Berita Pidie
Pidie dan Pidie Jaya akan Dijadikan Kawasan Berikat Agro Industri Bawang Merah, Kadin Aceh Mendukung
Kunjungan ini untuk melihat lokasi kawasan pengembangan tanaman bawang merah yang akan dijadikan Kawasan Berikat Agro Industri Bawang Merah.
Penulis: Herianto | Editor: Mursal Ismail
Kunjungan ini untuk melihat lokasi kawasan pengembangan tanaman bawang merah yang akan dijadikan Kawasan Berikat Agro Industri Bawang Merah.
Laporan Herianto | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kakanwil Bea dan Cukai Aceh, Dr Safuadi bersama enam stafnya melakukan promosi komoditi ekspor hingga ke pelosok desa.
Salah satunya ke Gampong Suik, Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie, Rabu (13/10/2021).
Kunjungan ini untuk melihat lokasi kawasan pengembangan tanaman bawang merah yang akan dijadikan Kawasan Berikat Agro Industri Bawang Merah.
Dalam kunjungan itu, Safuadi dan rombongan melakukan pertemuan dengan anggota kelompok tani bawang merah di Gampong Suik.
“Semua komoditi pertanian itu bisa diekspor, asal memenuhi persyaratan dan berkualitas standar internasional, “ kata Safuadi dalam pertemuan itu.
Safuadi mengatakan, kunjungan dirinya bersama enam staf ke areal tanaman bawang merah di Gampong Suik Kecamatan Indra Jaya atas undangan Wakil Ketua Kadin Aceh, Zakarya.
Zakarya, selaku pembina kelompok tani bawang merah, di Kecamatan Indra Jaya dan beberapa kecamatan lainnya di Pidie dan Pidie Jaya.
Zakarya, pernah menceritakan kepada dirinya bahwa di sejumlah Kecamatan di Pidie dan Pidie Jaya, kelompok tani padinya, sudah mulai banyak yang menanam bawang merah.
Luas areal bawang merah yang ditanam kelompok tani sekitar 2 – 6 hektar/kelompok, tapi lokasinya tersebar di beberapa tempat.
Di Kabupaten Pidie ada sekitar 5 – 6 lokasi dan Kabupaten Pidie Jaya sekitar ada 4 – 6 lokasi.
Total luas areal tanaman bawang merahnya ada mencapai 100 hektare lebih.
Yang menarik bagi untuk datang melihat areal tanam bawang merah yang ada di Pidie itu, kata Safuadi, panen bawang merahnya setiap dua minggu sekali sekitar 1 – 2 hektare.
"Setiap hektar menghasilkan bawang merah sekitar 6 ton," sebut Safuadi.
Karena panennya dua minggu sekali, kata Safuadi, pola tanam bawang merah di Pidie dan Pijay, telah diatur dengan baik.
Kondisi seperti ini, sangat menguntungkan anggota kelompok tani, karena tidak terjadi ledakan panen bawang merah secara serentak, yang bisa membuat harga bawang merah petani jadi anjlok.
"Petani bawang merah di Pidie dan Pijay sudah bisa mengatur tanam bawang merahnya secara terjadwal, sehingga produksi bawang merahnya bisa berjalan sepanjang bulan untuk luas areal tertentu.
Maka kawasan areal tanam bawang di Pidie dan Pijay, bisa kita jadikan sebagai Kawasan Berikat Agro Industri Bawang Merah," kata Safuadi.
Kawasan Berikat Agro Industri Bawabng Merah itu, menurut Safuadi, banyak memberikan keuntungan bagi anggota kelompok tani.
Antara lain, dikawasan itu bisa dibangun industri pengolahan bawang merah dengan berbagai produk turunannya, yang bisa diekspor ke luar negeri.
Kantor Bea Cukai Aceh, akan membantu kelompok tani bawang merah untuk mencarikan pasar ekspor produk bawang merahnya, bila pasar lokal sudah jenuh, sehingga harga tidak jatuh dan petani tetap diuntungkan.
Misalnya di ekspor ke Arab Saudi, Dubai, Eropa, dan lainnya.
Komoditi bawang merah yang diekspor mulai dari produk bawang merah segar yang baru di panen, sampai turunan produk lainnya, seperti bawang goreng, bawang acar dan lainnya dalam satu kemasan berstandar Internasional.
Untuk pembuatan model kemasan komoditi agro industri produk bawang merah asal Pidie dan Pijay yang mau diekspor, akan dibantu petugas Bea Cukai Aceh, bentuk kemasannya.
Produk hasil agro industry kita di Aceh cukup banyak, tapi kenapa banyak yang belum bisa menembus pasara Eropa, Amerika, Arab Saudi dan Dubai, hal ini disebabkan pada kemesan komoditas agro industri yang mau diekspor, tidak dibuatkan atau ditulis komposisi unsur yang terkandung dalam komoditas tersebut.
Mulai tahun 2021 ini, lanjut Safuadi, pihaknya sudah membuat pogram jemput komoditas pertanian yang bisa diekspor, yang programnya diberi nama “ Semua Bisa Ekspor.
Kadin Aceh mendukung
Menyahuti program Kantor Bea Cukai Aceh itu, Wakil Ketua Kadin Aceh, Zakarya mengatakan, pihaknya siap mendukung program Kantor Bea Cukai Aceh, terkait Semua Bisa Ekspor.
Zakarya menjelaskan, pengembangan tanaman bawang merah yang dilakukannya di beberapa lokasi di Pidie dan Pijay, bermitra dengan kelompok tani setempat, baru tahap pembelajaran dan transfer pengetahuan tanam bawang yang produktif dan menguntungkan kepada petani padi dan petani bawang yang ada di Pidie dan Pijay.
Hasil transfer teknologi tanam bawang yang dilakukan ini, kata Zakarya, di bawah pembinaan Yayasan Pionir Nusantara yang ada di Banda Aceh.
Yayasan itu dibentuk, untuk membantu petani di Aceh, meningkatkan pengetahuan bercocok tanam yang produktif dan menguntungkan.
Kalua tanam padi, kata Zakarya, petani sudah banyak yang pintar, tapi untuk tanam bawabng merah, cabe merah, tomat dan lainnya, baru sebagian yang ahli, sebagian lagi belum, sehingga produk tanaman sayuran itu, tidak bisa tersedia sepanjang bulan, karena masa tanamnya tidak diatur dengan baik.
Tapi setelah kami masuk dan membina petani, masa tanam bawang merah di Pidie dan Pijay, sudah mulai terjadwal, sehingga panennya bawangnya bisa terjadi setiap bulan.
Sebagai pengurus Yayasan Pionir Nusantara, kata Zakarya, pihaknya berterima kasih kepada Kakanwil Bea Cukai Aceh Dr Safuadi, yang sudah turun bersama stafnya, untuk membantu kelompok tani bawang merah mencari pasar ekspor dan pembuatan Kawasan Berikat Agro Industri Bawang Merah untuk Pidie dan Pijay.
“ Semoga dengan bantuan Bea Cukai Aceh itu, produksi bawang merah Pidie dan Pijay, bisa diekspor ke Arab Saudi, Dubai, Eropa, Amerika dan bahkan ke Cina, serta negara lainnya, sebagai mana produksi bawang merah Brebes Jawa Tengah,”ujar Zakarya. (*)