Berita Luar Negeri
Rusia-Ukraina Kembali Memanas, AS Sebut Putin Siap Lancarkan Serangan
Ketegangan yang sempat mereda menyusul penarikan pasukan Rusia dari perbatasan Ukraina beberapa hari lalu, kini kembali meningkat
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyampaikan bahwa masih ada kesempatan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak perlu di tengah ancaman invasi Rusia ke Ukraina.
Dia menambahkan akan mengikuti setiap perkembangan situasi ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
“Masih ada peluang untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak perlu, tetapi itu akan membutuhkan tampilan Barat yang luar biasa melampaui apa pun yang telah kita lihat dalam sejarah baru-baru ini,” kata Johnson.
Baca juga: Pentagon Belum Yakin Rusia Telah Buat Keputusan Akhir Untuk Menyerang Ukraina
“Sekutu perlu berbicara dengan satu suara untuk menekankan kepada Presiden (Rusia Vladimir) Putin harga tinggi yang akan dia bayar untuk invasi Rusia lebih lanjut ke Ukraina.
Diplomasi masih bisa menang,” imbuh Johnson.
Negara lainnya, Belanda akan mengirim peralatan militer ke Ukraina termasuk senapan sniper dan helm, untuk mempertahankan diri dari kemungkinan serangan Rusia.
"Ukraina harus mampu mempertahankan diri terhadap kemungkinan serangan bersenjata Rusia di wilayahnya sendiri," kata Menteri Luar Negeri Belanda, Wopke Hoekstra dikutip dari AFP.
"Itulah sebabnya kabinet memutuskan untuk memasok barang-barang militer ini ke Ukraina," tambahnya.
Satu-satunya persenjataan mematikan yang akan dikirim Pemerintah Belanda ke Ukraina terdiri dari 100 senapan sniper dengan 30.000 butir amunisi.
Belanda juga akan memasok 3.000 helm tempur dan 2.000 rompi lapis baja untuk perlindungan pribadi bagian tubuh vital.
Belanda selanjutnya akan memasok 30 detektor logam, dua robot untuk mendeteksi ranjau laut, dua radar pengawasan medan perang, dan lima radar lokasi senjata yang membantu tentara mengetahui dari mana datangnya tembakan.
Latihan Nuklir
Ditengah meningkatnya ketegangan tersebut, Rusia mengumumkan latihan kekuatan nuklir pada Sabtu (19/2/2022).
Dilansir AP, latihan tersebut akan digunakan untuk memamerkan persenjataan nuklir Rusia, yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
Presiden Rusia, Vlaidimir Putin memantau langsung latihan tersebut.