Nahrawi Noerdin: Kelangkaan BBM Bersubsidi Dampak dari Penggunaan yang Belum Tepat Sasaran

“Pane na sep barang menyoe lagenyan dipelaku (Mana pernah cukup barangnya jika seperti itu yang diperbuat),” ujarnya lagi.

Agar kelangkaan BBM bersubsidi ini dapat diatasi, maka ia mengatakan dibutuhkan kesadaran kolektif dari semua kalangan yang tidak berhak untuk secara sadar tidak lagi menggunakan BBM bersubsidi.

“Solusi jangka pendeknya ya sudah sesuai seperti langkah yang ditempuh Pemerintah Aceh dengan meminta tambahan kuota BBM bersubsidi ke Pemerintah Pusat melalui BPH-Migas. Jika dikabulkan, kuotanya ditambah dan Pertamina akan kembali menyalurkan,” kata Nahrawi.

Namun dikatakannya, itu merupakan solusi jangka pendek hanya untuk mengatasi habisnya kuota yang memicu kelangkaan pada tahun ini. Apabila tidak terjadi perubahan pola penggunaannya, tahun depan permasalahan ini akan terulang lagi.

“Solusi jangka panjangnya, ya ayo semua pihak yang tidak berhak jangan menggunakan lagi BBM bersubsidi. Ayo sama-sama kita dukung program yang mendorong kesadaran kolektif masyarakat Aceh untuk menggunakan BBM yang sesuai peruntukannya,” sebutnya.

Ia menambahkan beberapa waktu yang lalu sebenarnya Pemerintah Aceh sudah mempunyai program yang bagus untuk memberikan solusi jangka panjang, dengan apa yang disebut sebagai program stikering.

“Hanya saja waktu itu teknis pelaksanaannya kurang baik, tergesa-gesa, kurang koordinasi, dan mengabaikan nilai-nilai kearifan lokal kita, sehingga memicu kontroversi sebelum akhirnya dihentikan. Itu program yang tujuannya bagus, tapi caranya salah. Jika caranya diperbaiki mungkin itu bisa jadi solusi di masa depan,” demikian Nahrawi Noerdin. (*)