Sultan Aceh

Makam Mulai Dipugar, Inilah Silsilah Sultan Aceh Terakhir Alaidin Muhammad Daud Syah, Punya 4 Istri

Sultan menyatakan tekad “LEBIH BAIK AKU MATI BERKALANG NYAWA DARI PADA AKU SERAHKAN NEGERI ACEH KEPADA PENJAJAH BELANDA.”

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Makam Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah di TPU Kemiri Rawamangun dalam waktu dekat akan dipugar oleh Pemprov DKI Jakarta. Para Tokoh Aceh sudah bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan 

2. Tuwanku Muhammad, memiliki keturunan yaitu Tuwanku Muhammad Daud di Jakarta (almarhum), dan Tuwanku Yusuf di Jakarta (almarhum).

3. Tuwanku Aziz, punya anak bernama Tengku Farida (tinggal di Jakarta), Tuwanku Saiful Anhar (tinggal di Jakarta), Tengku Azizah (tinggal di Banda Aceh), Tengku Sila (tinggal di Jakarta), Tengku Inal (tinggal di Jambi), Tengku Inong (tinggal di Karawang), Tuwanku Maulana (tinggal di Jakarta), Tuwanku Iskandar (tinggal di Jakarta), Tuwanku Hikmah (tinggal di Jakarta).

4. Tuwanku Hasyim.

5. Tuwanku Ali Zulkarnaen Samsul Bahar memiliki anak bernama: Tuwanku Boy Rizal Agustiaz (tinggal di Jakarta), Tuwanku Piaramon Julizar (tinggal di Jakarta), Tengku Dian Anggraeni (tinggal di Jakarta), Tengku Devi Aditia Fenica (tinggal di Jakarta), Tengku Poppyca Mardiana (tinggal di Jakarta), Tengku Mutia Depril Kartin (tinggal di Jakarta), dan Tengku Sendy Marliza (tinggal di Jakarta).

Teungku Dian Anggraeni adalah anak ketiga dari Tuwanku Ali Zulkarnaen Samsul Bahar.

Ia menjelaskan, dirinya sejak kecil memang diberitahu dan diajarkan oleh ayahandanya tentang tata laku dan silsilah keturunan Sultan Aceh.

“Meski kami tinggal di Jakarta, tapi kami dididik sebagai keluarga kerajaan. Termasuk cara kami bertegur sapa dan sebagainya,” kata Tengku Dian Anggraeni yang lahir 4 Februari 1975.

Menolak serahkan kedaulatan

Sultan Aceh Muhammad Daud Syah yang pernah bersembunyi di Loyang Sekam, sebuah gua terletak di Kampung Gunung Suku Rawe Kecamatan Lut Tawar Aceh Tengah dan dalam pengawalan pejuang Gayo, dalam usaha menghindari kejaran Belanda, menolak menyerahkan kedaulatan kepada Belanda.

Pada 10 Januari 1903 setelah bermusyawarah dengan para Dewan Kesultanan, Sultan Muhammad Daud Syah menghadap pimpinan Belanda di Sigli melalui Van Der Maaten.

Beliau dibujuk untuk menandatangani surat penyerahan kedaulatan Aceh kepada Belanda, tapi ditolak mentah-mentah dan merobek serta melemparkan surat tersebut ke Van Heutsz.

Sultan menyatakan tekad “LEBIH BAIK AKU MATI BERKALANG NYAWA DARI PADA AKU SERAHKAN NEGERI ACEH KEPADA PENJAJAH BELANDA.”

Sultan kemudian dibawa ke Banda Aceh dan ditahan dalam sebuah rumah khusus di kawasan Keudah.

Tapi dari balik tahanan Sultan masih mengatur strategi penyerangan terhadap markas-markas Belanda di Kutaraja, dan Sultan berusaha memohon bantuan pasukan dari Kaisar Jepang untuk mengusir Belanda dari Aceh dalam sebuah surat yang dikirimkan melalui perwakilan (kedutaan Jepang) di Singapore, dan akhirnya diketahui spionase Belanda hingga membuat Van Heutz Berang dan memutuskan Sultan harus di “Externiring” keluar Aceh bersama keluarganya.

Mula-mula Sultan dibuang ke Ambon. Di sana beliau masih dihormati oleh Raja di Ambon dan sempat mendakwahkan Islam hingga mengislamkan beberapa raja di sana.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved