Batu Giok

Yul Agusmar, Perajin Batu Giok yang Bertahan di Tengah Pandemi

Meski sempat berhenti memproduksi kerajinan giok, namun secara perlahan Yul Agusmar berusaha bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.

Penulis: Khalidin | Editor: Taufik Hidayat
Yul Agusmar, Perajin Batu Giok yang Bertahan di Tengah Pandemi - yul-agusmar.jpg
Serambinews.com
Yul Agusmar, seorang perajin batu giok atau batuk akik di Dusun Antara Desa Lae Mbersih, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam sedang memproduksi batu cincin, Selasa (8/3/2022).
Yul Agusmar, Perajin Batu Giok yang Bertahan di Tengah Pandemi - cangkir-dan-teko.jpg
Serambinews.com
Cangkir dan Teko karya Yul Agusmar, seorang perajin batu giok atau batuk akik di Dusun Antara Desa Lae Mbersih, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam Selasa (8/3/2022)

Laporan Khalidin | Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini benar-benar menghantam semua relung perekonomian masyarakat termasuk di Kota Subulussalam.

Begitupun para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Subulussalam yang berupaya bertahan di tengah pandemi Covid-19 meski produksi dan omzet turun tajam.

Hal ini salah satunya dialami Yul Agusmar, seorang perajin Batu Giok atau batuk akik di Dusun Antara Desa Lae Mbersih, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam.

Pandemi COVID-19 turut menyebabkan usaha yang digeluti sejak tahun 2013 nyaris gulung tikar karena omzetnya turun drastis. Kondisi ini pun memaksa Yul Agusmar untuk berinovasi guna tetap bertahan di tengah hantaman badai pandemi.

Sehingga meski sempat berhenti memproduksi kerajinan giok, akhirnya secara perlahan Yul Agusmar berusaha bangkit dari keterpurukan tersebut.

Sehingga meski usaha batu alam yang digeluti ini tidak semanis saat ‘booming’ di hampir seluruh Indonesia, Agusmar tetap menekuni untuk menutupi kebutuhan keuangan.

Awal merintis usaha asah batu giok,  Yul Agusmar memproduksi aneka batu cincin. Bahan baku dipasok dari Nagan Raya yang merupakan kabupaten penghasil batu alam berkualitas tinggi di Aceh, sehingga dipastikan keasliannya.

Tingginya permintaan konsumen membuat hasil penjualan batu asah milik Yul Agusmar laku keras. Apalagi, batu giok Aceh seperti solar saat itu sangat populer hingga mencapai harga fantastis di eranya.

Saat masih booming, kata Yul Agusmar penjualan batu cincinnya mencapai ratusan PCS (Pieces) per bulan namun setelah dilanda pandemic menurun drastis hingga 70 an persen.

“Dulu sangat banyak orderan tapi selama dua tahun terakhir ampun saya bang, pandemic ini sangat berdampak pada usaha saya,” ujar Yul Agusmar.

Meski mengalami penurunan drastis, dia tetap optimis melanjutkan usahanya meski harus terseok namun berusaha tetap bertahan.

Salah satu upaya Yul Agusmar tetap mempertahankan usaha asah batu giok adalah dengan berkreasi dan inovasi.

Seperti perajin lainnya, ayah dua putra dan putrinya tersebut selama ini lebih banyak memproduksi pembuatan batu cincin dan gelang atau kalung dan liontin. Beberapa tahun lalu, Yul berinovasi untuk memproduksi kerajinan lain.

Dia pun memutar otak untuk belajar berkerasi. Alhasil, dia mampu memproduksi sejumlah souvenir hingga cangkir, teko dan meja dari batu giok.

Souvenir yang dibuat antara lain replica keris, rencong, jam tangan dan piala sesuai permintaan konsumen.

Dia mampu memproduksi aneka kerajinan dari batu giok berbekal dari video yang ditonton dari youtube.

Pria kelahiran Lubuk Basung, 10 Agustus 1979 ini mulai mencoba membuat kerajinan batu alam dari batu jenis black jade yang merupakan varian giok, sisa bahan pembuatan batu cincin. Produk yang pertama dibuat berbentuk gelas.

“Insha Allah saya bisa penuhi sesuai permintaan konsumen asal ada gambarnya. Inilah cara saya bertahan terutama di tengah pandemic,” ujar Yul

Kecuali itu, Yul Agusmar juga memanfaatkan media social seperti facebook dan youtube untuk mempopulerkan dan memasarkan karyanya.

Hasilnya, karya Yul bukan hanya melayani pasar lokal dan nasional. Tapi tak sedikit kerajinan Yul terjual keluar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Korea.

Sementara untuk pasaran harga produk Yul bervariasi. Keris panjang di bawah 35 centimeter dihargai hingga  Rp 1,6 jutaan. Harga ini untuk batu giok bahan baku  warna hijau.

Sementara batu giok warna hitam diharga lebih murah. Para pemesan, kata Yul kebanyakan luar daerah seperti Bali, Kalimantan, Palembang hingga luar negeri.

Kini, Yul memang mengandalkan penjualan souvenir dan cangkir. Walaupun permintaan gelang juga banyak dari daerah lain.

Lebih jauh, pria empat bersaudsara ini mengatakan jika pembuatan teko dan cangkir tersebut bervariasi. Untuk cangkir berbahan hijau, harganya mencapai Rp 1,3 juta per pieces.

Sedangkan cangkir berbahan giok hitam atau black jade lebih murah yakni Rp 600 ribuan. Namun tak sedikit yang memesan per set.

Untuk satu set cangkir berbahan black jade mulai Rp 6 jutaan. Sementara satu set cangkir dan teko giok warna hijau lebih mahal yakni mulai Rp 20 jutaan.

Harga ini sesuai dengan bahan baku. Harga bahan bakunya menurut Yul juga tinggi karena asli dan berkualitas terjamin.

Dikatakan, satu set cangkir ini bermacam sesuai permintaan konsumen seperti dilengkapi talam tadah, teko dan cangkir bertutup.

Masa pekerjaan lumayan lama. Karena Yul masih menggunakan peralatan sederhana. Untuk satu set cangkir ini, lanjut Yul memakan waktu sekitar 3 minggu.

“Tapi dua set juga waktu pekerjaannya tiga minggu. Kalau lebih dari dua set waktu pekerjaannya sampai empat minggu,” terang Yul

Kelebihan cangkir dan teko karya Yul ini karena dikerjakan tanpa sambungan atau dibuat senyawa. Semuanya dikerjakan tanpa ada lem. Yul juga memproduksi cangkir jumbo  mama papa atau couple.  

Sementara untuk kekuatan, menurut Yul terjamin asal tidak terbanting ke keramik. Kalau jatuh ke semen masih tahan.”Batu lebih tahan dibanding keramik,” ungkap Yu

Yul pun mengakui sebelum pandemi per bulan dia bisa menjual 6 -7 per cangkir. Tapi dalam masa pandemic menurun.

Produksi cangkir Yul hingga kini mencapai 30 set. Sementara untuk yang eceran atau satuan mencapai ratusan.

Sedangkan bagi pemesan luar negeri,  pengiriman menggunakan jasa ekspedisi Pos Indonesia. "Alhamdulillah walau terseok tapi tetap dapat saya geluti, kreasi saya belajar secara otodidak saja. Produk kerajinan ini saya jual melalui online, peminatnya mayoritas kolektor. Kalau dari Indonesia peminatnya banyak berasal dari Bali," papar Yul

Di sisi lain, Yul kini terkendala peralatan karena penjualannya selama pandemic tidak mampu menutupi perawatan alat.

Yul mengakui jika dia  saat ini terkendala dengan modal untuk melengkapi peralatan termasuk barang habis pakai.

Beberapa peralatan yang masih kurang seperti bor duduk dan lainnya. Karena untuk pembuatan cangkir dan souvenir lainnya harus menggunakan alat maksimal.

Selama ini karena keterbatasan peralatan, Yul pun harus ekstra sabar  agar hasilnya minus cacat karena bahan batu mudah sompel.

Anda tertarik dengan produk Yul Agusmar? Dapat memesan langsung via akun facebooknya Yul Agusmar Chan https://www.facebook.com/yull.agusmarch  atau juga menghubungi via telepon seluler/whatsapp di nomor +62 813-6012-2345.

Di sini Anda dapat melihat lebih detail karya  Yul atau memesan produk batu giok sesuai selera. Anda juga dapat bernego harga sampai jadi.(*)

Baca juga: Bisnis Cincin Batu Giok Terus Anjlok di Masa Pandemi, Harga dari Rp 20 Juta Jadi Rp 3 Juta

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved