Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XIV) - Hikayat ‘Putin Kecil’ dari Chechnya, Ramzan Kadyrov

Siapa sesungguhnya Ramzan Kadyrov? Bagaimana kehebatannya berperang, dan bagaimana pula ia meniti karir sehingga menjadi petinggi Chechnya?

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Perang kedua terbesar antara imperium Rusia dengan Chehnya terjadi antara tahun 1834-1859 yang bersosiasi dengan pemimpin politik, panglima perang, dan ulama besar Chehnya, Imam Shamil dari kawasan Gimmry.

Ia berperang tidak hanya untuk Chehnya, namun juga Dagestan, karena memang kedua kawasan itu pada saat itu menyatakan bergabung dalam negara Islam Kaukasus, dimana Shamil adalah Imam sekaligus pemimpinnya (Gammer 2013).

Ia menyerah, karena terkepung, setelah Tsar Rusia Nicholas V melipatgandakan pengiriman tentara ke Chechnya pada masa itu, Shamil kemudian diasingkan ke kota Kaluga, sebuah kawasan di pinggiran kota Moscow.

Ketika Chechnya melepaskan diri setelah bubarnya Uni Soviet, sebenarnya bukanlah hal baru.

Dan ketika perang yang terjadi setelah itu, terutama perang tahun 1991 ketika Yieltsin berkuasa, 1994, dan seterusnya di bawah kepemimpinan Putin, sampai hari ini, itu juga bukan hal yang luar biasa.

Karena semangat rakyat Chechnya untuk mempunyai negara sendiri, identitas sendiri, terutama nilai-nilai religus yang dimiliki dan telah mejadi bagian penting dari napas dan darah hidup mereka sehari-hari.

Baca juga: Kilas Balik Sejarah Kedekatan Kedekatan Rusia dan Republik Chechnya, Dulu Pernah Bermusuhan

Baca juga: Konflik Rusia vs Ukraina, Mengapa Negara Muslim Chechnya Bantu Rusia? ini Kata Pengamat

Dari Kisah Heroik Hingga Pengkhianatan

Ramzan Kadyrov sendiri adalah produk dari masyarakat yang mengalami kekerasan yang sangat panjang, penuh dengan babak heroik, penghentian, dan pengkhianatan yang tak pernah henti.

Ayahnya, Ahmad Kaydirov adalah ulama dan Mufti Besar pertama Republik Ichkeria Chechnya.

Ahmad lahir di Kazakhstan, akibat orangtuanya dan puluhan ribu penduduk Chechnya “dipaksa transmigrasikan” oleh Stalin setelah perang Dunia oleh Stalin, karena dituduh membantu Jerman pada saat Perang Dunia II.

Ahmad belajar agama, menjadi ulama, dan pulang kembali ke Chechnya bergabung dengan gerakan pemisahan Chechnya dari Uni Soviet dengan Dzhokhar Dudayev,- pemimipin pemberontakan yang kemudian menjadi Presiden pertama Republik Ichkeria Chechnya.

Ketika Rusia menggempur republik itu pada tahun 1994, Kadyrov tua terlibat dalam peperangan, dan bahkan mempunyai milisi khusus “Kadyrov” yang mempunyai ribuan pasukan yang setia.

Ketika Putin menggempur ibu kota Grozny pada tahun 1994, ia masih tetap dalam barisan pejuang kemerdekaan, bersama dengan Dudayev, bersama sejawatnya Aslan Maskhadov.

Namun setelah Dudayev terbunuh pada tahun 1996 ia mulai tidak biasa lagi.

Sekalipun terus berperang, Kadyrov mulai berobah.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved