Internasional

AS Berharap Kesepakatan Abraham Accords Akan Membantu Penyelesaian Masalah Israel-Palestina

Amerika Serikat (AS) berharap Abraham Accord atau Kesepakatan Abraham akan membantu penyelesaian konflik Israel-Palestina.

Editor: M Nur Pakar
AFP/SAUL LOEB
Dari kiri ke kanan: Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif al-Zayani, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald Trump, dan Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed Al-Nahyan memegang dokumen penandatanganan Abraham Accords di Gedung Putih Washington DC, Selasa (15/9/2020). 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) berharap Abraham Accord atau Kesepakatan Abraham akan membantu penyelesaian konflik Israel-Palestina.

AS akan terus bekerja memperluas perjanjian normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab.

Negara adidaya itu berharap pemulihan hubungan semacam itu dapat dimanfaatkan untuk memajukan kemajuan konflik Israel dan Palestina.

Dalam sebuah briefing dengan wartawan, Menteri Luar Negeri AS Antony menegaskan Kesepakatan Abraham bukanlah pengganti solusi dua negara Israel dan Palestina.

Blinken berbicara dengan rekan-rekannya dari Israel dan Uni Emirat Arab (UEA).

"Kami terus menyambut kerja sama ekonomi antara Israel dan semua negara di kawasan itu," ujar Blinken, seperti dilansir Reuters, Kamis (14/10/2021).

Baca juga: Abraham Accord: Saat Dunia Menyaksikan Empat Pria Pembuat Sejarah Arab

"Kami berharap normalisasi dapat dimanfaatkan untuk memajukan kemajuan di jalur Israel-Palestina," tambahnya.

Blinken pertama-tama bertemu dengan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid dan Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah Bin Zayed Al Nahyan.

Keduanya secara terpisah bertemu di Departemen Luar Negeri pada Rabu (13/10/2021).

Dia kemudian akan menjadi tuan rumah pertemuan trilateral dengan keduanya, yang pertama dari jenisnya.

Para pemimpin Israel, UEA dan Bahrain menandatangani Kesepakatan Abraham di Gedung Putih pada September 2020.

Bulan berikutnya, Israel dan Sudan mengumumkan menormalkan hubungan.

Maroko menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Setelah Presiden AS Joe Biden mengalahkan pendahulunya Donald Trump dalam pemilihan.

Para pejabat Palestina mengatakan merasa dikhianati oleh saudara-saudara Arab mereka.

Baca juga: UEA dan Bahrain Tandatangani Abraham Accord di Washington

Palestine mangatakan kesepakatan dengan Israel tanpa terlebih dahulu menuntut kemajuan pembentukan negara Palestina tidak dapat diterima.

Sampai tahun lalu, hanya dua negara Arab, Mesir dan Jordania yang menjalin hubungan penuh dengan Israel.

Para pejabat AS tidak mengatakan dengan tepat bagaimana Washington menggunakan perjanjian normalisasi sebagai alat penyelesaian masalah Israel-Palestina.

“Pemerintahan Biden telah memulai dengan komitmen yang jelas terhadap solusi dua negara," kata pejabat Deplu AS.

"Kami melanjutkan dengan komitmen itu," tambahnya.

"Kami berusaha maju semampu kami, ketika kami bisa, sebaik mungkin,” tambah pejabat AS itu.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, seorang nasionalis di atas koalisi lintas-partisan, menentang Palestina mederka.

Namun, ketiga negara itu akan membentuk dua kelompok kerja baru.

Satu kelompok berfokus pada koeksistensi agama dan yang lainnya pada masalah air dan energi.

Baca juga: Fajar Baru Bagi UEA dan Bahrain Seusai Tandangtangani Abraham Accord dengan Israel

"Kelompok kerja ini akan berusaha untuk mewujudkan janji itu untuk terhubung dengan mitra penting AS di kawasan itu," jelas pejabat AS.

"Harus menemukan cara untuk memecahkan masalah lama bersama di Israel dan UEA, tetapi juga di seluruh kawasan," tambahnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved