceh Dr dr Herlina Dimianti SpA (K) dalam konferensi pers didampingi Ketua IDI, Dr dr Safrizal Rahman MKes, SpOT melalui zoom, Sabtu (14/8/2021).

Baca juga: VIDEO Cut Meyriska Peluk Keluarganya saat Prosesi Fardhu Kifayah Sang Ayah

Dr dr Herlina menyebutkan kelompok usia anak yang positif tersebut adalah kelompok usia 5 sampai 18 tahun.

IDAI Aceh mencatat, terjadi peningkatan tren kasus positif Covid-19 pada anak sejak awal Agustus lalu.

"1 sampai 8 Agustus kita mencatat ada peningkatan konfirmasi positif Covid-19 pada anak. Ada sekitar 116 kasus," kata dia.

Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, 2.419 anak telah menjalani swab tes. Jumlah tersebut memang belum sesuai dengan jumlah kasus keseluruhan yang telah didata, karena masih ada 52 lagi yang belum keluar hasilnya.

"Ini yang terkonfirmasi positif tersebar di seluruh Aceh, jadi kita melakukan tracing di seluruh Aceh. Dari 23 kabupaten/kota, kita yang tidak ada sumber daya manusia (SDM) hanya di Subulussalam. Setiap pekan kita menyetor berapa angka anak yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Aceh ke pusat. Karena data itu diminta oleh pusat setiap pekan untuk laporan kepada kementerian," katanya.

Menurut analisis IDAI Aceh terjadinya peningkatan tren kasus positif Covid-19 pada anak di Aceh antara lain disebabkan tingginya mobilitas anak-anak, terlebih anak-anak yang kelompok usia 12 hingga 17 tahun.

"Anak-anak ini bisa terpapar dari siapa saja, dari orang tua mungkin di rumah, dari teman-teman di luar, atau dari kedai kopi dan sebagainya," katanya.

Varian delta pada anak

Baru-baru ini, Lembaga Bio Molekuler (LBM), Eijkman memeriksa 1.973 sampel pasien Covid-19 yang berusia kurang dari 18 tahun.

Sampel-sampel tersebut diambil sejak periode Maret hingga November 2020. Dari 1.973 sampel tersebut ada 208 anak positif covid-19.

Sebanyak 140 anak yang positif tidak ditemukan gejala apa pun. Sedangkan 68 anak lainnya memiliki gejala. "Sebanyak 67,3 persen anak-anak positif Covid-19 tidak menunjukkan gejala.

Hanya 32,7 persen pasien positif Covid-19 mempunyai gejala," tulis Eijkman dalam unggahan di akun Instagram resminya @eijkmaninstitute, Minggu (27/6/2021).

Gejala yang paling banyak dilaporkan pada pasien anak-anak positif Covid-19, kata Eijkman, di antaranya adalah batuk 57,4 persen, kelelahan 39,7 persen, dan demam 36,8 persen.

Hanya 15 pasien anak-anak yang mempunyai gejala sesak napas, gejala Covid-19 yang paling sering dilaporkan pada orang dewasa.

Baca juga: Taliban Kuasai Sistim Pengawasan Super Buatan AS, Afghanistan Jadi Ajang Ujicoba Alat Militer Baru

Pneumonia yang dikonfirmasi oleh X-ray lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 1-5 tahun sebanyak 77 persen dan 6-10 tahun 66,7 persen.

Eijkman menyebut bahwa temuannya ini menunjukkan bahwa mayoritas anak-anak yang terinfeksi virus Covid-19 tidak mempunyai gejala atau hanya mempunyai gejala ringan.

Akan tetapi, anak-anak positif Covid-19 mempunyai peran yang sangat besar pada transmisi virus Covid-19 di suatu populasi.

Studi dari LBM Eijkman ini telah dilaporkan di jurnal ilmiah Journal of Clinical Virology Plus.

Dikutip dari Kompas.com 21 Juni 2021, Dokter Spesialis Patologi Forensik KSM Kesehatan Anak di RS Cipto Mangunkusumo, Prof Dr dr Rismala Dewi SpA(K) mengatakan, infeksi varian Delta menyebabkan gejala yang sangat bervariasi pada anak.

"Gejalanya (gejala Covid-19 pada anak) memang bisa bermacam-macam tidak khas, tidak banyak yang berhubungan dengan gangguan saluran cerna atau pernapasan," ujar Rismala.

Dia mengelompokkan beberapa contoh gejala virus corona yang umumnya terjadi pada anak akibat infeksi varian Delta.

Gejala terinfeksi varian Delta pada anak adalah: demam, diare/mencret, batuk, pilek, muncul ruam pada kulit.

Selain beberapa gejala itu, MayoClinic menyebutkan, ada juga beberapa gejala Covid-19 pada anak yang umumnya terjadi, sebagai berikut: demam, batuk, sakit tenggorokan, sulit bernapas, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, mual dan muntah, diare, nafsu makan menurun, kehilangan kemampuan mencium bau dan mengecap rasa, sakit perut.

Jika anak mengalami beberapa gejala Covid-19 seperti yang dijelaskan di atas, Rismala mengimbau kepada orang tua agar tidak memberikan pengobatan sendiri.

Ia merekomendasikan untuk segera menghubungi dokter atau fasilitas layanan kesehatan terdekat di sekitar rumah.

Sementara, jika anak belum dipastikan terpapar Covid-19, orang tua bisa menjaga anak agar tidak terjadi indikasi gejala yang lebih buruk lagi.

Baca juga: Lulusan Oxford dan Putra Pejabat Militer di Afghanistan Minta Bantuan

Meski demikian, orang tua sebaiknya tidak membiarkan anak keluar rumah, kecuali kondisi mendesak, seperti untuk pemeriksaan medis.

Vaksin untuk anak

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Aceh dan IDI Wilayah Aceh sejak awal telah mendorong percepatan agar anak usia 12-17 tahun mendapat suntikan vaksin sebagai benteng pertahanan diri dari virus corona.

Anjuran ini berdasarkan tren kasus, peningkatan, dan penelitian yang dilakukan IDAI di seluruh provinsi di Indonesia termasuk di Aceh.

"Kita sangat menganjurkan agar anak-anak di Aceh ikut vaksin, terutama anak usia 12-17 tahun," kata Ketua IDAI Aceh Dr dr Herlina Dimianti SpA (K). Sedangkan anak di bawah 10 tahun, hingga saat ini belum ada penelitian tentang vaksin terhadap kelompok tersebut.

"Pertama memang tidak ada penelitian tentang itu, kita tidak berani mengatakan apakah efektif atau tidak jika anak usia tersebut divaksin," ujarnya.

Menurut data yang dimuat Kompas 23 Agustus 2021 realisasi vaksinasi terhadap anak di Aceh baru menyentuh angka 19.500 orang dari total realisasi 728.000 orang (18 persen dari target). Menurut Kompas hingga saat ini ada 1.556 anak di Aceh terpapar Covid-19.

Mereka berusianya 1 tahun hingga 18 tahun. Sebanyak 193 di antaranya berusia di bawah 5 tahun. Data-data tersebut mengemuka dalam diskusi daring ”Kasus Covid-19 pada Anak di Aceh” yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Senin (23/8/2021).

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Iman Murahman mengatakan anak perlu divaksin sebab mereka termasuk kelompok rentan.

Namun, realisasi vaksin terhadap anak sangat bergantung pada orang tua. Jika orang tua tidak mau divaksin, kemungkinan besar anaknya juga tidak akan diizinkan vaksin.

Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh Raihan mengatakan, vaksinasi terhadap anak harusnya menjadi prioritas sebab kasus anak positif terus bertambah.

Protkes pada anak

Dalam kaitan memutuskan mata rantai covid-19 pada anak, IDAI dan IDI Aceh sejak awal telah mengeluarkan beberapa rekomendasi dengan mempertimbangkan keadaan lokal, kultural, serta aspek-aspek perkembangan anak dalam membangun kebiasaan kesehatan dan interaksi sosial.

Adapun rekomendasi itu seperti melarang anak keluar rumah, termasuk kegiatan tatap muka di sekolah sampai situasi covid-19 di Indonesia memenuhi kriteria epidemiologi WHO, kecuali ada kebutuhan yang mendesak seperti ke rumah sakit.

Jika pun dalam keadaan mendesak dan terpaksa ke luar rumah, maka IDAI merekomendasikan agar anak di bawah usia 2 tahun menggunakan faceshield atau kereta dorong berpenutup dengan pengawasan yang ketat oleh orang tua atau pengasuh.

Orang tua dan anggota keluarga dewasa lainnya hendaknya tetap melakukan upaya pencegahan penularan secara saksama dan menghindarkan risiko perjalanan infeksi yang tidak perlu terhadap anak.

Pada anak usia di bawah 2 tahun, IDAI tidak merekomendasikan penggunaan masker. Hal ini berbeda bagi anak usia 2 tahun ke atas yang direkomendasikan agar menggunakan masker dan faceshield, kecuali bagi anak-anak yang memiliki masalah medis sehingga menyulitkan si anak.

Rekomendasi itu juga tidak berlaku bagi anak-anak yang mengalami gangguan mental dan kognisi, penyakit jantung serta paru kronik.

“Juga ajari anak cara pakai (masker dan faceshield) yang benar dan tingkatkan durasinya secara bertahap,” kata dr Herlina yang turut mengutip rekomendasi IDAI Pusat.

Selain itu, anak-anak yang keluar rumah juga harus mendapat pendampingan ketat dari orang tua atau pengasuhnya.

IDAI Aceh juga meminta orang tua menyosialisasikan agar anak tetap menjaga jarak fisik sejauh dua meter, menjauhi orang yang sakit, sering mencuci tangan, menghindari memegang mulut, mata dan hidung selama beraktivitas di luar rumah.

“Penggunaan masker, faceshield dan alat pelindung diri lainnya tidak serta merta mencegah infeksi COVID-19.

Perlindungan terbaik saat ini adalah mencegah paparan infeksi dengan tetap berada di rumah,” tutur dr Herlina kepada pers di Banda Aceh Selasa, 8 September 2020 lalu.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved