Kupi Beungoh
Laporan dari Manado, Kopi Aceh Sangat Diminati, Kisah Perantau Pidie, Hingga Kiprah Trans Continent
“Walau sebagai pengusaha besar, Pak Ismail Rasyid tidak sombong. Beliau selalu singgah di warung kopi saya,” kata Suryadi.
Oleh: Hasan Basri M. Nur
ORANG Aceh, apalagi dari Pidie (termasuk Pidie Jaya), dikenal hobi mencari peruntungan ekonomi di perantauan.
Semua provinsi di Indonesia dipastikan memiliki komunitas perantau asal Aceh, tak terkecuali di Sulawesi Utara.
Provinsi Sulawesi Utara adalah kawasan yang menjanjikan bagi komunitas yang mencari peruntungan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara cukup menggembirakan, padahal dana APBD tahunan mereka hanya di kisaran angka Rp 4 triliun per tahun.
Bandingkan dengan APBD Aceh yang mencapai Rp 18 triliun per tahun, karena ditopang dana otonomi khusus.
Data BPS 2021 menyebutkan, ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan II 2021 tumbuh 8,49 persen (y-on-y).
Dari sisi produksi, hampir seluruh lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan paling signifikan dialami oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, yakni sebesar 70,62 persen. (Lihat https://sulut.bps.go.id, edisi 8 Mei 2021).
Menurut Asisten II Pemkab Minahasa Utara, Allan Mingkib, banyaknya kucuran dana melalui proyek APBN setiap tahun dari Pemerintah Pusat ikut mempercepat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara.
Allan menceritakan, Bupati Minahasa Utara dan Gubernur Sulawesi Utara sangat gencar dalam melobi dana APBN untuk memacu pembangunan daerahnya.
“Jika mengandalkan pada APBD tak mungkin kami memacu pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi,” kata Allan kepada saya saat menjamu makan siang di Minahasa Utara, Kamis (18/11/2021).
Selain itu, keberadaan industri besar di Sulawesi Utara ikut mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Hasil dari berbagai industri dari Sulawesi Utara dipasok ke berbagai daerah di luar provinsi.
“Itulah yang mendorong Presiden Jokowi membangun jalan tol di Sulawesi Utara yang terhubung ke pelabuhan ekspor di Bitung,” sambung Allan.
Baca juga: Kiprah Perantau Pidie di Jabodetabek, Kumpulkan Uang Rp 275 Juta Dibagi ke Hampir 2.000 Keluarga
Baca juga: VIDEO Kiat Sukses Ahmad Reduan di Perantauan, Selalu Cari Masjid di Mana Pun Berada
Kisah Perantau Asal Pidie Jaya
Pertumbuhan ekonomi yang baik ini ikut mendorong Suryadi Ibrahim (35), pemuda asal Pangwa Trenggadeng, Pidie Jaya, merantau ke Manado, ibukota Sulawesi Utara.
Sejak tahun 2015, Suryadi membuka warung kopi khas Aceh di Jalan Raya Pierre Tendean Kota Manado, HP 0812-6925-226.
Usaha yang baru dirintis oleh Suryadi bersama istri langsung maju, mendapat sambutan baik dari warga.
“Pada tahun 2012 sampai 2015 saya tinggal di asrama Foba Jakarta. Lalu menikah dengan perempuan asal Makassar di Jakarta. Pernikahan inilah yang mengubah sejarah hidup saya,” cerita Suryadi, Kamis malam, di warung kopi Boulevard miliknya.
“Istri saya itu tamatan Pondok Pesantren Hafal Quran di Manado. Lalu saya dan istri memutuskan mencoba peruntungan di Kota Manado dengan membuka usaha warung kopi khas Aceh dan aneka makanan khas Aceh lain. Ternyata sangat diminati warga di sini,” sambungnya.
Suryadi mengaku secara khusus memasok kopi robusta dari Banda Aceh, yaitu Solong Premium Beurawe.
"Alhamdulillah. Pada awal saya buka warung kopi diserbu oleh pengunjung. Dulu saya memiliki 17 karyawan dan buka 24 jam non stop,” ungkap pemuda tangguh ini.
Lalu pada tahun 2020 muncul wabah covid-19.
Usahanya mulai terbatas, mulai sepi dan harus tutup hingga jam 8 malam.
“Sekarang mulai mendekati normal lagi. Pengunjung perlahan mulai ramai dan kami boleh tutup hingga jam 11 malam,” Suryadi mengisahkan sambil mengarahkan karyawan untuk melayani tamu dan dibantu sang istri tercinta.
Menurut Suryadi, warung kopi di Manado tak perlu didesain secara khusus yang tampak mewah dan terkesan mahal.
Gaya terbuka dan santai lebih diminati kawula muda.
Baca juga: Merantau ke Medan Hingga Singapura, Ternyata Rezeki Al Baihaqi Ada di Pedalaman Pidie
Baca juga: Dapat Inspirasi saat Tidur di Kamar Direktur Sekolah, Imam Arif Bulatkan Tekad Merantau ke Australia
Minim Orang Aceh
Di Manado tergolong sedikit orang Aceh.
Perkumpulan Aceh di sini tergolong lemah, tidak sekuat di Makassar, Gorontalo, atau Sorong Papua Barat.
Pengusaha cargo nasional asal Matangkuli Aceh Utara, Ismail Rasyid, memiliki usaha besar di Sulawesi Utara melalui PT Trans Continent dengan basis di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung.
“Walau sebagai pengusaha besar, Pak Ismail Rasyid tidak sombong. Beliau selalu singgah di warung kopi saya,” kata Suryadi.
“Dulu Pak Ismail Rasyid pernah mengagas pendirian masjid Aceh sebagai pengikat perantau asal Aceh di Manado, tetapi kurang mendapat respon sehingga belum terwujud,” katanya.
Baca juga: Trans Continent, Era Baru Industri Aceh
Baca juga: Pernah Jadi Kernet Labi-labi Jurusan Pasar Aceh - Lhoknga, Ismail Rasyid Kini Bos di 7 Perusahaan
Menjanjikan bagi Perantau Muda
Kabid Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya dan Ormas Kesbangpol Aceh, Mustafa SSos MSi, yang mengikuti mengikuti Pekan Kerukunan Internasional di Manado, mengatakan, tanah Manado tampaknya menjanjikan bagi generasi muda untuk mencoba peruntungan.
“Pertumbuhan ekonomi di Manado sangat tinggi, masyarakatnya sangat baik, ramah dan toleran. Jadi sangat cocok bagi generasi muda yang mencoba mengadu nasib di sini. Jika perlu sekalian menikah dengan gadis Manado yang terkenal akan kecantikannya,” kata Mustafa didampingi Surya Edy Rachman yang juga pejabat Kesbangpol Aceh.
“Jika ada rombongan enam gadis Manado yang ngopi di warung saya, dapat dipastikan lima dari cantik semua,” tambah Suryadi memperkuat pernyataan Mustafa.
Nah, bagi anak-anak muda Aceh yang belum memiliki pekerjaan tetap ada baiknya untuk mencoba merantau ke Manado.
Biasanya anak-anak Aceh akan mandiri dan meraih kesuksesan besar manakala berada jauh dari kampung halaman. Semoga!*
Manado, 19 Nov 2021
*) PENULIS, Hasan Basri M. Nur adalah Aktivis Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Aceh, dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, email: hasanbasrimnur@gmail.com
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.