Berita Aceh Utara

HMI Mengajar Potret 1 Sekolah Pedalaman di Aceh Utara Gabung PAUD & SD, Guru Hanya 1 Gadis Tamat SMP

Program yang dinamakan HMI Mengajar itu mereka lakukan di Dusun Sarahraja untuk membantu permasalahan dan masyarakat kecil di sana sebagai bentuk

Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Mursal Ismail
Dok HMI Lhokseumawe - Aceh Utara        
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Lhokseumawe - Aceh Utara melakukan kegiatan mengajar ke Dusun Sarahraja, Desa Luboek Pusaka, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, 21-24 Oktober 2021. 

Program yang dinamakan HMI Mengajar itu mereka lakukan di Dusun Sarahraja untuk membantu permasalahan dan masyarakat kecil di sana sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dan bangsa. 

Laporan Zaki Mubarak | Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Lhokseumawe - Aceh Utara melakukan kegiatan mengajar ke Dusun Sarahraja, Desa Luboek Pusaka, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara.

Kegiatan dalam rangka pengabdian untuk masyarakat di dusun pedalaman yang masih tertinggal di Kabupaten Aceh Utara itu mereka lakukan 21-24 Oktober 2021 dan mereka nginap di dusun ini. 

Program yang dinamakan HMI Mengajar itu mereka lakukan di Dusun Sarahraja untuk membantu permasalahan dan masyarakat kecil di sana sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dan bangsa. 

Hal ini sebagaimana disampaikan Kabid Pendidikan dan IPTEK HMI Cabang Lhokseumawe - Aceh Utara, Ari Maulana, kepada Serambinews.com, Sabtu (30/10/2021).

“Kegiatan kami laksanakan selama 4 hari dengan menginap di lokasi pada tanggal 21-24 Oktober 2021 lalu.

Alhamdulillah tanggal 25 kami sudah kembali di Lhokseumawe, kegiatan ini mendapatkan support dari berbagai kalangan.

Selain mengajar anak-anak di sana, kami juga ikut membantu masyarakat di sana, seperti merenovasi PAUD tempat anak-anak belajar, berburu ke hutan dan banyak lagi lainnya,” kata Maulana.

Baca juga: Nasib Guru Honorer di Pedalaman Aceh Utara, Tetap Mengajar Meski Sudah Diputus Kontrak

PAUD digabung dengan SD, guru hanya tamat SMP 

Ari Maulana menyebutkan warga Dusun Sarahraja terdiri atas 36 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sekitar 120 orang.

Kemudian sejak tahun 2021 berkat bantuan para relawan yang datang ke dusun itu dan masyarakat sekitar dibangun satu Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yang diberi nama PAUD Sejemput Asa. 

Meski namanya PAUD, sekolah ini sekarang selain memiliki sepuluh murid untuk sekolah tingkat usia dini itu, juga memiliki dua murid tingkat SD.

Murid tingkat SD ini pun sudah diakui pihak Dinas Pendidikan Aceh Utara sebagai sekolah resmi. 

Pasalnya, jika tidak, anak-anak di dusun terpencil ini harus ke SD terdekat, yaitu di kabupaten tetangga atau Aceh Timur yang harus menyeberang sungai menghabiskan waktu hampir 30 menit. 

Baca juga: Boleh Sekolah Kalau Bisa Berenang, Derita Anak-anak di Pedalaman Aceh Utara

Kemudian berjalan kaki lagi sekitar 40 menit. Sedangkan untuk ke SD di Aceh Utara justru lebih tak memungkinkan lagi karena bisa menghabiskan waktu perjalanan hingga tiga jam. 

Ketua Umum HMI Cabang Lhokseumawe - Aceh Utara, Muhammad Fadli, menambahkan adapun guru di PAUD Sejemput Asa yang juga memiliki dua murid SD itu hanya satu orang, yaitu Anacahyati.

"Gadis yang masih usia 16 tahun dan tamat SMP tahun 2020 ini rela mengorbankan dirinya tak melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA/sederajat demi mengajar anak-anak di PAUD Sejemput Asa itu.  

Padahal ia tak mendapatkan honor dari pemerintah, tapi hanya dikasih semacam sedekah oleh camat, keuchik, kadus, atau para relawan yang berkunjung ke sana," kata Muhammad Fadli. 

Lebih lanjut, Muhammad Fadli menceritakan Dusun Sarahraja merupakan daerah 3T paling pedalaman di Aceh Utara, jaringan internet/HP hampir tidak mungkin ada di sana.

Akses masyarakat sangat sulit, baik itu jalur darat maupun jalur sungai,” jelas Muhammad Fadli. 

Muhammad Fadli mengatakan pihaknya sangat miris dan sedih melihat kondisi di sana yang serba sulit, padahal negara ini sudah 76 tahun merdeka. 

Baca juga: Suka Duka Sekolah di Pedalaman Aceh Utara, Anak-Anak Abeuk Reuling Bisa Bergembira

“Jangankan untuk bisa hedonisme, untuk kebutuhan dasarnya saja mereka hampir tidak ada, seperti dunia pendidikan, kesehatan, air bersih, akses jalan, itu semua masih sangat sulit,” jelasnya.

Lebih lanjut, Muhammad Fadli mengatakan jika ada masyarakat yang sakit, juga sangat karena tidak ada perawat.

“Puskesmas ada, namun tidak terpakai karena susah para perawat pulang pergi dengan akses jalan yang sangat ekstrim.

Karena untuk sampai ke Dusun Sarahraja dari Desa Luboek Pusaka harus melewati sungai dan jalan kaki yang menghabiskan waktu sekitar 2 jam.

Belum lagi air bersih juga sulit di sana, masyarakat mandi, minum, nyuci, buang air besar dan air kecil dan sebagainya dengan air sungai kecil yang tentunya sangat jauh dari higienis.

Masyarakat yang bercocok tanam juga kesulitan karena ada gajah liar yang merusak tanaman di sana,” terangnya.

Atas kondisi yang telah ia lihat langsung itu, kata Muhammad Fadli, pihaknya mengaku sangat prihatin.

Padahal diakuinya anak-anak di sana juga memiliki semangat tinggi untuk melanjutkan pendidikan seperti anak-anak di daerah lainnya. 

“Kita berharap ini menjadi perhatian khusus pemerintah daerah serta pemerintah pusat untuk dapat membantu masyarakat di sana.

Bahkan jika perlu kementerian langsung yang turun ke sana, tapi intinya negara harus hadir untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Sarahraja,” harap Muhammad Fadli.

Begitulah potret, terutama pendidikan di salah satu lokasi pedalaman Aceh Utara tepatnya di Dusun Sarahraja,  Desa Luboek Pusaka, Kecamatan Langkahan.

Potret ini direkam pengurus HMI Cabang Lhokseumawe - Aceh Utara dalam Program HMI Mengajar(*)

 
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved