Berita Banda Aceh
FJL Dorong Komunitas Konservasi Berkolaborasi Untuk Kampanye dan Advokasi Satwa Lindung
Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh mendorong lintas komunitas konservasi di Aceh berkolaborasi untuk melakukan kampanye dan advokasi
BANDA ACEH - Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh mendorong lintas komunitas konservasi di Aceh berkolaborasi untuk melakukan kampanye dan advokasi terhadap satwa lindung.
Kerja bersama menjadi penting agar perlindungan satwa berjalan lebih masif.
Sebelumnya, Forum Jurnalis Lingkungan (FJL), Convervation Response Unit (CRU) Aceh, dan Tropical Forest Conservation Action-Sumatra (TFCA-Sumatera) menggelar dialog “evening talk” mendorong lintas komunitas untuk satwa lindung di Aceh.
Kegiatan yang berlangsung, Jumat (31/1) dihadiri lintas komunitas anak muda, unsur pemerintah, dan Lembaga swadaya masyarakat.
Kabid Konservasi dan Sumber Daya Alam DLHK Aceh, Muhammad Daud, mengatakan perlu adanya sinergitas antar sektor dalam penanganan terkait satwa lindung.
Katanya, perlu edukasi lebih masif kepada warga yang tinggal di kawasan hutan tentang hidup berdampingan dengan satwa.
“Banyak warga tidak mau menanam jenis tanaman yang tidak disukai gajah.
Ini memicu konflik gajah lebih sering,” kata Daud.
Baca juga: FJL Aceh Terima Penghargaan Sebagai Pendukung Konservasi Satwa Liar di Aceh
Daud mengatakan, pemerintah telah berupaya mengurangi konflik satwa dengan membuat parit, membangun pagar kejut, dan memasang kalung deteksi pergerakan.
Namun, kata Daud, warga di kawasan hutan harus terlibat dalam pengawasan dan perawatan.

Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, Tutia Rahmi menjelaskan, empat species satwa, yakni harimau, gajah, orangutan, dan badak hidup di satu kawasan di Aceh.
Kondisi ini seharusnya dapat membuat warga Aceh bangga, sebab tidak ada provinsi lain yang memiliki empat species sekaligus.
Baca juga: Pemulihan DAS di Aceh Mendesak untuk Hindari Bencana, Mengemuka dalam Diskusi FJL dan Walhi
Baca juga: FJL Kawal Kasus Pembunuhan Gajah di Aceh Timur dan Perdagangan Gading
Namun, karena banyak orang yang tidak paham betapa bernilai spesies itu, rasa memiliki menjadi kurang.
Sementara para pemburu memanfaatkan untuk menjual organ satwa.
“Ada juga kepercayaan mistis terhadap kepemilikan organ satwa.
Jadi bukan hanya semata karena ekonomi,” kata Tutia.
Tutia mengatakan, anak muda perlu terlibat untuk melakukan kampanye perlindungan dan kebanggan terhadap satwa-satwa kunci tersebut.
Anak Muda Dilibatkan
Koordinator FJL Aceh, Zulkarnaini Masry, menuturkan keterlibatan anak muda dalam Kerja konservasi sangat penting, sebab mereka adalah pewaris lingkungan.
Para anak milenial dapat melakukan kampanye melalui media sosial dan kepada jaringan komunitas.
“Kami akan melibatkan anak muda dalam kegiatan konservasi.
Kami berharap mereka menjadi agen kampanye perlindungan satwa di Aceh,” kata Zulmasry. (mun)
Baca juga: Tambang Emas Ilegal di Aceh Masih Marak, Penertibannya Sudah Mendesak, Mencuat dalam Diskusi FJL
Baca juga: 20 Mahasiswa di Aceh Ikuti Pelatihan Jurnalisme Lingkungan di Sigantang Sira, Digelar FJL Aceh