Pasangan Tunanetra Berhasil Sekolahkan 4 Anaknya
Meski dalam keterbatasan melihat dan jauh dari harapan hidup layak, namun empat anaknya yang dibesarkan penuh kasih sayang
KETERBATASAN bukan menjadi halangan, karena semuanya sudah menjadi ketentuan Yang Mahas Kuasa!
Itulah tekad pasangan tunanetra Husaini (62) dan istrinya, Hajijah (54), yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat dan tinggal di rumah sederhana yang dikontrak tidak kurang 30 tahun lalu, di Lambheu Barat, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.
Baca juga: Kisah Inspiratif! Pasangan Tunanetra Ini Sukses Sekolahkan Keempat Anaknya, 2 Orang Sudah Bekerja
Meski dalam keterbatasan melihat dan jauh dari harapan hidup layak, namun empat anaknya yang dibesarkan penuh kasih sayang, masing-masing Sri Rahayu (30), Tahjul Futari (27), Ani Syairufah (23) dan Setia Nabila (17) sukses disekolahkan.
Bahkan dua dari empat anaknya itu, yakni Sri Rahayu dan adiknya Tahjul Futari sudah bekerja setelah keduanya menyelesaikan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh.
Baca juga: Mahasiswa Ini Ciptakan Aplikasi Peta untuk Penyandang Tunanetra, Begini Cara Kerjanya
Sementara, Ani Syairufah, baru saja menyelesaikan studinya Strata 1 di Fakultas Hukum Unsyiah, Banda Aceh.
Terakhir si bungsu Setia Nabila masih duduk di kelas III, SMA Negeri 8 Banda Aceh.
Perjuangan Husaini dan Hajijah bisa menyekolahkan 4 anaknya bukan tanpa hambatan dan halangan.
Tapi, justru banyak di antara saudara dan rekan-rekannya menaruh pesimis dan menganggap tekad Husaini hanya bualan mimpi yang tak mungkin dicapai oleh seseorang yang tidak dapat melihat.
Bahkan yang mampu melihat pun, ungkap Husaini pada Serambi yang menyambangi rumahnya, terkadang anak-anaknya harus putus sekolah di ‘tengah jalan’.
Baca juga: VIDEO - Berada di Tribun, Pria Ini Deskripsikan Pertandingan Bola Pada Sahabatnya yang Tunanetra
"Saya yakin dan percaya Allah SWT tidak melemahkah hambanya sejauh hambanya itu bekerja keras untuk niatan baiknya.
Menjadi takdir bagi saya dan istri buta, tapi jangan sampai anak-anak saya juga ikut buta mata hatinya. Karena, semua anak saya bisa melihat secara normal," ungkap Husaini.
Awalnya Serambi mendapatkan informasi ini dari Fadhli Abdullah yang memiliki sapaan akrab di Facebook ‘Bang Prossa’.
Ia menguraikan ceritanya yang kenal dengan Husaini, namun lama sudah tak bertemu, yaitu sebelum gempa dan tsunami menerjang Aceh 2004 silam.
Kembali ke Husaini, dirinya tak mau berada di jalan, menengadahkan tangan ke setiap orang dan mengharapkan belas kasihan.
Namun, Husaini dan istrinya bersikukuh mengandalkan kemampuannya, meski hanya memijat orang yang ingin menggunakan jasanya dengan tidak menyurutkan semangat mereka agar anak-anak mereka sukses.
"Allah tidak akan menukar rezeki hambanya dengan hamba lainnya.
Sebelumnya saya juga menjadi orang yang dipercaya memijat dua Gubernur Aceh, almarhum Ibrahim Hasan dan Syamsuddin Mahmud serta Wakil Gubernur, HT Djohan serta sejumlah tokoh Aceh lainnya.
Saat saya bekerja di Pangkas Primadona, sebagai tukang pijat," ungkap Husaini.
Baca juga: Kisah Tunanetra di Aceh Singkil, Nyakmi Menganyam Tikar untuk Bertahan Hidup
Kini orang-orang tersebut sudah tiada dan berbagai nasehat tokoh Aceh itupun menjadi pondasi bagi dirinya bahwa dirinya juga mampu hidup seperti orang normal lainnya.
Sehingga langkahnya untuk menyekolahkan anak-anaknya pun mampu tercapai.
Husaini pun cukup menguasai bacaan di setiap ayat dalam kitab suci Alquran model braille yang diperuntukkan khusus bagi tunanetra.
Ia pun menerima 30 juzz Alquran braille merupakan infaq dari seseorang.
Di akhir ceritanya Husaini mengungkapkan dirinya di usia 7 tahun masih kanan-kanak pernah melihat.
Baca juga: Bahagianya Razali dan Nur Aini, Pasangan Tunanetra Dapat Rumah Gratis Pemerintah Aceh
Namun, takdir Allah berkehendak atas dirinya, di saat dirinya sedang bermain dengan sesama teman seusianya, tiba-tiba sebuah pisau arit terlepas dari tangan seseorang yang tidak mau diungkapkan identitasnya dan mengenai satu bagian matanya.
Namun, karena penangganan yang tidak dilakukan segera, sehingga kerusakan terjadi keduanya.
“Saya ikhlas atas apa yang sudah menjadi ketentuan Allah. Hikmah itu saya rasakan begitu besar, di saat saya dan istri mampu menyekolahkan empat anak-anak saya.
Baca juga: Viral, Kedua Orang Tuanya Tunanetra, Anak Berikan Bingkisan Karena tak Bisa Pulang, Tonton Videonya
Semoga mereka menjadi anak berguna bagi bangsa dan agama dan menjadi anak yang berbakti, shaleh dan shaleha.
Yang akan mendoakan kami kelak di saat saya dan istri telah tiada,” ungkap Husaini yang memutuskan merantau ke Banda Aceh tahun 1988 lalu, dari kampung halamannya di Jangka, Bireuen.(misran asri)