Konflik Rusia vs Ukraina
Operasi Militer di Ukraina Akan Hentikan Jika Target Selesai, Ini yang Ingin Dicapai Rusia
Gencatan senjata dilakukan untuk memungkinkan evakuasi penduduk dari dua kota Ukraina, yakni Mariupol dan Volnovakha, ke tempat lebih aman.
Sebagai nasionalis dan neo-Nazi, pemerintah Ukraina secara ilegal merebut kekuasaan di seluruh penjuru negara itu.
Begitu pula dengan bentrokan antara neo-Nazi dan pengunjuk rasa anti-Maidan yang terjadi di seluruh negeri.
Namun apa yang terjadi di Odessa pada 2 Mei 2014 akan dikenang sebagai salah satu catatan tergelap dalam sejarah Ukraina.
Setelah pertempuran jalanan dengan neo-Nazi, para pengunjuk rasa anti-Maidan membarikade diri mereka di sebuah rumah serikat pekerja lokal.
Sedangkan lawan mereka, yang didukung oleh otoritas baru Ukraina, mengepung gedung dan membakarnya menggunakan bom molotov.
Saat kobaran api berkobar di lantai dua dan tiga gedung itu, beberapa ratus orang yang terperangkap dalam bangunan tersebut berusaha mati-matian untuk melarikan diri.
10 di antaranya jatuh hingga tewas, 32 lainnya meninggal karena luka bakar parah dan sesak napas akibat asap, sementara itu 250 lainnya berhasil lolos dari jebakan maut dengan menderita berbagai luka saat petugas pemadam kebakaran tiba di tempat kejadian satu jam setelah kebakaran terjadi.
Kejahatan perang batalion relawan Nasionalis dibongkar, namun tidak dituntut
Selain mengerahkan pasukan reguler untuk menembaki kota-kota DPR dan LPR, kepemimpinan Ukraina yang baru ini diklaim menarik beberapa pihak yang disebut sebagai 'batalion sukarelawan'.
Mereka merupakan kelompok orang-orang bermasalah, seringkali kaum nasionalis dan mantan narapidana, lalu didanai serta dilengkapi oleh oligarki Ukraina dan pengusaha dengan koneksi ke pemerintahan baru.
Anggota mereka sering terlibat dalam berbagai kejahatan perang, mulai dari penjarahan hingga pembunuhan warga sipil dan pemerkosaan.
Satu batalion tersebut dijuluki 'Tornado' dan dibubarkan pada Desember 2014 oleh Ukraina, menyusul banyaknya laporan kejahatan.
Namun mirisnya, anggotanya tidak pernah diadili, bahkan banyak diantara mereka hanya pindah ke batalyon lain.
Kejahatan dari batalion sukarelawan terkenal lainnya 'Aidar' juga telah diselidiki, didokumentasikan, dan diungkap oleh organisasi nirlaba Amnesty International.
Kendati demikian, perbuatan mereka yang mengerikan itu tetap tidak mendapatkan hukuman.