Revitalisasi Bahasa Gayo
Mahasiswa IPB University Lakukan Revitalisasi Bahasa Gayo
Labana Hutagalung, menjelaskan, proses revitalisasi bahasa melalui keanekaragaman hayati dilakukan dengan wawancara masyarakat setempat.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Fikar W Eda I Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Mahasiswa IPB University memberi perhatian terhadap penyelamatan bahasa Gayo.
Usaha revitalisasi bahasa Gayo ini dilakukan Labana Hutagalung, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University di Kampung Mude Nosar, Bintang, Aceh Tengah.
Publikasi mengenai reviatliasi bahasa Gayo ini ditampilkan di website IPB University. Disebutkan, revitalisasi dilakukan supaya penggunaan bahasa Gayo dapat meningkat dan bertambah.
Tidak hanya itu, revitalisasi akan memperluas sistem linguistik dari suatu bahasa minoritas dan menciptakan ranah baru dalam penggunaannya.
Labana Hutagalung, menjelaskan, proses revitalisasi bahasa melalui keanekaragaman hayati dilakukan dengan wawancara masyarakat setempat.
“Kami menyiapkan nama-nama tumbuhan yang dibacakan oleh responden menggunakan logat Suku Gayo Lut. Setelah kegiatan wawancara selesai hasil rekaman akan diedit per jenis tumbuhan, dan dipublikasikan di website,” ujar Laban tentang proses yang ia lakukan kepada Serambinews.com, Senin (6/9/2021).
Ia menerangkan, hasil rekaman tersebut dipublikasikan di website dengan format nama lokal tumbuhan, nama ilmiah, dialect Gayo Lut, dan gambar jenis tumbuhannya.
“Kami berharap, dengan adanya kegiatan revitalisasi bahasa berbasis website ini dapat memberikan vitalisasi atau energi baru pada bahasa Suku Gayo Lut, menghidupkan kembali bahasa yang sesuai dengan norma-norma atau kaidah-kaidah yang telah ditetapkan sebagai acuan bahasa Suku Gayo Lut yang benar, dan dokumentasi keanekaragaman hayati dalam bentuk website Suku Gayo Lut yang dapat dijangkau oleh semua masyarakat umum,” pungkas Labana.
Baca juga: Fenomena Langka, 2 Hari Lagi Banda Aceh Alami Hari Tanpa Bayangan, Ini Jadwal Wilayah Lain di Aceh
Labana juga menyebut, Kampung Mude Nosar secara umum merupakan Suku Gayo Lut atau kerap disebut sebagai salah satu suku tertua di Indonesia. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila bahasa daerahnya mulai pudar dari generasi ke generasi.
“Bahkan saat ini sudah banyak keluarga-keluarga yang mulai menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi sehari-harinya, hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap pudarnya bahasa Gayo,” ucap Ramlandi, salah satu responden.
Sementara itu, Syah Bandar menerangkan, saat ini belum ada muatan lokal tentang bahasa Gayo di bangku sekolah. Ia pun terus mengusulkan agar bahasa Gayo menjadi salah satu muatan lokal agar tidak punah dan tahun ini hal tersebut telah direalisasikan dengan adanya bahasa Gayo sebagai muatan lokal di bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
Baca juga: Impian Timor Leste Kandas Karena Covid-19, Uang Rp 264 Triliun Hasil Utang dari China Jadi Ampas
Disamping kegiatan revitalisai budaya, mahasiswa KKNT IPB University juga melakukan sosialisasi cara pembuatan dan pengoperasiaan website kepada pemuda-pemudi desa. Nantinya, website ini akan diserahkan kepada desa dan pemuda-pemudi setempat dapat melanjutkan pengelolaan website tersebut.
Intelektual Gayo, Yusradi Usman Al Gayoni, SS., M.Hum menyampaikan terima kasih atas usaha yang dilakukan mahasiswa IPB melakukan revitalisasi bahasa Gayo.
"Apalagi, nge sudah direvitalisasi, terdokumentasi, dan terpublikasi berbasis website oleh IPB, otomatis sudah go digital. Usaha penyelamatan yang sangat penting. Sudah terwariskan ke generasi Gayo dan sudah bisa diakses oleh orang Gayo dari manapun secara real time," kata Yusradi, yang menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Baca juga: Kamar Napi Rutan Banda Aceh Digeledah Petugas, Ini Barang Dilarang yang Ditemukan
Yusradi yang juga Sekretaris Musaraga Gayo Jabodetabek, menyebutkan, kunci kelestarian bahasa Gayo ada pada orang Gayo, karena itu bahasa Gayo harus dipelajari, dipakai dan diajarkan kepada penutur generasi muda.