Kupi Beungoh
Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XIV) - Hikayat ‘Putin Kecil’ dari Chechnya, Ramzan Kadyrov
Siapa sesungguhnya Ramzan Kadyrov? Bagaimana kehebatannya berperang, dan bagaimana pula ia meniti karir sehingga menjadi petinggi Chechnya?
Oleh: Ahmad Humam Hamid*)
HANYA ada tiga nama yang sering disebut dalam perang Rusia Ukraina, baik oleh media, maupun oleh sejumlah petinggi dan pengamat.
Mereka adalah Putin, Lavrov, dan Kaydarov.
Semua orang tahu Vladimir Putin, Presiden Rusia adalah pencetus perang.
Sementara Sergey Viktorovich Lavrov adalah Menlu Rusia yang umur jabatannya sama dengan Putin.
Walaupun Kadyrov atau tepatnya Ramzan Kadyrov dalam perang Rusia-Ukraina sering diasosiasikan sebagai seorang petempur, bahkan panglima yang paling berani dan hebat, banyak pihak yang tidak tahu siapa dia yang sebenarnya.
Di kalangan dunia Islam ia dikenal sebagai pemimpin Chechnya yang taat, pemberantas LGBT, pembangun masjid yang hebat, dan bahkan seorang pemimpin yang mampu menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Di kalangan media barat, Ramzan Kadyrov sering ditampilkan sebagai pengikut dan pesuruh Putin yang setia.
Ia juga digambarkan pernah berperang bersama ayahnya, Ahmad Kayrazik, melawan “kolonialis” Rusia pascaUni Soviet.
Ahmad dan Ramzan bersama sejumlah pengikutnya kemudian menyerah, berbalik, dan menjadi teman setia Putin dalam mengamankan Chechnya sebagai bagian negara Ferderalis Rusia.
Siapa sesungguhnya Ramzan Kadyrov? Bagaimana kehebatannya berperang, dan bagaimana pula ia meniti karir sehingga menjadi petinggi Chechnya?
Siapa musuhnya? Apa kata musuhnya terhadap Ramzan?
Apa kepentingan Putin dengan Ramzan, dan apa pula kepentingan Ramzan terhadap Putin?
Kenapa ia dianggap sangat berbahaya dan dibenci oleh Barat?
Apa yang membuatnya sangat sering menjadi pusat perhatan?
Selanjutnya apa anggapan dan apa pula realitas yang sesungguhnya dengan Ramzan Kadyrov?
Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XIII) - Ada Pekerjaan Kontraktor di Ukraina
Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (I): Denazifikasi dan Demiliterisasi Ukraina
Sejarah Islam di Chechnya
Uraian tentang Ramzan Kadyrov tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat dan tempat dimana dia dilahirkan.
Ramzan lahir 45 tahun lalu di “kemukiman” Tsentoroi, kabupaten Kurchaloyevsky, di wilayah Kaukasus Utara, Chechnya.
Tempat kelahirannya dan masyarakatnya terkenal dengan ketaatan terhadap ajaran Islam dan bahkan mungkin sangat fanatik.
Dua negara bagian Rusia di Kaukasus Utara adalah Chechnya dan Dagestan memang terkenal dengan umat Islam yang militan, dan Islam adalah identitas yang melekat di ke dua tempat itu. (Evengalista 2002; Rivers 2019).
Islam mulai berkembang lebih awal di Dagestan untuk kemudian pada abad ke 14-15 mulai menyebar ke Chechnya yang dibawa oleh para muballigh Dagestan.
Kedua negara bagian itu adalah area kontestasi antara imperium Ottoman, Turki, Imperium Romanov, Rusia, dan kerajaan Iran pada awal abad ke 19.
Bahkan Dagestan sendiri, secara kultural lebih dekat dengan Turki.
Mayoritas penduduk muslim Chechnya adalah pengikut taat Mazhab Syafii, sekalipun dalam dalam dua puluh tahun terakhir sudah mulai muncul varian mazhab Hambali, terutama dengan kedatangan para penganjur fiqih ajaran Muhammad bin Abdul Wahab (Soulemanov 2014), seorang ulama dari Arab Saudi (1703-1792).
Masyarakat Chechnya juga pelaku dan pengikut dua tarekat besar, Naqsyabandiyah dan Qadariyah.
Pengikut Naqsyabandiyah umumnya ditemukan di kawasan dataran rendah, sementara pengikut Qadariyah umumnya berada di kawasan pegunungan dan dataran tinggi negeri itu, di kawasan bagian pedalaman Kaukasus Utara.
Kedua kawasan ini pernah mengalami perang baik dengan Kerajaan Rusia dan masa pemerintah awal negara Uni Soviet, setelah revolusi Bolshevik, maupun dengan rezim pasca Rusia, terutama dengan rezim pemerintahan Boris Yieltsin dan Vladimir Putin.
Pada penghujung abad ke 18, terutama antara 1785-1791 terjadi perang besar-besaran antara rakyat Chechnya dengan Kaisar Rusia di bawah pemimpinnya Ushurma Mansur.
Perang itu dalam sejarah Chechnya dianggap representasi sebagai representasi kemerdekaan, kebangsaan, dan agama.
Perang kedua terbesar antara imperium Rusia dengan Chehnya terjadi antara tahun 1834-1859 yang bersosiasi dengan pemimpin politik, panglima perang, dan ulama besar Chehnya, Imam Shamil dari kawasan Gimmry.
Ia berperang tidak hanya untuk Chehnya, namun juga Dagestan, karena memang kedua kawasan itu pada saat itu menyatakan bergabung dalam negara Islam Kaukasus, dimana Shamil adalah Imam sekaligus pemimpinnya (Gammer 2013).
Ia menyerah, karena terkepung, setelah Tsar Rusia Nicholas V melipatgandakan pengiriman tentara ke Chechnya pada masa itu, Shamil kemudian diasingkan ke kota Kaluga, sebuah kawasan di pinggiran kota Moscow.
Ketika Chechnya melepaskan diri setelah bubarnya Uni Soviet, sebenarnya bukanlah hal baru.
Dan ketika perang yang terjadi setelah itu, terutama perang tahun 1991 ketika Yieltsin berkuasa, 1994, dan seterusnya di bawah kepemimpinan Putin, sampai hari ini, itu juga bukan hal yang luar biasa.
Karena semangat rakyat Chechnya untuk mempunyai negara sendiri, identitas sendiri, terutama nilai-nilai religus yang dimiliki dan telah mejadi bagian penting dari napas dan darah hidup mereka sehari-hari.
Baca juga: Kilas Balik Sejarah Kedekatan Kedekatan Rusia dan Republik Chechnya, Dulu Pernah Bermusuhan
Baca juga: Konflik Rusia vs Ukraina, Mengapa Negara Muslim Chechnya Bantu Rusia? ini Kata Pengamat
Dari Kisah Heroik Hingga Pengkhianatan
Ramzan Kadyrov sendiri adalah produk dari masyarakat yang mengalami kekerasan yang sangat panjang, penuh dengan babak heroik, penghentian, dan pengkhianatan yang tak pernah henti.
Ayahnya, Ahmad Kaydirov adalah ulama dan Mufti Besar pertama Republik Ichkeria Chechnya.
Ahmad lahir di Kazakhstan, akibat orangtuanya dan puluhan ribu penduduk Chechnya “dipaksa transmigrasikan” oleh Stalin setelah perang Dunia oleh Stalin, karena dituduh membantu Jerman pada saat Perang Dunia II.
Ahmad belajar agama, menjadi ulama, dan pulang kembali ke Chechnya bergabung dengan gerakan pemisahan Chechnya dari Uni Soviet dengan Dzhokhar Dudayev,- pemimipin pemberontakan yang kemudian menjadi Presiden pertama Republik Ichkeria Chechnya.
Ketika Rusia menggempur republik itu pada tahun 1994, Kadyrov tua terlibat dalam peperangan, dan bahkan mempunyai milisi khusus “Kadyrov” yang mempunyai ribuan pasukan yang setia.
Ketika Putin menggempur ibu kota Grozny pada tahun 1994, ia masih tetap dalam barisan pejuang kemerdekaan, bersama dengan Dudayev, bersama sejawatnya Aslan Maskhadov.
Namun setelah Dudayev terbunuh pada tahun 1996 ia mulai tidak biasa lagi.
Sekalipun terus berperang, Kadyrov mulai berobah.
Ia mulai berselisih dengan Aslan Mashkadov.
Maskhadov kemudian memecat Kadyrov dari Mufti Besar Chechnya.
Pada tahun 1999 Kadyrov tua mulai berhenti perang dan bahkan memilih berpihak ke pemerintah Rusia di bawah Perdana Menteri Putin pada masa itu.
Cukup banyak spekulasi kenapa Kadyrov tua menyerah, namun diduga paling kurang berhubungan dengan tiga hal, kematian dan hancurnya masyarakat Chechnya sebagai akibat dari gempuran Putin yang dahsyat, kejam, dan berskala besar, ambisi pribadi ingin menjadi pemimpin Chechnya yang diganjal Maskhadov, dan frustrasinya melihat arah perjuangan sudah mulai didominasi oleh para pejuang Salafi garis keras yang berasosiasi dengan Timur Tengah (Hughes 2005).
Kadyrov kemudian menjadi dekat dengan Putin, dan memang benar, ketika pada tahun 2000, Putin berhasil memukul mundur para pemberontak dan menguasai ibu kota Grozny, Ahmad Kaydirov segera diangkat menjadi petinggi Chechnya.
Ia diangkat menjadi pejabat ad interim Chechnya sampai terbentuk konstitusi negara bagian itu.
Pada tahun 2003 Kadyrov tua terpilih menjadi Presiden, namun hanya dalam tempo setahun ia mati terbunuh akibat ledakan bom pada saat acara parade hari kemenangan Rusia pada 9 Mai 2004 (The New York Times, Juni 2002).
Bersamanya, mati sejumlah petinggi Rusia dan sekitar 40 orang lainnya yang duduk di tribun Stadion Dynamo, Grozny.
Siapa pembunuhnya?
Kadyrov dibunuh atas perintah teman dekatnya Shamil Basayev yang dikenal dengan nama “Abu Idris”, pemimpin pemberontakan berpengaruh Chechnya yang sangat marah dengan pembelotan Kadyrov.
Anak Putin
Ketika ayahnya meninggal, Ramzan yang nama lengkapnya Ramzan Akhmadovich Kadyrov, baru berumur 27 tahun.
Ia berjuang bersama ayahnya memerangi Rusia, baik dengan berperang, dan menjadi sopir sekaligus kepala keamanan ayahnya.
Ketika perang melawan Rusia ia menjadi tangan kanan bapaknya di kelompok “milisi Kadyrov” yang berlanjut ketika ayahnya menjadi Presiden.
Ia adalah pejuang tangguh dan sangat terbiasa dengan “mesin kekerasan” perang gerilya menghadapi tentara Putin sebelumnya ayahnya menyerah dan bergabung dengan Rusia.
Ia mulai tersentuh dengan Putin, ketika Putin memberikan apa pun yang ia butuhkan, terutama uang dan berbagai persenjataan untuk kebutuhan ia sendiri dan milisi Kadyrov yang dipimpinnya.
Ia mulai memerangi dan mengkesekusi teman-teman ayahnya dan teman-temannya yang masih memberontak melawan Rusia.
Dengan keberanian dan kecakapan yang dimilikinya, Putin mulai tartarik dengan Ramzan, dan setelah ayahnya meninggal ia segera dipromosikan menjadi Wakil Perdana Menteri I Chechnya pada umur yang relatif sangat muda.
Ia mulai dibina dengan baik oleh Putin.
Hanya sekitar 17 bulan setelah menjadi Wakil Perdana Menteri, ia segera menjadi Pejabat pelaksana Perdana Menteri menggantikan Segey Abramov yang mengalami kecelakaan bermotor pada November 2005.
Dengan dukungan Putin, 6 bulan kemudian ia menjadi Perdana Menteri Chechnya pada umur 29 tahun.
Ketika Moscow memutuskan untuk membangun kembali Chechnya, terutama ibu kota Grozny dengan menyediakan uang yang banyak, Ramzan adalah salah seorang penentu lapangan yang paling menentukan.
Banyak pengamat yang menulis, sekalipun Ramzan cukup banyak menggambil uang untuk kepentingan pribadinya, akan tetapi ibu kota Grozny tetap terbangun dengan cukup baik.
Dan bagi Ramzan, itu adalah peluangnya yang paling besar menggunakan uang untuk kepentingan politik, baik untuk pembiayaan mesin politiknya, maupun kepentingan narasi kepentingan masa depan politiknya.
Salah satu impresi yang membuat ummat Islam dunia berdecak kagum adalah ketika Chechnya meresmikan sebuah masjid negara yang cukup indah di Ibu Kota Grozny.
Masjid yang dibangun dengan dana mendekati 300 miliar rupiah disebut sebagai masjid terbesar dan terindah di Eropa.
Putin datang sebelum peresmian dan mengambil “manfaat” politik dari kunjungan itu yang mungkin dapat “ mengobati” hati umat Islam Chechnya dan mungkin juga umat Islam internasional.
Ia berupaya memisahkan image antaragama dan politik, mengingat tindakan pembantainnya yang tak kenal ampun dalam perang Chechen, terutama dengan membom ibu kota Grozny rata dengan tanah pada tahun 1999.
Ramzan segera menjadi “anak” Putin, dan kemudian hari bahkan Putin mengaku kepada media ia sudah menganggap Ramzan sebagai anaknya.
Ketika umur Ramzan mencapai 30 tahun-umur minimum untuk menjadi kepala negara Chechen menurut konstutisnya, Ramzan akhirnya menjadi Presiden.
Ramzan kemudian menjadi orang yang sangat dekat degan Putin, dan bahkan Ramzan kemudian menjadi “jembatan” psikologis yang membuat umat Islam mulai lebih berimbang dan bahkan lebih simpatik dalam melihat Rusia, dan bahkan Putin sekalipun.
Putin tentu saja bukan orang bodoh.
Ia adalah mantan perwira KGB, dan tahu benar, bahkan ahli dalam propaganda dalam menghadapi lawan.
Di tengah kebencian umat Islam kepada AS pascabom TwinTower 2001, ia menemukan individu sekaliber Ramzan Kaydirov yang sudah menjadi sekutunya, yang cerdas, berani, dan brutal.
Putin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Baca juga: Profil Ramzan Kadyrov Pemimpin Chechnya, Mantan Pemberontak Kirim Pasukan Bantu Rusia Serang Ukraina
Baca juga: Chechnya, Republik Islam Dalam Negara Rusia: Hidup Modern, Mode Kelas Atas dan Hukum Syariah
Strategi Putin dan Keberanian Ramzan
Melihat respons positif muslim dunia terhadap pekerjaan Kadyrov membangun masjid di ibu kota Grozny, Putin mendukung pembangunan serupa di Moskow.
Ia membantu membangun masjid terbesar yang mampu menampung 10.000 jamaah, melayani 2 juta penduduk Moskow yang baru mempunyai 4 buah masjid.
Terlepas dari berbagai kekurangan itu, acara itu lagi-lagi menjadi momen “sambung rasa” antara Putin-Rusia dan ummat Islam.
Cukup banyak tokoh dan pemimpin Islam yang hadir, dan dua diaantaranya adalah Presiden Turki Recep Tayep Edogan, dan Presiden Palestina, Mahmud Abbas.
Strategi Putin dan keberanian Ramzan dalam berbagai hal juga membuat Rusia mendapat tempat di hati sebagian umat internasional.
Sebelum menjadi Presiden, yakni ketika Ramzan mulai menjabat Perdana Menteri, ia menjadi kepala negara di dunia yang memerangi LGBT, dan memerintahkan untuk eksekusi publik kalau perlu.
Putin juga membiarkan Kadyrov menjalankan syariat Islam di negara bagian Chechnya itu kepada Ramzan Kadyrov.
Pada tahun 2010, ia membiarkan seruan sejumlah ulama tentang penembakan terhadap rumah makan dan restoran yang buka pada siang hari pada bulan Ramadhan.
Seruan Ramadan tentang kewajiban jilbab pada juga terjadi di sejumlah tempat, dan bahkan dipuji oleh Ramzan dalam wawancara TV sebagai penerapan hukum syariah yang benar.
Pada waktu lain, Ramzan juga kadang terlihat hati-hati, menyatakan ia tidak melaksanakan hukum berbasis syariat Islam di Chechnya.
Ia membenarkan tindakan dan ucapannya sama sekali ditujukan hanya untuk menegakkan ketertiban sehari-hari di negerinya.
Ia kadang menyatakan tidak mau pelaksanaan pemerintahan di Chechnya berlawanan dengan konstitusi negara induknya Rusia.
Putin tentu saja tidak berkomentar walaupun dalam beberapa hal ia mempunyai posisi yang tak sama dengan Ramzan.
Yang pasti bagi Putin, ia tahu benar psikologi umat Islam, dan ia tahu benar memanfaatkan Ramzan dalam membangun narasi politiknya yang cukup canggih.
Pembaca mungkin ingat dengan kemarahan umat Islam terhadap pembuat kartun Nabi Muhammad SAW dari Perancis Charlie Hebdo, dalam sebuah konferensi pers tahun 2020.
Hal itu telah disampaikan oleh Putin kepada Oliver Stone pada tahun 2017 dalam wawancaranya dengan bintang film, Oliver Stone.
Jauh sebelum itu pada bulan Januari 2015, Ramzan Kadyrov menghadiri demo besar-besaran yang memprotes kartun itu yang dihadiri oleh sekitar 500.000 ribu pendemo.
Ramzan hadir dan mengecam keras dan bahkan mengancam pembuat kartun itu.
Simpati umat Islam global mulai mengalir kepada Ramzan yang berani, dan itu dimengerti oleh Putin dengan baik.
Sikap Ramzan itu yang disambung oleh Putin, terbukti menjadi narasi Putin yang luar biasa dalam berkomunikasi dengan umat Islam memasuki perang dengan Ukraina.
Ketika ia didatangi oleh sekutu dekatnya, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, dua hari setelah perang Ukraina dimulai, ia menggunakan kesempatan itu untuk menyentuh kembali hati umat Islam.
Imran Khan begitu keluar dari pertemuan dengan Putin langsung menyatakan dalam konfrensi pers, bahwa ia sangat senang karena ada pemimpin dunia sekaliber Putin yang komit dan mengecam pembuatan kartun Nabi Muhammad SAW yang telah melukai hati umat Islam.
Putin Kecil
Kenapa Ramzan Kadyrov disebut dengan “Putin kecil”?
Ada cukup banyak kemiripan antara Ramzan dengan Putin.
Yang pertama ia adalah sosok “macho” yang menimbulkan kesan kejantanan sejati.
Ia pemberani, dan kalau sudah marah, ia menjadi brutal, dan tak mengenal belas kasihan.
Ia telah menjadi pemimpin Chechnya sekitar 15 tahun dengan melakukan cara “apapun” seperti yang dilakukan Putin terhadap Rusia.
Ramzan juga masih memelihara “milisi Kadyrov” dan kadang sukar dibedakan dengan tentara resmi Chechnya.
Mereka mempunyai reputasi sebagai pasukan yang paling berani, paling ditakuti, dan paling kejam.
Ketika media Rusia menulis tentang Ramzan Kadyrov bersama tentaranya berangkat ke Ukraina, itu adalah teror perang psikologis untuk menakut-nakuti rakyat dan pemerintah Ukraina.
Berbagai media yang menulis tentang Ramzan, baik di Barat, Eropa, dan berbagai tempat lain di dunia, bahkan sejumlah media Timur Tengah menyebutkan pemerintahan Ramzan sebagai otoriter.
Ia dalam banyak hal dikaitkan dengan penculikan dan penyiksaan, terutama terhadap warga Chechnya yang terus memeberontak melawan pemerintah Rusia.
Ketika nama Ramzan, atau milisi Ramzan disebut, diharapkan tentara dan penduduk kota Ukraina, utamanya Kiev akan langsung pergi, karena tidak mau berurusan dengan pasukan perang yang brutal, mengerikan, dan tak kenal ampun dan akan melakukan penyiksaan sesuka mereka.
Ramzan dan pasukannya dikesankan persis seperti generasi pertama pengusiran orang-orang Arab Palestina oleh kelompok Yahudi di bawah pimpinan Menachim Begin yang bengis dan kotor.
Ramzan juga adalah orang yang paling setia kepada Putin.
Ia bahkan memproklamirkan dirinya penjaga dan pengawal setia Putin.
Dia tidak hanya akan melawan pihak yang mengeritik dan tokoh oposisi yang melawan Putin.
Ramzan bahkan menyerukan agar Putin dikukuhkan sebagai presiden seumur hidup, karena Rusia butuh orang kuat.
Dan Putin tentu saja senang dengan kesetiaan Ramzan yang tak mengenal batas itu.
Ketika pengeritik keras Putin, Boris Nemtsov ditembak mati oleh dua orang Chechnya di jembatan dekat dengan kompleks Kremlin, Ramzan memuji penembak itu Zaur Dayadev dan Anzor Gubashev.
Ramzan bahkan menyebutkan kedua mereka sebagai patriot sejati Rusia, karena Nemstov diangap sebagai kaki tangan Barat.
Tak lama setelah itu Ramzan mendpatkan bintang saya lencana tertinggi negara Rusia yang diberikan oleh Putin.
Pembunuhan itu dikaitkan dengan Ramzan, namun belum terbukti sampai hari ini.
Ia juga kadang terkesan angkuh dan tak peduli dengan perasaan orang lain.
Ketika ia ditanya tentang berbagai kritik, ia menjawab, "The dog barks, but the caravan moves on”, anjing mengonggong kafilah berlalu.
Ketika ia berkomentar terhadap tulisan dan kecaman terhadap dirinya, kadang ia berkomentar, “saya bahkan tak menganggap mereka sebagai orang-manusia.”
Setelah pembunuhan Nemtsov, Ramzan tidak lagi hanya ditakuti di Chechnya.
Kini ia ditakuti di seluruh Rusia, karena bukan tidak mungkin pengeritik dan politikus oposisi yang melawan Putin akan menemui ajalnya dengan orang-orang Ramzan.
Tidak hanya itu, seluruh pemuka pemberontakan Chechnya yang tersebar di berbagai tempat di dunia kini tak aman, karena Ramzan mengirim penembak terbaiknya untuk membunuh mereka.
Pembunuhan misterius terhadap tokoh-tokoh pemberontak Chechnya pada tahun 2019 di Viena - Austria, Istanbul- Turky, dan Dubai telah dikaitkan dengan nama Ramzan.
Di sebalik berbagai reputasinya itu, Ramzan juga menyukai jika dirinya menjadi selebriti, dan ia senang juga bergaul dengan selibriti dunia.
Pada tahun 2011, untuk merayakan hari ulang tahunnya, bersamaan dengan peringatan ulang tahun kota Grozny, ia mengundang bintang film otot terkenal Hollywood, Jean-Claude Van Damme, aktis cantik Hillary Swank, dan pemain biola terkenal Vanesa Mae.
Ramzan juga berkawan dekat dengan bintang fim senior Perancis, Gerard Papardeu, petinju terkenal Mike Tyson, bintang film cantik Inggris, Eizabeth Harley, dan bintang film laga Steven Seagal.
Ramzan, pemimpin Chechnya memang penuh kontrvesial, ia dekat dengan Putin, dan Putin dekat dengan dia.
Perkawanan bisa saja lebih dari persekutuan politik, sekalipun ketika kepentingan menjadi dilema, sebuah pilihan mesti dilakukan.
Dalam hal Vladimir Putin dengan “Putin Kecil”- Ramzan Kadyrov, seorang pun tak tahu siapa membutuhkan siapa.(*)
*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI