Kisah Inspiratif

Syifa Urrachmah, Guru Tunanetra Berprestasi Nasional yang Mengabdi di SLBN Banda Aceh, Ini Profilnya

Syifa Urrahmah saat ini adalah guru bakti di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Banda Aceh di Desa Ateuk Pahlawan, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Ac

Editor: Mursal Ismail
Serambinews.com/Farma Ardiansyah
Syifa Urrachmah mengajar muridnya 

Menjadi pengurus dan pengajar Komputer Bicara di Pengembangan Sumber Daya Tunanetra Aceh tahun 2015-2016. 

Ia juga memiliki berbagai keahlian, seperti menulis dan membaca huruf braille, menguasai Microsoft office, komputer bicara, menyanyi dan bermain musik.

Oleh karena itu, di sekolah selain aktivitas belajar formal, dia juga mengajarkan anak didiknya untuk mahir bernyanyi dan bermain musik. 

Selain mengajar di SLB Negeri Banda Aceh, sejak tiga tahun terakhir, guru kelas ini juga membuka kelas private mandiri di rumahnya untuk siswa tunanetra yang ingin belajar Braille Dasar dan Komputer Bicara.

Selain itu, dia juga aktif sebagai Instruktur Konseling di UPTD Rumoh Seujahtera Beujroh Meukarya (Dinas Sosial) Aceh pada Februari 2020 lalu. 

Prosesnya dalam mengajar tentu bukan tanpa kendala, sering kali dia kesulitan untuk memberikan pemahaman pada siswa karena masih terbatasnya sarana atau media pembelajaran. 

"Sejauh ini, kendala mengajar mungkin di fasilitas yang terkadang kurang memadai untuk siswa kami tunanetra.

Jadi media pembelajaran yang tersedia di sekolah masih kurang dan terbatas, seperti buku-buku, dan media pembelajaran yang sifat timbul, jadi itu yang mempersulit bagi siswa akan mempelajari suatu materi, dan selain itu motivasi belajar anak, kerjasama antar guru dan orang tua, juga jadi kendala dalam mengajar"

Bahkan sering kali Syifa juga kesulitan untuk mengakses buku-buku yang menggunakan huruf Braille karena ketersediaannya yang terbatas 

"Gak tersedia buku materi mengajar yang menggunakan huruf braille, sehingga bahan bacaan saya untuk mengajar juga terbatas itu juga jadi kendala saya," ucapnya.

Keseharian Syifa dia habiskan hanya untuk mengabdi di dunia pendidikan, keterbatasan pada fisiknya tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar dan mengajar.

Sejak kecil dia telah melatih dirinya melampaui keterbatasannya, dia tidak ingin kekurangannya menghambat dia untuk berprestasi dan bercita-cita.

Kini dia membuktikan meskipun punya keterbatasan fisik dia bisa menempuh pendidikan sampai lulus perguruan tinggi dan menjadi guru sesuai dengan yang dia cita-citakan. 

"Saya ingin siswa saya bisa lebih berprestasi daripada saya, kalau bukan kita yang memahami mereka, siapa lagi, karena sulit mendapat guru yang benar-benar memahami kondisi tunanetra.

Alhamdulillah, saya juga beruntung pernah mendapat seorang guru yang benar-benar memahami bagaimana kondisi saya. 

Jadi semangat dari guru saya itu yang saya akan wariskan kepada murid-murid saya," ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved