Breaking News

Internasional

Houthi Tolak Tawaran Dewan Kerjasama Teluk, Pembicaraan Damai di Riyadh, Perang Yaman Berlanjut

Milisi Houthi yang didukung Iran telah menghancurkan harapan untuk mengakhiri perang di Yaman.

Editor: M Nur Pakar
AFP/File
Milisi Houthi meneriakkan yel-yel kemenangan di Sanaa, Yaman. 

 SERAMBINEWS.COM, AL-MUKALLA - Milisi Houthi yang didukung Iran telah menghancurkan harapan untuk mengakhiri perang di Yaman.

Houthi menolak tawaran terbaru Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk menengahi pembicaraan damai komprehensif di Riyadh antara faksi-faksi yang bertikai.

Pejabat pemerintah Yaman kepada Arab News mengatakan GCC telah menawarkan untuk mensponsori pembicaraan di ibukota Saudi untuk mencapai kesepakatan damai.

Ratusan politisi Yaman, aktivis, pemimpin masyarakat sipil, dan bahkan politisi yang blak-blakan akan diundang ke konferensi tersebut, yang akan dimulai pada 29 Maret 2022 dan berakhir pada 7 April 2022

Tetapi media Houthi mengutip seorang pejabat anonim yang mengatakan menolak mengadakan pembicaraan damai di Riyadh.

Sebaliknya, menuntut Koalisi untuk Memulihkan Legitimasi di Yaman mengurangi pembatasan di bandara Sanaa dan pelabuhan Hodeidah.

Pekerja bantuan dan pejabat telah memperingatkan krisis kemanusiaan di Yaman semakin meningkat.

Para pejabat Yaman memperkirakan Houthi akan menolak tawaran itu, mengutip rekam jejak gerakan itu dalam menggagalkan upaya perdamaian.

Baca juga: Jet Tempur Arab Saudi Kembali Hancurkan Belasan Kendaraan Militer Houthi di Yaman

“Penolakan milisi Houthi sudah diperkirakan,” kata Abdul Baset Al-Qaedi, Wakil Menteri di Kementerian Informasi Yaman kepada Arab News, Jumat (18/3/2022).

“Milisi-milisi ini akan mengejutkan Yaman jika mereka setuju, tetapi milisi ini terus-menerus membuktikan bahwa kanker ganaslah yang harus diberantas agar Yaman stabil," jelasnya.

Pemerintah telah menanggapi secara positif tawaran GCC dan berjanji mendukung inisiatif perdamaian apa pun, termasuk yang ditengahi PBB saat ini.

Al-Qaedi mengatakan para pemimpin Houthi yang telah mengumpulkan jutaan dolar selama perang akan menolak seruan untuk mencapai perdamaian di Yaman.

“Milisi Houthi berpegang teguh pada opsi perang karena mendapat manfaat darinya dengan mengumpulkan kekayaan, menjarah properti dan merebut kekuasaan di daerah-daerah di bawah kendali mereka," jelasnya.

Abdulmalik Al-Mekhlafi, mantan wakil perdana menteri Yaman dan penasihat presiden negara itu, menyerukan tekanan kolektif dan kuat masyarakat internasional pada Houthi.

Sehingga, dapat memaksa mereka menerima rencana perdamaian dan mengusulkan untuk melakukan gencatan senjata kemanusiaan selama Ramadhan.

Baca juga: Milisi Houthi Akhirnya Mengizinkan PBB Bongkar Bangkai Kapal Tanker Minyak di Laut Merah

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved