Pasangan Tunanetra Berhasil Sekolahkan 4 Anaknya
Meski dalam keterbatasan melihat dan jauh dari harapan hidup layak, namun empat anaknya yang dibesarkan penuh kasih sayang
"Allah tidak akan menukar rezeki hambanya dengan hamba lainnya.
Sebelumnya saya juga menjadi orang yang dipercaya memijat dua Gubernur Aceh, almarhum Ibrahim Hasan dan Syamsuddin Mahmud serta Wakil Gubernur, HT Djohan serta sejumlah tokoh Aceh lainnya.
Saat saya bekerja di Pangkas Primadona, sebagai tukang pijat," ungkap Husaini.
Baca juga: Kisah Tunanetra di Aceh Singkil, Nyakmi Menganyam Tikar untuk Bertahan Hidup
Kini orang-orang tersebut sudah tiada dan berbagai nasehat tokoh Aceh itupun menjadi pondasi bagi dirinya bahwa dirinya juga mampu hidup seperti orang normal lainnya.
Sehingga langkahnya untuk menyekolahkan anak-anaknya pun mampu tercapai.
Husaini pun cukup menguasai bacaan di setiap ayat dalam kitab suci Alquran model braille yang diperuntukkan khusus bagi tunanetra.
Ia pun menerima 30 juzz Alquran braille merupakan infaq dari seseorang.
Di akhir ceritanya Husaini mengungkapkan dirinya di usia 7 tahun masih kanan-kanak pernah melihat.
Baca juga: Bahagianya Razali dan Nur Aini, Pasangan Tunanetra Dapat Rumah Gratis Pemerintah Aceh
Namun, takdir Allah berkehendak atas dirinya, di saat dirinya sedang bermain dengan sesama teman seusianya, tiba-tiba sebuah pisau arit terlepas dari tangan seseorang yang tidak mau diungkapkan identitasnya dan mengenai satu bagian matanya.
Namun, karena penangganan yang tidak dilakukan segera, sehingga kerusakan terjadi keduanya.
“Saya ikhlas atas apa yang sudah menjadi ketentuan Allah. Hikmah itu saya rasakan begitu besar, di saat saya dan istri mampu menyekolahkan empat anak-anak saya.
Baca juga: Viral, Kedua Orang Tuanya Tunanetra, Anak Berikan Bingkisan Karena tak Bisa Pulang, Tonton Videonya
Semoga mereka menjadi anak berguna bagi bangsa dan agama dan menjadi anak yang berbakti, shaleh dan shaleha.
Yang akan mendoakan kami kelak di saat saya dan istri telah tiada,” ungkap Husaini yang memutuskan merantau ke Banda Aceh tahun 1988 lalu, dari kampung halamannya di Jangka, Bireuen.(misran asri)