Luar Negeri
27 Migran Tewas Tenggelam Saat Coba Seberangi Selat Inggris, Perancis Salahkan London
Pemerintah "Negeri Anggur" menuturkan, seringkali para imigran tertarik dengan tawaran pekerjaan di tetangganya itu.
SERAMBINEWS.COM, PARIS - Perancis menyalahkan Inggris atas insiden 27 migran tewas ketika mencoba menyeberangi Selat Inggris (Channel).
Pemerintah "Negeri Anggur" menuturkan, seringkali para imigran tertarik dengan tawaran pekerjaan di tetangganya itu.
Dalam wawancara dengan RTL, Menteri Dalam Negeri Gerard Darmanin mengatakan London, Belgia,dan Jerman seharusnya bisa membantu mereka menangkal perdagangan manusia.
Dia juga menyatakan tewasnya 27 migran saat kapal mereka tenggelam ketika menyeberangi Channel adalah tragedi yang mengerikan.
Darmanin tidak memberikan informasi lanjutan mengenai penyebab kapal itu tenggelam, maupun dari mana para korban berasal.
Dia hanya mengungkapkan dua korban selamat adalah warga Irak dan Somalia. Mereka saat ini dirawat karena menderita hipotermia.
Dia menerangkan, total sudah lima terduga tersangka tertangkap dengan kapal yang dipakai menyeberangi Selat Inggris dibeli di Jerman.
"Mereka yang bertanggung jawab atas tragedi ini adalah para penyelundup, yang menjanjikan Eldorado di Inggris," kecam Darmanin.
"Mereka adalah para kriminal, dan tragedi ini begitu menyakitkan kita semua," lanjutnya dikutip Sky News Kamis (25/11/2021).
Lima perempuan, termasuk yang sedang hamil, dan anak-anak termasuk dalam korban tewas dalam insiden Rabu (24/11/2021).
Baca juga: VIDEO - Situasi di Perbatasan Polandia-Belarusia Memanas, 4.000 Imigran Terobos Pagar
Baca juga: Pengungsi Rohingya di Lhokseumawe Segera Dipindahkan ke Penampungan Imigran di Medan
Menurut keterangan nelayan setempat, mereka melihat ada puluhan tubuh yang mengambang tak bergerak di lautan.
Darmanin menjelaskan, perahu yang dipakai migran tersebut sangatlah rapuh, seperti kolam yang meletus di kebun.
Franck Dhersin, wakil presiden transportasi di Region Hauts-de-France berujar, ketua para penyelundup yang hidup nyaman di Inggris harus ditangkap.
Dia menerangkan di "Negeri Anggur", mereka sudah menangkap para pelaku perdagangan manusia tersebut.
Tetapi itu menurutnya belum cukup. Untuk menghentikan organisasinya, mereka harus membekuk pemimpinnya.
"Mereka tinggal di London dengan nyaman, menghasilkan ratusan juta euro setiap hari. Mereka menginvestasikannya. Jadi seharusnya otoritas pajak bisa mengendusnya," kata dia.
Politisi lokal Bruno Bonnell mengatakan, ada banyak faktor mengapa imigran ilegal memilih menyelundup ke "Negeri Ratu Elizabeth".
Pertama adalah bahasanya. Mereka selama ini terbiasa berbahasa Inggris meski tertarih-tatih sehingga merasa nyaman di sana.
"Ditambah, mereka mendengarnya dari sumber langsung bahwa kondisi hidup di sana jauh lebih baik," ujar Bonnell.
Selat Dover merupakan jalur lalu lintas kapal paling sibuk di dunia, dengan lebih dari 25.700 orang menyeberangi secara ilegal tahun ini.
Berdasarkan data yang dirilis kantor berita PA, jumlah tersebut tiga kali lebih banyak dibanding tahun lalu.
Isu di Selat Inggris ini menjadi perdebatan bertahun-tahun antara Perancis dan Inggris, dengan kedua pihak saling menyalahkan.
London misalnya, menuding tetangga sekaligus musuh tradisionalnya itu tidak meningkatkan patroli, meski memberikan dana tambahan jutaan euro.
Perdana Menteri Boris Johnson disebut sudah menelepon Presiden Emmanuel Macron, dan keduanya sepakat memberikan berbagai opsi.
Johnson menawarkan negaranya menjadi tuan rumah tim patroli, sekaligus membantu adanya patroli gabungan.
Sementara Macron meminta untuk diadakannya pertemuan darurat Eropa, dan perlunya peningkatan Frontex, badan perbatasan "Benua Biru".
Baca juga: BSI Humanity Luncurkan Program Warteg Solidaritas Warsos
Baca juga: Polemik 2 Keluarga, Kak Seto Minta Keluarga Bibi dan Keluarga Vanessa Angel Menahan Diri
Baca juga: Sebagai Suami, Atta Mengaku Tak Pernah Mengekang Aurel Hermansyah: Aku Bebasin Istriku
Kompas.com: 27 Migran Tewas Tenggelam Saat Coba Seberangi Selat Inggris, Perancis Salahkan London