Direktur Diaspora Transnasional Asia Tenggara : Imigran Rohingya Sebaiknya Ditampung di Pulau Khusus

Sedikitnya 120 orang etnis Rohingya yang sempat terombang-ambing di lautan selama beberapa hari akhirnya dievakuasi ke daratan Aceh

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Direktur Diaspora Transnasional Asia Tenggara, Muhammad Ichsan SPd M.Hum 

Laporan Fikar W.Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Sedikitnya 120 orang etnis Rohingya yang sempat terombang-ambing di lautan selama beberapa hari akhirnya dievakuasi ke daratan Aceh.

Mereka tiba di Pelabuhan Asean, Krueng Geukeuh, Kabupaten Aceh Utara, pada Kamis (30/12/2021) malam, setelah kapal motornya ditarik KRI Parang-647.

Kapal yang mengangkut sejumlah pengungsi itu ditemukan di 53 nautical mile dari Bireuen, Aceh.

Melihat kejadian tersebut yang terus berulang sejak tahun 2005.

Direktur Diaspora Transnasional Asia Tenggara, Muhammad Ichsan SPd M.Hum mengusulkan kepada Pemerintah Indonesia IOM serta UNHCR untuk menyediakan pulau khusus kepada pengungsi eksodus internasional di Aceh

Baca juga: Setelah Etnis Rohingya Mendarat di Lhokseumawe, UNHCR Kembali puji Indonesia dan Aceh

Alumni Magister Kajian Asia Tenggara, Universitas Indonesia tersebut mengatakan cara ini lebih efektif karena melihat Aceh sebagai jalur transnasional terbuka selat malaka. 

"Jalur Transnasional Selat Malaka sangat terbuka dan berbahaya, terutama narkotika serta human trafficking (penyeludupan manusia).

Kasus etnis Rohingya menjadi perhatian Internasional serta telah bertahun-tahun kita mencari solusi terbaik bagi "manusia perahu" tersebut.

Kita minta Pemerintah Indonesia perihal ini Kementerian Luar Negeri bersama IOM serta (UNHCR) untuk belajar dari kasus eks pengungsi eksodus Vietnam yang sempat menetap di Pulau Galang, Kepulauan Riau di masa silam," ujar Ichsan kepada media, Sabtu (1/1/2022). 

Baca juga: Dilengkapi Replika Transformer dan Upin Ipin, Pos Penyekatan Aceh Tamiang Diserbu Warga untuk Selfie

Menurut Ichsan, yang turut menaruh perhatian penuh bagi etnis Rohingya, kala itu, sekitar tahun 1980, ratusan ribu warga Vietnam selatan mengungsi ke negara lain pasca-perang saudara yang terjadi di sana.

Jumlah pengungsi sudah menginjak angka 200.000 orang yang tersebar di negara-negara ASEAN.

"Warga Vietnam menaiki perahu dan selama beberapa waktu terombang-ambing di Laut China Selatan tanpa tujuan jelas.

Mereka pun mendapat julukan sebagai manusia perahu. Sebagian dari warga Vietnam Selatan tersebut berhasil mencapai Indonesia, tepatnya Pulau Galang dan Tanjung Pinang.

Dari sinilah, kisah Pulau Galang sebagai kamp pengungsian warga Vietnam dimulai," ungkap Ichsan. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved