Berita Banda Aceh
Hari Santri Nasional 2021, Tradisi Menulis Santri Aceh Harus Dibangkitkan Seperti Ulama Terdahulu
Tradisi menulis santri Aceh harus terus dibangkitkan. Sebab, menulis adalah tradisi ulama-ulama terdahulu baik ulama Aceh maupun ulama dunia
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Muhammad Hadi
Momentum Hari Santri Nasional, Tradisi Menulis Santri Aceh Harus Dibangkitkan Seperti Ulama Terdahulu
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH –Tradisi menulis santri Aceh harus terus dibangkitkan. Sebab, menulis adalah tradisi ulama-ulama terdahulu baik ulama Aceh maupun ulama dunia.
Pernyataan ini disampaikan aktivis santri Aceh, Dr. Teuku Zulkhairi, MA berkenaan dengan Penyelenggaraan Upacara Hari Santri Nasional (HSN) 22 Oktober di Banda Aceh.
“Jadi pengembangan tradisi menulis di kalangan santri dan mahasantri ini harus jadi perhatian utama para pengambil kebijakan, “ ujar Teuku Zulkhairi yang juga Ketua 1 Rabithah Thaliban Aceh (RTA) ini.
Zulkhairi mengatakan, bahwa tidak cukup hanya dengan pelatihan-pelatihan jurnalistik dan menulis di media saja.
Baca juga: Mahasantri Mahad Aly Babussalam Antusias Ikuti Lomba Menulis Dalam Rangka Hari Santri Nasional
Tapi ingin para santri dan mahasantri Aceh bisa menulis di jurnal-jurnal dan menghasilkan buku-buku dan kitab.
Sehingga pemikiran para santri yang asli merujuk kepada khazanah kitab kuning klasik ini dapat dibaca oleh publik secara luas.
Zulkhairi yang juga Dosen UIN Ar-Raniry ini menilai, bahwa selama ini perhatian terhadap pengembangan tradisi menulis di kalangan santri dayah agak kurang dilakukan para pengambil kebijakan terkait.
“Seharusnya tidak cukup dengan hanya menyelenggarakan pelatihan-pelatihan jurnalistik, tapi bagaimana caranya agar kemampuan para santri dan mahasantri ini dapat ditingkatkan sehingga bisa menulis buku dan di jurnal-jurnal yang dapat diakses secara luas oleh pembaca luar juga, “ kata Zulkhairi.
Baca juga: Peringatan Hari Santri Nasional, Sekda Aceh Ikuti Zikir dan Doa Bersama Ribuan Santri
Zulkhairi mengatakan bahwa selama ini belum pernah terdengar ada program spektakuler misalnya, program menulis “1000 buku santri” dan sebagainya yang proses penerbitannya difasilitasi pemerintah.
“Yang ada selama ini, setelah menulis sejumlah santri kesulitan untuk mencari penerbit karena faktor keuangan.
Padahal jumlah santri yang mau menulis itu sedikit. Yang sedikit itupun tidak difasiltasi penerbitan naskah-naskahnya.
Kita harapkan pengambil kebijakan di Aceh bisa perhatian pada pengembangan intelektualitas santri semacam ini. Karena ini nyata kerja peradaban,” terang Zulkhairi lagi.
Zulkhairi juga menjelaskan bahwa ulama-ulama dahulu di Aceh dan di manca negara itu mereka adalah para penulis.
Baca juga: 9 Pejabat Aceh Dipanggil KPK, Tiga Diantaranya Pimpinan DPRA, Terkait Proyek Ini
Misalnya ulama Aceh seperti Syaikh Abdurrauf As-Singkili, Nuruddin Ar-Raniry, Baba Daud Rumi, Hamzah Fansuri dan sebagainya.