Berita Lhokseumawe

Ketua Ilmuwan Indonesia Internasional: Banyak Hasil Penelitian di Indonesia Tak Ada yang Membacanya

Banyak hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa, dosen dan peneliti di Indonesia dan beberapa negara maju tidak dibaca atau dimanfaatkan masyarakat

Penulis: Jafaruddin | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/JAFARUDDIN
Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) Prof Muhammad Aziz mengisi pelatihan untuk peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan angkatan ke-3 GWPP. 

Laporan Jafaruddin I Lhokseumawe 

SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE – Banyak hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa, dosen dan peneliti di Indonesia dan beberapa negara maju tidak dibaca atau dimanfaatkan masyarakat, apalagi pihak industri. 

Karena hasil penelitian tersebut tidak menjawab sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat dan pihak industry, juga karena tidak memiliki knowledgecreationatau penciptaan ilmu pengetahuan. 

Demikian antara lain disampaikan Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4), Prof Muhammad Aziz, saat mengisi materi untuk peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) angkatan ke-3, secara daring, Selasa (23/11/2021). 

Dosen Universitas Tokyo Jepang tersebut mengisi materi dengan judul “Riset dan Inovasi: Potensi Diaspora Ilmuwan Anak Bangsa Bagi Peningkatan Daya Saing Indonesia di Kancah Global”. 

Baca juga: Kemenparekraf Nyatakan Kampung Selamat Sebagai Desa Wisata Aceh Tamiang

Peserta FJP ke-3 tersebut  adalah, 15 jurnalis terpilih dari Aceh (Serambi Indonesia) sampai Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi serta Kalimantan.

Program tersebut diadakan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dan PT Paragon Technology and Innovation,berlangsung dari September -Desember 2021. 

Pelatihan itu dipandu Nurcholis Basyari Direktur GWPPyang juga mentor.

Selain 15 jurnalis, pertemuan kali ini juga diikuti CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat dan Pakar manajemen perubahan Hendro Fujiono PhD yang juga Direktur Fuji Shepherd & Associates. 

GWPP menyediakan mentordar jurnalis senior,untuk membimbing peserta dalam menulis berita straight news, features dan indepth reporting.Mereka adalah Mohammad Nasir (Wartawan Senior Kompas 1989-2018), Frans Surdiasis (Kepala Litbang The Jakarta Post), Haryo Prasetyo (Wartawan Senior). 

Baca juga: Kebakaran Rumah dan Mobil di KP-3, Tagana Lhokseumawe Bangun Tenda Darurat 

Menurut Prof Muhammad Aziz, sebuah penelitian tersebut dibutuhkan grand design (rencana induk), agar sebuah riset yang dilakukan dosen, peneliti dan mahasiswa nantinya mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan industri.

Sebab, selama ini kata Aziz, banyak hasil penelitian atau karya ilmiah yang dilakukan perguruan tinggi tidak mampu memberi dampak atau manfaat kepada masyarakat, sehingga akhirnya hasil penelitian tersebut tidak dibaca masyarakat. 

Bahkan kondisi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga dibeberapa negara maju.

“Jadi hanya beberapa persen saja hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan,” ujar pria kelahiran Jawa Tengah tersebut. 

Fungsi karya ilmiah atau riset kata Aziz, minimal menjadi pedoman ilmu pengetahuan. Karena tujuan utama dilakukan riset tersebut adalah penciptaan ilmu pengetahuan.

"Kalau melakukan riset hanya untuk memenuhi syarat kelulusan, itu sudah salah,” tegas Aziz.  

Baca juga: Dalam Waktu Dekat Kasus Penyerangan Pospol Aceh Barat ke Jaksa

Sebab, sebuah hasil penelitian tersebut harus mampu memberi kontribusi yang terbesar.

“Biasanya riset yang bisa menghasilkan itu, karena memiliki grand design dari topik tertentu,” ujar Aziz. 

Dalam kesempatan itu, Aziz juga menyarankan kepada mahasiswa di Indonesia dalam melakukan riset, bukan hanya memenuhi persyaratan kelulusan saja, tapi harus bermanfaat masyarakat. 

Untukitu dosen,memiliki peran penting untuk mengarahkanmahasiswa dalam melakukan penelitian.

Baca juga: Dosen Unimal Latih Siswa Cara Budidaya Ikan Lele Dalam Ember Bersama Kangkung

Dalam hal ini kata Aziz, dibutuhkan kolaborasi dengan memanfaatkan jaringan, yaitu menghubungkan mahasiswa saat mengalami kendala dalam penelitiannya.

Karena dosen juga memiliki keterbatasan pada topik tertentu, untuk memecah keterbatasan itu dengan memanfaatkan sumber-sumber yang lain.

"Di sinilah konsep multidisiplin dan kerjasama diperlukan," pungkas Guru Besar Universitas Tokyo, Jepang.(*) 

Baca juga: Harga Emas Hari Ini Per Mayam dan Per Gram di Lhokseumawe, Minggu (28/11/2021)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved