Breaking News

113 Tahun Tjoet Njak Dhien

Rumah Tjoet Njak Dhien Tetap Jadi Tempat Ngaji Anak-anak, Senjata Rencong Dirawat Keraton Sumedang

Rumah  yang ditempati Tjoet Njak Dhien selama di Sumedang Jawa Barat masih tetap dipertahankan sebagai tempat belajar mengaji  Alquran untuk anak-anak

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Sekjen DPR RI Indra Iskandar (ketiga dari kiri) didampingi Sekda Sumedang (paling kiri) berada di Rumah Tjoet Njak Dhien di Sumedang, bersama-anak-anak yang belajar mengaji di rumah itu 

Laporan Fikar W.Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Rumah  yang ditempati Tjoet Njak Dhien selama di Sumedang Jawa Barat masih tetap dipertahankan sebagai tempat belajar mengaji  Alquran untuk anak-anak. 

Seperti juga dulu, ketika Tjoet Njak Dhien mengajar anak-anak mengaji  di sana.

Rumah tersebut dijadikan  cagar budaya yang dilindungi oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya wilayah DKI Jakarta, Lampung, Jawa Barat, dan Banten.

Bangunan rumah masih seperti sedia kala.

“Masih tetap dipertahankan sebagai tempat mengaji  untuk anak-anak. Dulu ketika Tjoet Njak  Dhien di rumah itu, juga mengajar mengaji,” kata Indra Iskandar, Sekjen DPR RI kepada Serambinews.com, Senin (1/11/2021) malam.

Indra Iskandar baru saja kembali mengunjungi rumah dan makam Tjoet Njak Dhien di Sumedang.

Baca juga: Moustapha Akad, Ertugrul, dan Cut Nyak Dhien: Tentang Wajah Asli Yang Sering Terabaikan (II)

Tjoet Njak Dhien pada 11 November 2021 ini genap berusia 113 tahun kematiannya. Ia dibuang ke Batavia dan kemudian dipindahkan ke Sumedang pada 1906 dalam usia 58 tahun.

Ia menempati sebuah rumah kayu milik salah seorang tokoh Sumedang, KH Ilyas.

Tjoet Njak Dhien meninggal dunia 6 November 1908, dua tahun setelah menjalani pengasingan. Jenazahnya dimakamkan di Sumedang.

Pemerintah Kabupaten Sumedang, kata Indra Iskandar,  memanfaatkan spirit  perjuangan Tjoet Njak Dhien sebagai  inspirasi bagi birokrasi di Sumedang.

Baca juga: Harga Emas Hari Ini Naik, Berikut Rincian Lengkap Harga Emas Per Gram, Selasa (2/11/2021)

“Ini disampaikan sendiri Sekda Sumedang. Bahwa birokrat-birokrat Sumedang diminta untuk berziarah ke makam Tjoet Njak Dhien dan meresapi nilai-nilai kejuangan Sang Pahlawan.

Bahwa kita sekarang belum apa-apanya dibanding Tjoet Njak Dhien yang bersedia mengorbankan nyawa untuk mempertahankan diri dari penjajahan,” kata Iskandar menirukan  keterangan Sekda Sumedang.

Rumah pengasingan Tjoet Njak Dhien berada di Kampung Kaum, Kelurahan Regol Wetan, tidak terlalu jauh dari Masjid Agung Sumedang.

Penjaga rumah merawat sangat baik tempat tersebut.  Pada bagian depan tertera  papan nama dengan tulisan  "Bekas Rumah Tinggal Cut Nyak Dien Sumedang".

Selama di Sumedang, Tjoet Njak Dhien mengajar ngaji kepada anak-anak setempat. Orang-orang setempat memanggil Tjoet Njak Dhien dengan Ibu Prabu.

Baca juga: KRI Teuku Umar-385 ikut Operasi Amfibi di Laut Natuna Selatan

Menurut Indra Iskandar, Tjoet Njak Dhien ketika itu hanya menguasai bahasa Arab dan bahasa Aceh, untuk berkomunikasi harus melalui penerjemah.

Masyarakat Sumedang, baik kalangan birokrasi maupun kalangan kerajaan Sumedang merasa sangat dekat dengan Aceh.

Rencong peninggalan Tjoet Njak Dhien dijaga dan dirawat dengan baik oleh pihak keraton Sumedang.

Ini disampaikan sendiri oleh Paduka Yang Mulia Sri Raja Sunda di Keraton Sumedang.

“Dari foto-foto yang diperlihatkan kepada kita, adalah belasan rencong dalam berbagai ukuran dan bentuk milik Tjoet Njak Dhien yang mereka simpan dan jaga dengan baik,” ujar Indra Iskandar.

Baca juga: 3 Eksekutor Anggota TNI di Pidie Dibidik Pasal Berlapis, Senjata Digunakan Peninggalan Konflik Aceh

Tjoet Njak Dhien pahlawan nasional asal Aceh merupakan anak dari Teuku Nanta Setia, lahir di Aceh Barat pada tahun 1848.

 Ia diasingkan oleh Belanda pada 1906, karena tak mau tunduk kepada Belanda.

Pang Laot, panglima perang dalam pasukan gerilyawan pimpinan Tjoet Njak Dhien,  menyerahkan Tjoet Njak Dhien pada Belanda karena merasa tak tega atas sakit dan keletihan yang diderita perempuan perkasa itu.

Pang Laot  meminta pada Belanda agar memberikan perawatan yang baik bagi wanita mulia  itu.

Tapi Belanda mengkhianati permintaan Pang Laot dan sebaliknya membuah Tjoet Njak Dhien ke luar dari Aceh.(*)

Baca juga: Harga Emas Per Mayam Hari ini, Permintaan Emas Meningkat di Pidie

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved