Berita Aceh Singkil
Geliat Kerajinan Tenun Epen Buaya Binaan Ketua Dharma Wanita Aceh Singkil
Menenun motif epen buaya memiliki tingkat kerumitan tinggi. Sepadan dengan harga yang ditawarkan di Aceh Singkil
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Matahari pagi menghangatkan udara rumah besar di pinggir jalan kawasan Pulo Sarok, Singkil, Aceh Singkil.
Dua wanita sedang sibuk dengan perlengkapan tenun di teras samping rumah.
Teras selebar kira-kira 4x7 meter itu, dipasang teralis besi bercat putih.
Di sekelilingnya bunga terta rapi menjadi pengobat pandangan penenun yang sepanjang hari bergelut dengan ribuan jalinan benang.
Wanita yang sedang sibuk memeriksa hasil tenun adalah Ketua Dharma Wanita Persaruan (DWP) Aceh Singkil, Emma Malini Azmi.
Sedangkan di sampingnya yang sedang asik menenun Lena Junita Panggabean SP.
Baca juga: VIDEO Fakta Baru Kerangkeng Bupati Langkat, Komnas HAM Temukan Tindak Kekerasan
Emma menyulap teras sayap sebelah Timur rumah dinas Sekretaris Daerah Aceh Singkil, menjadi tempat menenun. Langkah itu dilakukan untuk membina penenun lokal.
Kain yang ditenun motif khas Aceh Singkil epen (gigi) buaya. Setelah diperkenalkan kain tenun epen buaya menarik pasar.
Secara otomatis menggeliatkan kerajinan tenun karya pengrajin tanah Sekata Sepekat.
"Ingin mengangkat potensi daerah. Yang kedua ingin menjaga budaya leluhur kita," kata Emma menjelaskan alasan membina penenun lokal.
Menenun motif epen buaya memiliki tingkat kerumitan tinggi. Sepadan dengan harga yang ditawarkan.
Belum lagi kualitas benang yang digunakan.
"Harga tergantung kerumitan dan bahan. Untuk yang full (penuh) motif epen buaya masih di atas Rp 2 juta," ujar Emma.
Baca juga: Haji Uma Tanggung Biaya Hidup Pasien Bocor Jantung asal Pidie di Jakarta
Masih banyak motif daerah khas Aceh Singkil. Namun penenun bianaan Emma fokus membuat tenun epen buaya. Alasannya lantaran motif tersebut sedang digemari pasar.