Kupi Beungoh

Disrupsi Digital dan Kita

Teknologi digital ibarat mata uang yang memiliki dua sisi, positif dan negatif, tergantung dari bagaimana si pemakai (user) menggunakannya

Editor: Amirullah
ist
Ihsan Sulis, Pengamat Sosial dan Pengajar pada Madrasah Ulumul Qur’an Langsa 

Oleh: Ihsan Sulis*)

Ada yang menarik dari apa yang disampaikan Najwa Shihab di program Narasi dengan judul “Bila dunia tanpa digital”.

Dalam paparannya Najwa menyebut bahwa;  “Membayangkan dunia tanpa digital seperti mengacak-acak sejarah, digital begitu merasuki kehidupan kita sampai perbedaannya musykil untuk dilihat lagi, dikarenakan digital sudah melebur dalam keseharian kita”.

Najwa Menyebutkan data bahwa 6 dari 10 manusia di dunia hari ini menggunakan internet, dan bila manusia rata-rata tidur 7-8 jam perhari maka 40 persen jam bangun mereka ada di dalam aktifitas berselancar internet.

 Tambahnya lagi, Berdasarkan riset ke depan tidak akan ada lagi mouse, keyboard dan layar monitor.

Dunia di depan kita akan menjadi campuran di antara realitas dan virtual, hinggga kita akan sulit membedakannya.

Setiap orang akan memakai kacamata Virtual Reality (VR) untuk berinteraksi, informasi akan mengambang di udara, web akan muncul di dunia nyata bukan saja di layar kaca.

Baca juga: Harga Rokok Tahun 2022 Resmi Naik, Segini Harga untuk Sempoerna, Surya hingga Djarum

Itulah sedikit muqaaddimah yang kiranya bisa mengantarkan kita untuk melihat preview perkembangan dunia ke depan.

Dunia terus berkembang, inovasi terus diciptakan dan manusia terus haus dengan hal-hal yang bersifat kekinian.

Hingga teringatlah kita dengan salah satu ungkapan tokoh sosiolog revolusioner Iran yaitu Ali Syariati, ujarnya; “Dalam hidup ini tidak ada kata berhenti, sejenak engkau berhenti engkau akan terlindas”, demikian pentingnya kita untuk terus bergerak dan terus bergerak.

Dalam konteks agama juga ada pameo; Taharrak fainna fil harakah barakah” (Bergeraklah, karena dalam gerak ada berkah).

Kalimat-kalimat ini menunjukkan bahwa gerak, perubahan, perkembangan adalah suatu keniscayaan dalam hidup ini yang bisa mendatangkan nilai positif.

Baca juga: Ditinggal Adiknya Menikah Duluan, Ayu Ting Ting Ajukan Syarat: Pokoknya Setiap Weekend

Kita dan Mereka

Hari ini, di saat kita masih dalam alam hayali bergumam “andaikan ada…?” ternyata di belahan bumi lain mereka sudah menciptakannya, dan ini secara pribadi pernah penulis rasakan ketika berdiskusi dengan beberapa teman terkait perkembangan teknologi di dunia modern.

Ini menunjukkan bahwa inovasi yang ada tidak akan terhenti (Unstoppable).

Masa depan digital akan terus berkembang, bahkan kini isu yang juga hangat diperbincangkan bahkan menjadi polemik adalah isu Metaverse; sebuah dunia virtual yang kita semua bisa berinteraksi seperti kehidupan nyata di dalamnya.

Bahkan saking menariknya proyek ini, 5 perusahaan besar tengah bertarung untuk menjadi First Mover, di antaranya Faceboook, Epic Games, Roblox, NVDIA, dan Microsoft.

Baca juga: Kronologi Irwansyah Ditipu Hafiz Fatur, Syok Dapat Surat Tagihan Bank, Jumlahnya Miliaran Rupiah

Menyesuaikan Atau Justru Tergilas

Perubahan kadang memang menggelisahkan, apakah kita bisa menyesuaikan atau justru tergilas dan tertinggal, lingkungan kerja juga kini semakin responsif terhadap kebutuhan digital bahkan diperkirakan akan ada 85 juta pekerjaan yang berpotensi tergeser oleh pembagian kerja antara manusia dan mesin.

Disrupsi teknologi dan digitalisasi tidak saja berpotensi menghapus pekerjaan namun juga menciptakan pekerjaan baru, diperkirakan 100 juta pekerjaan baru akan lahir.

Namun yang menjadi pertanyaan kira-kira siapa yang akan mengisi?

Mengingat Hanya 19 persen dari tenaga kerja di Indonesia yang memiliki kemampuan mengaplikasikan digital dalam pekerjaannya.

Proporsi ini jauh tertinggal dari Australia, Singapura, Korea Selatan, Jepang yang masing-masing mencapai 60 %.

Teknologi digital yang telah berkembang semakin hari semakin mempermudah kehidupan manusia yang mencakup segala bidang, baik kedokteran, militer, politik, pendidikan bahkan agama.

Teknologi Artificial Intelligence (AI) contohnya kini digunakan di banyak bidang, di kedokteran digunakan untuk meningkatkan deteksi dan diagnose.

Di dunia Pendidikan dengan teknologi AI telah tercipta Mentor Virtual, Voice Assistant dan Smart Content dengan teknologi digital juga lahir big data yang telah membantu banyak hal dalam membuat kebijakan.

Ringkasnya teknologi digital telah mengubah banyak hal dalam kehidupan dan mendatangkan banyak sisi positif.

Baca juga: Harga Emas di Lhokseumawe Hari Ini Turun Sedikit, Ini Rincian Lengkap Harganya

Pentingnya Pendidikan Digital

Teknologi digital ibarat mata uang yang memiliki dua sisi, positif dan negatif, tergantung dari bagaimana si pemakai (user) menggunakannya,  ada yang menggunakannya sebagai sarana belajar, ada yang sekedar having fun, ada pula yang menggunakan untuk tujuan jahat (cyber crime).

Maka dari itu pendidikan digital juga kiranya sangat penting disosialisasikan terutama kepada anak-anak yang mulai mengenal teknologi digital bahkan mestinya sejak dini, mengingat hari ini mereka hanya melihat teknologi digital seperti smart phone dan tablet hanya sebatas alat hiburan, sehingga pemanfaatannya juga hanya sebatas untuk kebutuhan entertainment.

Kita barangkali perlu belajar dari negara lain, Estonia misalnya, sebuah negara kecil di Eropa Timur yang baru 30 tahun lalu merdeka dari Uni Soviet.

Negara ini tidak memiliki sumber daya alam yang banyak namun mereka berhasil menjadikan internet sebagai peluang membangun negara dan bukan trend semata.

Di negara kecil ini segala interaksi serba online, tagihan, pajak, voting, pelaporan ke polisi, mengajukan gugatan bahkan hingga resep obat dari dokter.

Menariknya lagi, anak-anak di Estonia sudah diajak melek terhadap teknologi internet sejak dini, mereka bahkan mendapat ID digital sejak di bangku Taman Kanak-kanak (TK).

Bukan hanya sampai di situ, hebatnya lagi anak TK di sana sudah dikenalkan kepada materi Bahasa Pemograman (Coding) dan robotika.

Sehingga yang terlintas di benak mereka ketika memegang alat-alat digital tersebut adalah belajar, belajar pemograman, robotika atau yang sejenisnya.

IMTAQ dan IPTEK

Imtaq dan Iptek adalah dua akronim yang diperkenalkan oleh Allahyarham Prof. Dr. BJ Habibie di era 1980-an yang kemudian menjadi ideologi Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Konsep ini tidak kalah penting bagi kita dalam rangka menghadapi era digital yang semakin terdistrupsi.

Di samping kita memperhatikan teknologi, iman dan taqwa juga lebih penting, bahkan menempati struktur paling atas bagi seorang muslim.

Dua item inilah yang menjadi pondasi nilai bagi kita.

Sang Ilmuan Albert Einstein sendiri mengakui bahwa teknologi dan sains mesti dibalut dengan nilai.

Di antara quotesnya yang terkenal adalah; “Science without religion is lame, religion without science, is blind.” (Sains tanpa agama lumpuh atau timpang, agama tanpa sains buta).

Ungkapan ini ia sampaikan kepada William Hermans dalam sebuah wawancara mengenai “Tuhan adalah sebuah misteri namun dapat dipahami”.

Pernyataan Einstein tersebut menarik untuk disimak, karena di dunia barat sendiri, tempat Einstein berkiprah, justru Tuhan oleh para ilmuan dan filosof dianggap telah mati, dan agama dinilai sebagai candu yang bisa membius masyarakat.

Namun bagi Einstein sendiri tetap sains tidak boleh lepas dari nilai, maka dari itu mari kita gunakan teknologi sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip keimanan yang telah kita anut.

Dengan demikian aktifitas yang terlihat duniawi bahkan bisa bernilai ukhrawi dengan kita kaitkan kepada; niat yang benar, iman dan ikhlas semata-mata karena Allah SWT.  Wallahu A’lam…

*) Ihsan Sulis adalah Pengamat Sosial dan Pengajar pada Madrasah Ulumul Qur’an Langsa

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca juga: Warga Kota Xian Cina Menjerit Kelaparan, Dilarang Keluar Beli Makan Saat Lockdown

Baca juga: QR Code Pantau Belajar Tatap Muka untuk Mencegah Muncul Klaster di Sekolah

Baca juga: Masih Ingat Eka Frestya Polwan yang Dulu Viral, Begini Protetnya Kini Usai Jadi Istri Kapolres

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved