Internasional
Sentimen Anti-Perang Ukraina Terus Menguat di Rusia, Pemerintah Tetap Bertindak Keras
Sentimen anti-perang Ukraina terus menguat di Rusia, terutama pada pekerja medis, arsitek, seniman, insinyur sampai warga sipil.
SERAMBINWS.COM, MOSKOW - Sentimen anti-perang Ukraina terus menguat di Rusia, terutama pada pekerja medis, arsitek, seniman, insinyur sampai warga sipil.
Pekerja medis menempatkan nama mereka di bawah satu, lebih dari 3.400 arsitek dan insinyur mendukung yang lain.
Sebanyak 500 guru menandatangani yang ketiga.
Surat serupa oleh wartawan, anggota dewan kota, tokoh budaya dan kelompok profesional lainnya telah beredar sejak Kamis (24/2/20220.
Sebuah museum seni kontemporer terkemuka di Moskow bernama Garage menghentikan pameran.
Kemudian, menundanya sampai tragedi kemanusiaan dan politik yang sedang berlangsung di Ukraina berhenti.
Baca juga: Delegasi Rusia Tiba di Belarus untuk Bicarakan Perdamaian dengan Ukraina
“Kami tidak dapat mendukung ilusi normalitas ketika peristiwa seperti itu terjadi,” bunyi pernyataan museum.
“Kami melihat diri kami sebagai bagian dari dunia yang lebih luas yang tidak terbagi oleh perang,” kata museum.
Sebuah petisi online untuk menghentikan serangan terhadap Ukraina diluncurkan tak lama setelah dimulai pada Kamis (24/2/2022) pagi.
Tetapi, berhasil mengumpulkan lebih dari 780.000 tanda tangan pada Sabtu (26/2/2022) malam.
Menjadikannya salah satu petisi online yang paling didukung di Rusia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Dilansir AP, pernyataan yang mengecam invasi bahkan datang dari beberapa anggota parlemen.
Pada awal pekan ini memilih mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis di Ukraina timur.
Baca juga: Belum Ada Rudal Nuklir, Ini Daftar Senjata yang Sudah Digunakan Rusia dalam Invasi ke Ukraina
Sebuah langkah yang mendahului serangan Rusia.
Dua anggota parlemen dari Partai Komunis, yang biasanya mengikuti garis Kremlin, berbicara menentang permusuhan di media sosial.
Oleg Smolin mengaku terkejut ketika serangan dimulai.
Dia yakin kekuatan militer harus digunakan dalam politik, hanya sebagai upaya terakhir.
Rekan anggota parlemennya Mikhail Matveyev mengatakan perang harus segera dihentikan.
Dia memilih Rusia menjadi tameng terhadap pemboman Donbas, bukan untuk pemboman Kiev.
Sementara itu, pihak berwenang Rusia mengambil sikap yang lebih keras terhadap mereka yang mengecam invasi, baik di dalam maupun luar negeri.
Menindak para kritikus di dalam negeri, pihak berwenang Rusia menuntut agar outlet berita independen terkemuka menghapus cerita tentang pertempuran di Ukraina yang menyimpang dari garis resmi pemerintah.
Pengawas komunikasi negara Rusia, Roskomnadzor menyatakan laporan tentang Angkatan bersenjata Rusia menembaki kota-kota Ukraina dan kematian warga sipil di Ukraina tidak benar.
Baca juga: Rusia Invasi Ukraina, Ternyata Putin Pernah Ingatkan Dunia Bahwa AS Jadikan Islam Identik Terorisme
Dia menuntut outlet tersebut akar mendapat hukuman denda dan pembatasan yang berat.
Pada Jumat (25/2/2022), pengawas juga mengumumkan pembatasan sebagian pada akses ke Facebook sebagai tanggapan atas platform yang membatasi akun beberapa media yang didukung Kremlin.
Pada Sabtu (26/2/2022), pengguna internet Rusia melaporkan masalah dengan mengakses Facebook dan Twitter.
Kedua media sosial itu memainkan peran utama dalam memperkuat perbedaan pendapat di Rusia dalam beberapa tahun terakhir ini.(*)