Penyebab Banjir di Aceh

Jejak Perusak Hutan di Koridor Hutan Tamiang, Langsa dan Aceh Timur

Siklus musiman banjir semakin rutin, setiap tahun banjir terjadi di Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang akibat perusakan hutan.

Penulis: Zubir | Editor: Taufik Hidayat
hand over dokumen pribadi
Ketua LSM Bale Juroeng, Iskandar Haka (tengah) usai menerima Penganugrahan Kasim Anugrah Award, di Kampus USK Banda Aceh, Kamis, 30 September 2021 

Laporan Zubir | Langsa

SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Kabar dari hutan. Bukit Pandan di Tamiang tak wangi lagi, Bukit Seribu di perbatasan Aceh Timur Kota Langsa, tinggal seratus bukit, merobek hutan Aceh menebar penderitaan.

Tanpa kita sadari di rumah kita, kosen jendela dan pintu dari kayu damar dan merbau beserta daun pintu dan jendela kita beli dengan harga murah, jika sudah murah artinya kayu-kayu tersebut adalah berasal dari kegiatan illegal logging," ujar Iskandar Haka, Ketua LSM Bale Juroeng, Kamis (6/1/2022).

"Kita terhipnotis bahwa daging yang dijadikan sate, martabak telor, memanggang ikan, memasak kari kambing kita gunakan arang bakau dan sisa pembakaran mangrove yang tidak menjadi arang seolah-olah arang bakau dan mangrove lah yang membuat sate itu enak," sebutnya.

Menurut Iskandar, ikan itu lezat serta cita rasa kari kambing yang mantab, itu adalah mitos atau hoak. Sebenarnya dan fakta bahwa semua jenis makanan tersebut terasa enak, lezat dan gurih adalah karena ramuan bumbu pada objek makanan tersebut.

Daging lembu, kerbau, kambing maupun ikan dan sejenisnya pada dasarnya daging-daging tersebut sama rasanya, bumbu yang membuat mereka enak dilidah kita.

Bahan dasar bumbu harus ada garam dan rempah-rempah yang menyertainya, sekali lagi saya perjelas sebagai mukadimah bahwa daging itu enak dan lezat karena ramuan bumbu bukan karena dibakar oleh arang bakau atau mangrove.

Sebagian besar panglung kayu dan kerajinan/ usaha kecil pengolahan kayu di berbagai kota kecamatan dan ibu kota pemerintahan kabupaten dan kota di pesisir timur Aceh termasuk di pesisir barat pantai Aceh.

Dapat dipastikan menampung kayu yang di dapat dari kegiatan illegal logging, jika dikonsumsi oleh masyarakat lokal tentu langsung atau tidak langsung kita ikut serta merusak hutan.

Akan tetapi tentu ini dalam batas toleransi karena kita yang mengkonsumsi sekaligus kita juga yang menanggung akibat jika tejadi bencana banjir, tanah longsor dan terpaan angin kencang ke pemukiman kita.

Siklus musiman banjir datang semakin rutin, hampir setiap tahun di Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang rutinitas banjir itu datang dalam frekuensi yang tidak menentu, bahkan bisa terjadi 2 atau 3 kali dalam setahun berjalan.

Baca juga: Hutan Gundul Resapan Air Hilang, Banjir Terus Hantui Masyarakat

Gunung adalah pasaknya daratan, hutan di gunung merupakan paku penguat kokohnya berdiri gunung, hutan heterogen di wilayah ini menyusut tajam di konversi menjadi perkebunan monokultur yaitu kelapa sawit.

Nenek moyang kelapa sawit ini berasal dari Afrika Tengah yang gersang, haus akan air, sehingga ia dizaman Kolonial Belanda setelah di adaptasi di Kebun Raya Bogor selama lebih kurang 70 tahun.

Baru bisa diuji cobakan pertama sekali di Indonesia yaitu di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Timur sebelum pemekaran.

Kelapa sawit, tetap saja tidak ramah lingkungan, kurang baik menyerap dan mendistribusikan air, karena tanaman ini berakar serabut, seterusnya juga berasal dari wilyah Afrika Tengah yang gersang, suka menyerap air tapi tidak pandai mendistribusikan atau menyimpan air ke dalam tanah. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved