Luar Negeri

Dulu Haramkan Internet, Kini Taliban Manfaatkan Media Sosial untuk Sebar Propaganda

Sejumlah cuitan saat itu menyebarkan kemenangan-kemenangan terkini Taliban sambil menyertakan beberapa tagar.

Editor: Faisal Zamzami
AFP Via BBC
Seorang petempur Taliban sedang mencari sinyal ponsel di suatu rumah sakit di Distrik Andar, Provinsi Ghazni, Afghanistan 3 Juni 2021. 

Sebenarnya Departemen Luar Negeri AS sudah memasukkan Jaringan Haqqani sebagai kelompok teroris internasional.

Namun pemimpin mereka, Anas Haqqani, dan banyak anggotanya punya akun di Twitter dan masing-masing punya ribuan pengikut.

Tanpa bersedia diungkap identitasnya, seorang anggota tim medsos Taliban kepada BBC mengungkapkan bahwa mereka memutuskan untuk menggunakan Twitter dalam menyebarkan suatu artikel opini dari harian The New York Times yang ditulis oleh Sirajuddin Haqqani, wakil pemimpin Taliban, pada Februari 2020.

Terkait artikel itu dibuatlah sejumlah akun aktif di Twitter.

"Sebagian besar warga Afghanistan tidak mengerti bahasa Inggris, namun pimpinan rezim Kabul secara aktif berkomunikasi dalam bahasa Inggris di Twitter - karena audiens mereka bukan warga Afghanistan melainkan masyarakat internasional," ujarnya.

"Taliban ingin melawan propaganda mereka dan itulah sebabnya kami juga memfokuskan diri pada Twitter."

Pimpinan Taliban dipromosikan di medos

Khosty juga mengungkapkan akun beberapa anggotanya sudah punya puluhan ribu pengikut.

Semua anggota diinstruksikan "jangan mengomentari isu-isu kebijakan luar negeri negara-negara tetangga yang bisa mengganggu hubungan kita dengan mereka."

Di masa lampau, Taliban dikenal bersikap sangat tertutup mengenai identitas pimpinan dan para pejuang mereka.

Tidak heran bila foto pendiri Taliban, Mullah Omar, sangat langka.

Kini, dalam upaya mendapat legitimasi internasional, pimpinan mereka tidak hanya tampil di depan media massa namun mereka juga dipromosikan di medsos.

Setelah selama tidak tampil secara terbuka, Zabihullah Mujahid sebagai juru bicara Taliban tampil di acara jumpa pers setelah jatuhnya Kabul ke tangan mereka.

Tidak hanya itu, akun-akun Taliban di Twitter pun berganti tampilan profil mereka dengan foto Mujahid.

Sebaliknya, banyak warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk pasukan internasional, organisasi dan media asing, serta pihak-pihak yang kritis atas Taliban di media sosial kini malah membekukan akun mereka, khawatir nanti bakal menjadi target.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved