Pengamat Militer: Tudingan Mantan Panglima TNI Komunisme Menyusup di Tubuh TNI Kurang Masuk Akal
Menurutnya paham komunis saat ini sudah tidak laku dijual dan publik justru lebih tertarik dengan keriuhan polemik atau pro-kontra sinyalemen itu.
"Ada banyak media yang memberi ruang bagi kemunculan Gatot, setiap tahun. Sekarang ini ibaratnya, membincangkan PKI tanpa menyebut nama Gatot itu gak ramai, gak seru," kata Fahmi.
Fahmi melihat hal tersebut menjadi peluang yang sangat dimengerti dan kemudian dikelola oleh Gatot dan timnya.
"Bayangkan saja, dia gak perlu repot membuat isu yang bisa menjamin eksistensi. Apalagi ditambah kata kunci 'TNI' dan 'Dudung' seperti sekarang. Jelas ramai," kata dia.
Masalahnya, lanjut dia, sama seperti isu khilafah yang kerap dikonsumsi oleh kelompok lain, isu komunisme akhirnya menjadi seperti bara yang terus dipertahankan tetap menyala.
Ia justru khawatir bahwa penguasa, elit politik, dan para penyedia jasa pendampingan politik seperti tidak punya niatan membantu masyarakat keluar dari trauma masa lalu dan mendapatkan kebenaran.
Isu-isu tersebut, kata dia, justru terkesan digunakan untuk adu kuat, menghadirkan polarisasi, memelihara kecurigaan dan rasa takut yang menyebar di kalangan masyarakat.
Padahal, kata dia, keduanya sama-sama sumir dan ujung-ujungnya adalah pembodohan publik.
"Justru jika diterus-teruskan dan mendapat ruang terus-menerus, perpecahan yang mestinya bukan ancaman faktual ini malah berpotensi menjadi faktual," kata Fahmi.
Baca juga: Cek Mad Kembali Rotasi Lima Pejabat Eselon II di Aceh Utara
Baca juga: Pria Ini Bakar Mobil Tetangga Gara-gara Parkir, Pecahkan Kaca Pakai Cangkul dan Siram Spiritus
Baca juga: Kronologi Suami Bunuh Istri, Dekap Korban saat Mandi Lalu Dihantam Pakai Palu
Tribunnews.com dengan judul Tudingan Mantan Panglima TNI Komunisme Menyusup di Tubuh TNI Kurang Masuk Akal