Internasional
Perempuan dan Minoritas Afghanistan Belajar Hidup Dibawah Bayang-bayang Taliban
Para perempuan dan minoritas di Afghanistan harus belajar hidup dibawah bayang-bayang Taliban, penguasa defacto Taliban.
Mereka yang melanggar aturan dan norma moral menghadapi hukuman berat.
Sering kali melibatkan cambuk di depan umum.
Untuk pelanggaran yang lebih serius, seperti perzinahan, praktik rajam menjadi hal biasa.
Tapi hampir dua dekade kemudian, pejabat Taliban seperti Mujahid dan Delawar, dan juru bicara Suhail Shaheen, mengisyaratkan kelompok itu telah melunakkan sisi kasarnya.
Namun, hanya sedikit orang Afghanistan yang yakin.
Bahkan, sangat ingin mendapatkan kursi pada penerbangan evakuasi Barat dari bandara Kabul merupakan indikasi.
Lebih sedikit lagi yang mau berbicara secara terbuka tentang masalah ini, karena takut akan pembalasan.
"Semua orang menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi di bawah Taliban," kata seorang warga Kabul kepada Arab News.
“Perempuan keluar dari rumah sekarang, tetapi semua mengenakan jilbab," tambahnya.
"Sebelumnya berbeda, beberapa memakai dan yang lain tidak," ujarnya.
"Sekarang mereka semua memakainya karena takut pada Taliban," jelasnya.
Wanita lain yang berbasis di Kabul, juga berbicara secara anonim, mengatakan:
“Kami tidak berharap semuanya sama seperti sebelumnya."
"Akan ada beberapa perubahan."
"Kami menunggu untuk melihat klarifikasi tentang kebijakan yang dikeluarkan oleh Taliban ini.”
Baca juga: Kabul Jadi Kota Zombie, Ketakutan Mencengkeram Warga Afghanistan