Sosok
Kisah Bunda Hetti, Sang Konselor Gagas Sekolah Therapy untuk Anak Trauma dan Berkebutuhan Khusus
berakibat buruk bila tidak dibatasi. Sebagai seorang konselor ia sering mendapat keluhan orangtua dan sulit mengatasi hal ini.
Penulis: Nur Nihayati | Editor: Nur Nihayati
Program ke sekolah dilakukan antara lain Saweue Sikula setiap Senin pagi, konseling trauma untk anak-anak korban pelecehan seksual dan lainnya.
Kemudian Parenting dan saweue anak-anak berkebutuhan khusus ke gampong-gampong.
Banyak hal ditemukan saat mengunjungi anak-anak yang mengalami traumatik ada kasus terjadi karena pengaruh lingkungan.
Ada juga karena disfungsi ibu dan ayah sehingga anak-anak menjadi penyebab, kendalanya bisa terjadi dalam mengatasi emosi dan dalam hubungan sosial. Dominan pola asuh sesuai atau tidak bisa ikut mempengaruhi.
Dia mencontohkan, misalnya anak yang lahir komunikasi yang rendah kurang percaya diri anak anak dari kecil tidak dapat mengemukan pendapat.
Nah ini hal ini bisa membuat dia mengalami gangguan sosial sulit berinteraksi, kualitas rendah, mudah minder dan kurang percaya diri sehingga membuat ia stres.
"Kondisi ini bukan berarti si anak tidak cerdas. Tapi tidak mandiri. Anak belajar seolah-olah mendapat tekanan dalam hidup, padahal ia memiliki kercerdasan," tutur Bunda Hetti.
Nah, bagaimana mengatasi ini, lakukankan dan berikan anak mengeksplor kapasitas dimiliki.
Langkah berikutnya, kedua orangtua harus kompak. Satu kata.
"Kita bisa membangun regulasi anak main hp. Jika anak usia SMP dan kita sepakati bagaimana tujuan bermain gadget itu.
Tanyakan untuk apa, belajar apa, dan berikan limit waktu bermain," tutur Bunda Hetti yang kini sedang menyelesaikan S3 Bimbingan dan Konseling UPSI Malaysia.
Lantas bagaimana dengan sistem belajar daring? Bunda Hetti mengatakan, hal ini memang tidak dipungkiri karena gadget menjadi kebutuhan dalam kehidupan.
Cuma peran orangtua memantau dan mengawasi hal dilakuan si anak, benarkah dipakai belajar, apa belajarnya dan bagaimana isi pembelajaran harusnya diketahui.
Perempuan kelahiran Matang kumbang Alue Ie Puteh, Aceh Utara 6 Juni 1984 ini juga memiliki target satu minggu bisa mengatasi kecanduan gadget pada anak TK, bagaimana?
Sebagian orangtua mungkin memberikan gadget untuk si kecil agar tidak rewel dan memudahkan ia melakukan aktivitas, namun tidak selamanya berdampak baik. Malah bisa lebih buruk.
"Selama satu minggu tidak main hp dari sekarang, dampingi anak melihat dan berikan waktu untuk memboleh dan mencoba mengalihkan permainan lain.
Dan jauhkan Hp dari anak, saat ngecas harus jauh sehingga si anak telah lupa keinginan bermain hp," pungkas Bunda Hetti.(*)