Berita Nasional
Subsidi Kedelai Tak Efektif Jika Hanya Diberikan kepada Produsen, Beri Peluang bagi Petani
Kementerian Perdagangan, harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022, mencapai 15,77 dollar AS per bushel atau berkisar di Rp 11.240 per kilogram
JAKARTA - Harga kacang kedelai impor terus meroket.
Berdasarkan data yang dilaporkan Kementerian Perdagangan, harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022, mencapai 15,77 dollar AS per bushel atau berkisar di Rp 11.240 per kilogram.
Di tengah kenaikan harga kedelai dan keluhan pengrajin, muncul usulan dari berbagai pihak untuk memberikan subsidi untuk meredam kenaikan harga.
Terkait hal itu, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Aditya Alta menilai, pemberian subsidi tidak efektif karena banyaknya kesulitan dalam implementasi.
“Tujuan subsidi disebutkan sebagai intervensi jangka pendek untuk melindungi produsen tahu dan tempe ketika harga pasokan kedelai internasional naik.
Namun implementasinya mungkin mengalami kesulitan sehingga bisa jadi tidak akan efektif,” ujar Aditya Alta dalam siaran persnya, Kamis (24/2/2022).
Dikatakan, kesulitan pertama adalah terkait target penerima, ketersediaan data yang akurat, dan mekanisme pemberian.
Dia menuturkan, terdapat banyak pelaku dalam rantai pasok kedelai, mulai dari petani, importir, perajin tahu dan tempe, pedagang, hingga konsumen akhir.
Jika subsidi ditargetkan untuk perajin tahu dan tempe, hal ini berpotensi menimbulkan ketidakadilan terhadap para pelaku industri makanan dan minuman lain yang juga didominasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Karakteristik industri tahu-tempe yang banyak menaungi UMKM juga dapat menyulitkan mekanisme pemberian subsidi.
Baca juga: Kacang Kedelai Mahal, Penjual Tahu Sumedang di Blang Cut Aceh Besar Mengeluh Begini
Baca juga: Harga Kedelai Terus Naik Perajin Tempe Mogok Produksi
Selain itu, tidak ada jaminan produsen tahu-tempe penerima subsidi atau pedagang eceran akan menjual dengan harga terjangkau.
“Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi targeting adalah melalui mekanisme insentif perpajakan untuk UMKM secara umum, seperti yang banyak dilakukan pada awal pandemi lalu.
Namun pertanyaannya adalah apakah pemerintah masih mau merelakan berkurangnya penerimaan perpajakan?," beber Aditya.
Dikatakan, permasalahan yang dihadapi produsen pada dasarnya berkaitan dengan segmentasi pasar tahu dan tempe yang merupakan pangan terjangkau yang dapat dinikmati konsumen berpenghasilan rendah.

Dampaknya, kenaikan harga bahan baku tidak serta-merta dapat dibebankan ke konsumen akhir.