Gepeuman
Distanbun Aceh Kenalkan Gepeuman kepada Petani Pidie, Bisa Hemat Biaya Tanam Padi Hingga 40 Persen
Tujuan dari pelaksanaan program dan kegiatan Geupeuaman ini, kata Cut Huzaimah, untuk merubah prilaku para petani agar mau membiasakan dirinya, memanf
Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Herianto I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Pertanian dan Perkabunan Aceh, pada hari Selasa (7/9/2021), mulai memperkenalkan program dan kegiatan Gerakan Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah Pra Tanam, yang disingkat dengan Gepeuman kepada petani padi di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
“Gepeuman adalah Gerakan Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah Pra Tanam dengan cara mengolah lahan sawah dengan bahan organik, seperti jerami untuk menaikkan tingkat kesuburan lahan sawah dan bisa menghemat biaya produksi tanam padi sebesar 30-40 persen,” kata Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP yang didampingi Kabid Produksinya Syafrizal, SP, MPA kepada Serambi, Kamis (9/9/2021) di Banda Aceh.
Pada acara pembukaan sosialisasi Gepeuaman kepada petani padi di Pidie tersebut, kata Cut Huzaimah, sejumlah Kepala Bidang dan Kepala UPTD Lingkup Distanbun Aceh dihadirkan ke lokasi acara, termasuk Kadis Pertanian Pidie, Camat, Kapolsek, Danramil Kecamatan Mutiara, Pidie, penyuluh pertanian , keujruen blang dan kelompok tani di wilayah kecamatan Mutiara Pidie, juga diundang untuk melihat tehnik mengolah lahan sawah pra tanam dengan berbagai bahan organik, seperti jerami padi.
Pada acara tersebut, lanjutCut Huzaimah, Distanbun Aceh juga mengundang Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK) Dr Ir Yudi Jufri MP, untuk menyaksikan kegiatan Gepeuaman yang kita sosisialisasikan kepada petani padi Kecamatan Mutiara Timur, Pidie, yang mau melaksanakan tanam padi gadunya pada bulan September 2021 ini.
Baca juga: Satgas Covid-19 Aceh: 23 Ribu Lansia di Aceh sudah Terima Vaksinasi Dosis I
Tujuan dari pelaksanaan program dan kegiatan Geupeuaman ini, kata Cut Huzaimah, untuk merubah prilaku para petani agar mau membiasakan dirinya, memanfaatan sumber daya bahan organik lokal, seperti jerami dan bahan organik lainnya yang mudak diperoleh dan mudah untuk diolah, untuk perbaikan sifat-sifat fisik kimia dan biologi tanah, agar tanah menjadi subur dan gembur.
Semakin banyak bahan organik dalam lahan sawah, kata Cut Huzaimah, lahan semakin subur dan gembur.
Kondisi ini, akan mendorong anakan tanaman padi yang baru ditanam, cepat tumbuh subur dan berkembang. Dampak positif lainnya pada saat padi sedang bunting, jumlah bulir padinya menjadi banyak dan padat.
Kondisi ini akan membuat produktivitas tanaman padi menjadi tinggi dan berkualitas.
Dampak positif lain dari Gepeuaman ini, kata Huzaimah, secara perlahan-lahan, petani padi kita nanti tidak lagi ketergantuangan dengan pupuk kimia, seperti pupuk urea, NPK, TSP, ZA, SP 36 dan lainnya, setiap melaksanakan tanam padi pada musim tanam rendengan maupun gadu.
Bahan-bahan organik yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Gepeuman itu, kata Cut Huzaimah, mudah diperoleh di gampong.
Antra lain Jerami padi, yang biasanya sehabis panen padi, kalau tidak digunakan untuk pakan ternak, biasanya petani membangkarnya ditengah sawah.
Baca juga: Prakerja Gelombang 20 Dibuka, Jangan Gagal Lagi, Berikut Cara Mendaftar dan Tips Agar Lolos
Padahal jerami padi itu, kata Kadistanbun Aceh, Cut Huzaimah, sangat bermanfaat dalam pelaksanaan Gepeuaman, dimana Jerami padi yang sudah dibusukkan, ditabur kembali di lahan sawah, yang mau diolah dengan traktor, supaya tanah lahan sawahnya menjadi gembur dan subur.
Petani padi kita saat ini, kata Cut Huzaimah, belum mengoptimalkan bahan organik untuk kesuburan tanahnya, karena belum terbiasa dan sudah dimanjakan dengan pupuk non organik. Padahal, bila petani padi memanfaatkan bahan organik yang ada di sekitar lahan sawahnya, bisa mengurangi pemakaian pupuk non organik seperti urea dan NPK.
Tanam padi dengan menggunakan pupuk berbahan organik, kata Cut Huzaimah, rasa berasnya sangat lezat, higenis, bergizi tinggi, tubuh jadi sehat. Padi hasil panen yang ditanam tidak menggunakan pupuk kimia seperti urea dan NPK, serta lainnya, di negara-negara Eropa dan Amerika, harganya lebih mahal, begitu juga di Indonesia.