Mahasiswa Prodi BSA UIN Ar-Raniry Telaah Naskah Kuno di Dayah Tengku Chik Awee Geutah
Komplek bangunan tersebut dimiliki oleh oleh ulama besar Aceh, Tengku Chik Awee Geutah dengan nama aslinya Syaikh Abdurrahim Bawarith al Asyi.
Laporan Yocerizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Ar-Raniry Banda Aceh melakukan kunjungan ke Dayah Tengku Chik Awee Geutah di Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen.
Kunjungan tersebut dilakukan selama dua hari, Sabtu dan Minggu (9-10/10/2021), dalam rangka praktikum filologi.
Ketua Prodi Bahasa dan Sastra Arab, Dr Zulhelmi MHSc dalam pernyataan tertulisnya kepada Serambinews.com, Senin (11/10/2021), menyampaikan, ada 100 mahasiswa yang ikut dalam kegiatan itu.
"Serta didampingi oleh 10 orang dosen pendamping,” ujarnya.
Kegiatan praktikum filologi adalah salah satu kegiatan rutin Prodi BSA yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan mahasiswa di bidang manuskrip kuno (pernaskahan).
Zulhelmi mengatakan, pada kegiatan itu, mahasiswa diajak untuk melakukan penelaahan terhadap naskah-naskah kuno yang masih tersimpan di komplek Dayah Tengku Chik Awee Geutah.
Baca juga: Berkunjung ke Kota Subulussalam, Ini Agenda dan Lokasi yang Dikunjungi Ustadz Abdul Somad (UAS)
Baca juga: VIDEO Dua Kenshi Aceh Tembus ke Semifinal Kempo PON Papua 2021
Baca juga: Calo CPNS Mulai Bergentayangan di Aceh, Minta Uang Ratusan Juta untuk Bantu Luluskan Peserta Tes
Di samping itu, mahasiswa juga dituntut agar bisa menghargai dan menjaga naskah-naskah kuno yang tersisa di beberapa tempat di Aceh.
“Salah satunya di Komplek Dayah Tengku Chik Awee Geutah ini,” Imbuh Zulhelmi.
Istiqamatunnisa MA, selaku Filolog Aceh yang ikut mendampingi mahasiswa pada kegiatan tersebut, menyebutkan di Komplek Dayah Tengku Awee Geutah terdapat 51 naskah kuno yang masih tersimpan.
"Naskah-naskah yang tersimpan tersebut lebih banyak memuat tentang tata bahasa arab, fikih, tasawuf, dan tauhid,”
“Salah satu naskah yang memuat persoalan tata bahasa Arab yakni naskah ‘Tufah Attulab fi qawaiduli'rab’,” tambah Istiqamah.
Naskah ‘Tufah Attulab fi qawaiduli'rab’ ditulis oleh Syekh Ahmad bin Haim. Di dalamnya tidak menyebutkan tahun terbit.

“Diperkirakan naskah ini ditulis antara abad 17 dan 18. Tetapi jika dilihat dari sisi kertasnya, salinan naskah ini dikeluarkan pada abad 18,” ucap Istiqamah.
Sebatas informasi, komplek Dayah Tengku Chik Awee Getah adalah komplek bangunan yang sudah ada sejak abad 13.