Internasional

Pasukan Keamanan Libya Bubar Paksa Demonstrasi Aksi Duduk Migran

Pasukan keamanan Libya membubarkan paksa aksi protes duduk para migran. Aksi mereka dilakukan di luar pusat komunitas PBB yang ditutup di ibu kota

Editor: M Nur Pakar
AFP/FATHI NASRI
Para migran yang diselamatkan oleh garda nasional Tunisia selama percobaan penyeberangan Mediterania dengan perahu, beristirahat di pantai pelabuhan el-Ketef di Ben Guerdane Tunisia selatan, dekat perbatasan Libya, pada 6 Januari 2022. 

SERAMBINEWS.COM, SHARM EL-SHEIKH - Pasukan keamanan Libya membubarkan paksa aksi protes duduk para migran.

Aksi mereka dilakukan di luar pusat komunitas PBB yang ditutup di ibu kota Tripoli, kata para aktivis dan migran, Senin (10/1/2022).

Pasukan datang menghancurkan lokasi protes dan menangkap ratusan migran, kata aktivis Tarik Lamloum.

Mereka yang ditahan dikirim ke pusat penahanan di kota terdekat Ain Zara.

Yang lain berhasil melarikan diri dari serangan itu, katanya, seperti dilansir AFP.

Lamloum, yang bekerja dengan Organisasi Hak Asasi Manusia Belaady setempat, mengatakan satu pemimpin komunitas migran ditembak selama penggerebekan itu.

Para migran, termasuk perempuan dan anak-anak, telah berkemah di luar pusat di Tripoli sejak Oktober 2021.

Mereka mencari perlindungan menyusul tindakan keras besar-besaran terhadap para migran.

Baca juga: Polisi Niger Amankan 200 Kg Kokain dari Mobil Wali Kota Saat Menuju Libya

Mereka menuntut perlakuan yang lebih baik di tangan pihak berwenang Libya.

Aiysha, seorang migran Sudan duduk bersama keluarganya.

Ibu dua anak itu mengatakan polisi memukuli dan menahan para migran.

Dia termasuk di antara mereka yang ditahan.

"Kami tertangkap basah," katanya, berbicara melalui telepon dari pusat penahanan di Ain Zara.

Dia hanya memberikan nama depannya, takut akan keselamatannya.

"Mereka membakar tenda, membakar segalanya," ungkapnya.

Seorang juru bicara pemerintah tidak menjawab panggilan telepon dan pesan yang meminta komentar.

Dalam tindakan keras Oktober 2021, pihak berwenang Libya menangkap lebih dari 5.000 migran.

Termasuk ratusan anak-anak dan wanita, puluhan di antaranya hamil, menurut PBB.

Pihak berwenang menggambarkannya sebagai operasi keamanan terhadap migrasi ilegal dan perdagangan narkoba.

Baca juga: Tentara Asing dan Bayaran Akan Segera Hengkang dari Libya

Para migran yang ditahan dibawa ke pusat-pusat penahanan yang penuh sesak, yang memicu kecaman dari PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Libya yang kaya minyak telah dilanda kekacauan sejak pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan dan membunuh diktator lama Moammar Gadhafi pada 2011.

Negara Afrika Utara itu dalam beberapa tahun terakhir muncul sebagai titik transit migran yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Afrika dan Tengah-Timur.

Mereka berharap untuk kehidupan yang lebih baik di Eropa.

Para penyelundup telah memanfaatkan kekacauan itu.

Sering kali membawa keluarga-keluarga yang putus asa ke dalam perahu karet atau kayu yang tidak lengkap.

Mereka terhenti dan tenggelam di sepanjang rute Mediterania Tengah yang berbahaya.

Ribuan telah tenggelam di sepanjang jalan, yang lain telah dicegat dan dikembalikan ke Libya.

Mereka yang ditahan di darat dan yang lainnya dikembalikan ke pantai sering dibawa ke pusat penahanan yang dikelola pemerintah.

Baca juga: Migran Hadapi Siksaan Berat di Libya, Bayar Denda Sampai Jadi Budak

Tetapi, penuh dengan penyiksaan, penyerangan seksual dan pelanggaran lainnya.

Penyelidik yang ditugaskan PBB mengatakan pelecehan dan perlakuan buruk terhadap para migran di laut di pusat-pusat penahanan.

Mereka berada di tangan para pedagang di Libya yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved