Luar Negeri

Dulu Haramkan Internet, Kini Taliban Manfaatkan Media Sosial untuk Sebar Propaganda

Sejumlah cuitan saat itu menyebarkan kemenangan-kemenangan terkini Taliban sambil menyertakan beberapa tagar.

Editor: Faisal Zamzami
AFP Via BBC
Seorang petempur Taliban sedang mencari sinyal ponsel di suatu rumah sakit di Distrik Andar, Provinsi Ghazni, Afghanistan 3 Juni 2021. 

SERAMBINEWS.COM, AFGHANISTAN - Awal Mei 2021 lalu saat pasukan Amerika Serikat dan NATO mulai menarik pasukan terakhir mereka dari Afganistan, Taliban langsung menggencarkan serangan militer atas pasukan pemerintah setempat.

Namun Taliban juga melakukan suatu hal yang langka dilakukan selama berkonflik di Afghanistan.

Yakni Taliban meluncurkan kampanye di media sosial secara komprehensif.

Satu jaringan akun di media sosial ini menyoroti kegagalan rezim di Kabul sekaligus memuji pencapaian Taliban.

Sejumlah cuitan saat itu menyebarkan kemenangan-kemenangan terkini Taliban sambil menyertakan beberapa tagar.

Seperti #kabulregimecrimes (yang dilampirkan ke cuitan-cuitan yang menuduh pemerintah Afghanistan melakukan kejahatan perang).

Atau tagar #westandwithTaliban (upaya untuk melancarkan dukungan masyarakat akar rumput) dan tagar #ﻧَﺼْﺮٌ_ﻣٌِﻦَ_اللهِ_ﻭَﻓَﺘْﺢٌ_ﻗَﺮِﻳﺐٌ (pertolongan dari Allah dan kemenangan sudah dekat).

Tagar-tagar pertama itu setidaknya jadi tren di Afghanistan.

Sebagai respons, Amrullah Saleh sebagai Wakil Presiden Afghanistan saat itu memperingatkan militer dan masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh apa yang ia sebut sebagai "klaim-klaim palsu kemenangan Taliban di media sosial".

Dia juga meminta masyarakat untuk tidak membagikan detail operasi militer pemerintah yang bisa membahayakan keamanan.

Perkembangan itu menunjukkan bahwa Taliban sudah berubah sikap dari penolakannya atas teknologi informasi dan media modern, kini sudah membangun elemen-elemen media sosial untuk memperkuat pesan mereka.

Bentuk tim khusus medsos

Saat Taliban pertama kali berkuasa di Afghanistan pada 1996, mereka melarang internet dan menyita atau menghancurkan perangkat televisi, kamera, dan video.

Namun pada 2005, laman resmi Emirat Islam Taliban, 'Al-Emarah', diluncurkan dan kini mempublikasi kontennya dalam lima bahasa - Inggris, Arab, Pastun, Dari, dan Urdu.

Konten berbentuk audio, video, dan tulisan di bawah pengawasan komisi kebudayaan Emirat Islam Afghanisan (IEA), yang dipimpin oleh juru bicara mereka, Zabihullah Mujahid.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved