Berita Aceh Barat Daya
Di Tengah Kelangkaan Minyak Goreng, Bupati Abdya Olah Kelapa Sawit Secara Manual
Mengolah kelapa sawit menjadi minyak goreng ternyata bisa dilakukan secara manual, tanpa perlu peralatan khusus seperti di pabrik
Mengolah kelapa sawit menjadi minyak goreng ternyata bisa dilakukan secara manual, tanpa perlu peralatan khusus seperti di pabrik.
Hal ini dicontohkan langsung oleh Bupati Aceh Barat Daya, Akmal Ibrahim.
Dari empat tandan kelapa sawit, bisa dihasilkan beberapa liter minyak goreng.
INOVATIF dan kreatif, mungkin itulah kata yang layak disematkan kepada Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) Akmal Ibrahim SH.
Di tengah kelangkaan minyak goreng saat ini, Akmal melakukan inovasi dengan mengolah biji kelapa sawit menjadi minyak goreng.
Prosesnya pun dilakukan secara manual.
Minyak goreng yang diproduksi oleh mantan Redaktur Pelaksana (Redpel) Harian Serambi Indonesia itu masih dalam skala uji coba.
Dalam tahap ujicoba ini, Akmal hanya memetik empat tandan kelapa sawit ukuran sedang dari kebunnya, dengan berat mencapai 41 kilogram.
Dari 41 kilogram itu bisa menghasilkan beberapa liter minyak goreng.
“Cara membuatnya ini sederhana saja, hanya persoalan mau atau tidak.
Baca juga: Minyak Goreng Langka, Bupati Abdya Olah Kelapa Sawit Menjadi Minyak Goreng Secara Manual
Baca juga: Minyak Goreng Kemasan Mulai Masuk ke Bireuen, Cukup Untuk Satu Pekan
Ini masih satu turunan, kelapa sawit ini bisa menghasilkan puluhan turunan, bisa menjadi kosmetik, sabun dan lain-lain,” kata Akmal.
Bupati Abdya ini menilai, seharusnya orang Aceh tidak pantas mengeluh soal minyak goreng langka seperti yang disuarakan masyarakat saat ini.
Hal itu karena Aceh memiliki stok bahan baku yang cukup untuk mengolah sendiri minyak goreng, apalagi lahan sawit di Aceh juga sangat luas.
“Pekerjaan membuat minyak goreng dari tanda buah segar kelapa sawit bisa dilakukan secara manual.

Apalagi pakai mesin atau alat bantu, maka bisa menghasilkan 1 atau 2 drum dalam satu hari, dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan satu Gampong,” katanya.
Jika pekerjaan itu dilakukan secara serius, Akmal berkeyakinan hal ini bisa menjadi lumbung penghasilan sebuah usaha atau bisa juga untuk usaha sampingan, selain memenuhi kebutuhan sendiri.
"Jadi, tidak pantas orang Aceh mengeluh soal langkanya minyak goreng.
Sawit kita melimpah ruah.
Jika ada dua batang sawit di depan rumah, maka seumur hidup kita tidak perlu membeli minyak goreng lagi,” tambahnya.
Akmal mengaku, minyak goreng buatannya itu sudah diuji coba untuk menggoreng ikan dan hasil pengorengannya juga sama seperti minyak pabrikan.
Baca juga: Jatah Minyak Goreng ke Aceh Singkil belum Masuk, di Pasar Masih Langka
Baca juga: Minyak Goreng Masih Langka di Abdya, Ratusan Warga Antre di Swalayan
"Untuk pembuatan ini membutuhkan beberapa jam saja.
Awalnya kita rebus dulu sawitnya sekitar 20 hingga 30 menit.
Selanjutnya sawit yang telah direbus dihancurkan agar terpisah, dan kemudian dimasak kembali guna terpisah kadar minyak dan airnya.
Dan terakhir disaring, langsung bisa menjadi minyak, kalau campur pupuk Abang rancang bisa lebih bagus minyaknya,” sebut Akmal.
Bupati Abdya ini mengaku pembuatan minyak goreng itu belum sempurna, dan perlu dirancang alat-alat yang canggih agar bisa menghasilkan dalam skala yang ekonomis.
“Tapi yang abang rancang ini sangat sederhana dan murah, dan bisa dibuat oleh siapa saja,” timpalnya.
Akmal juga mengajak para alumni pertanian yang memiliki ilmu pertanian, utamanya jurusan pengolahan pascapanen atau teknik pertanian, agar berfikir dan merancang alat-alat pertanian yang bisa membantu kebutuhan masyarakat Aceh, sehingga kita tidak bergantung kepada Sumatera Utara.
"Ayo kawan-kawan, marilah kita berfikir jauh dan merancang sesuatu yang bermanfaat untuk rakyat.
Janganlah selesai kuliah, prestasi dan ilmu kita sekedar berebut kursi honorer di pemerintah saja," pungkas Akmal Ibrahim. (rahmat saputra)
Baca juga: Distributor Mulai Salur Minyak Goreng ke Sejumlah Swalayan di Blangpidie
Baca juga: Minyak Goreng Langka, Hipmi Aceh Ajak Masyarakat Ubah Hambatan Jadi Peluang