Internasional
Pemimpin Transisi Sudan Minta Bantuan AS, Eropa Peringatkan Junta Militer Tak Tunjuk PM Sendiri
Para pemimpin transisi Sudan minta bantuan Amerika Serikat (AS) untuk menstabilkan kembali negeri. Mereka berharap AS akan melanjutkan upaya membantu
SERAMBINEWS.COM, KHARTOUM - Para pemimpin transisi Sudan minta bantuan Amerika Serikat (AS) untuk menstabilkan kembali negeri.
Mereka berharap AS akan melanjutkan upaya membantu negara itu bergerak maju dengan proses transisi demokrasi, TV Al-Arabiya melaporkan pada Rabu (5/1/2022).
Wakil Presiden Dewan Kedaulatan Transisi Sudan, Letnan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti) menelpon Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Afrika Molly Fay.
Dia menyatakan perlunya menyelesaikan pengaturan untuk transisi demokrasi di negaranya.
Hemedti mengatakan jalan keluar dari krisis politik di tanah air membutuhkan dialog komprehensif yang mengarah pada konsensus nasional.
Baca juga: Partai Terbesar di Sudan Serukan Kembali ke Konstitusi 2019, Militer Harus Lepas Kekuasaan
Sedangkan Fay menegaskan AS ingin berkoordinasi dengan pemerintah Sudan guna menyukseskan fase transisi dan mencapai transformasi demokrasi.
Dia mengatakan komunitas internasional juga siap memberikan bantuan untuk rakyat Sudan agar mencapai stabilitas dan transisi demokrasi.
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memperingatkan junta militer Sudan agar tidak menunjuk perdana menterinya sendiri.
Setelah pemimpin sipil Abdalla Hamdok mundur di tengah protes terhadap junta militer.
Sementara, Abdel Fattah Al-Burhan, Ketua Dewan Berdaulat mengadakan sedang melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak.
Dia mengaku telah melakukan pembicaraan dengan Volker Perthes, utusan PBB untuk Sudan.
Baca juga: Perdana Menteri Sudan Mengundurkan Diri, Junta Militer Akan Bertindak Otoriter
Kemudian, Kepala Misi Dukungan Transisi Terpadu PBB di Sudan.
Dikatakan, dirinya membahas situasi politik setelah pengunduran diri Hamdok, kantor berita SUNA melaporkan pada Rabu (5/1/2022).
Al-Burhan memberi penjelasan kepada Perthes tentang perkembangan dalam proses transisi.
Kedua belah pihak juga menekankan perlunya menyelesaikan struktur periode transisi.
Khususnya, mempercepat penunjukan perdana menteri baru untuk menggantikan Hamdok.(*)
Baca juga: Redam Demonstrasi Wanita, Pasukan Keamanan Sudan Dituduh Perkosa Puluhan Perempuan