Luar Negeri
Profil Mohammad Idris yang Ditunjuk Taliban Jadi Gubernur Bank Sentral Afghanistan
Pasca Taliban mengambilalih kekuasaan, anjungan tunai mandiri (ATM) kehabisan uang tunai dan harga barang-barang penting melonjak.
"Tidak sama sekali," kata Sabit singkat, yang kini tinggal di California dan bekerja sebagai dosen, dikutip dari NBC News.
"Orang ini adalah seseorang yang bertugas di Komisi Ekonomi Taliban."
"Ia adalah seorang guru di (sekolah agama) di Pakistan dan dari sanalah ia berasal."
"Hanya itu yang kami ketahui tentang Idris dan sekarang ia mengelola bank sentral."
"Ia mungkin tidak punya pengalaman sama sekali," bebernya.
Baca juga: Kekuasaan Taliban Bikin Wanita Afghanistan Ketakutan, Ini Tujuanannya Wanita Dilarang Keluar Rumah
Baca juga: Taliban Pamer Pasukan Khusus, Berseragam Tentara dan Dilengkapi Senjata AS
Pengamat Menilai Penunjukan Idris Bisa Membuat Perekonomian Afghanistan Makin Merosot
Masih dikutip dari NBC News, pengamat Afghanistan dan pakar keuangan mengatakan penunjukan Idris adalah tanda terbaru bahwa tanpa intervensi lebih lanjut dari komunitas internasional, ekonomi negara itu bisa lebih menderita daripada yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Diketahui, tak lama setelah pemerintahan Ashraf Ghani jatuh pada Minggu (15/8/2021), perdagangan di Afghanistan dan mata uang negara merosot dan jatuh hampir delapan persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Namun, sejak Selasa (17/8/2021), mata uang lokal relatif stabil, mungkin karena dibekukan - sekarang hampir tak mungkin memindahkan uang ke dalam atau luar negeri.
Dengan pegawai pemerintah tidak dibayar dan bank tak buka, perdagangan sebagai transaksi sehari-hari pun sulit.
"Tidak ada transaksi yang terjadi," kata Sabit.
"Orang-orang punya uang tunai dan mereka akan menyimpannya."
Tak lama setelahnya, Bank Dunia mengumumkan mereka telah "menghentikan pencairan" - memberikan uang untuk bantuan dan proyek-proyek pembangunan - ke Afghanistan karena kekhawatiran soal ketidakstabilan di negara itu.
"Kami sangat prihatin dengan situasi di Afghanistan dan dampaknya terhadap proses pembangunan negara, terutama bagi perempuan," ujar juru bicara Bank Dunia, Marcela Sanchez-Bender, dalam sebuah pernyataan.
Saat ditanya dalam kondisi apa pencairan akan dilanjutkan, ia menolak menjawab.