Berita Jakarta
Ribuan WNI Jadi Korban Propaganda, Densus Cokok 5 Teroris Medsos
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menyebut bahwa ribuan Warga Negara Indonesia
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menyebut bahwa ribuan Warga Negara Indonesia (WNI) telah menjadi korban propaganda yang kerap menggunakan narasi agama selama 20 tahun terakhir.
"Mereka berjihad di dalam dan luar negeri untuk perjuangan yang sia-sia," kata Boy Rafli saat melakukan kunjungan kerja ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kemarin.
Dalam kunjungannya itu, Boy menemui para tokoh agama dan tokoh adat di Banjarmasin.

Mereka kemudian mendeklarasikan Kesiapsiagaan Nasional Cegah Radikalisme Terorisme.
"Deklarasi ini untuk membangkitkan semangat mencegah radikalisme dan terorisme.
Tujuannya adalah utuhnya NKRI," kata Boy.
Mantan Kapolda Papua itu mengatakan, kesiapsiagaan nasional merupakan langkah penting di tengah gempuran propaganda radikal terorisme di dunia maya.
Layaknya virus, kata Boy, radikal terorisme di era kemajuan teknologi informasi saat ini menyebar lebih cepat dan menjangkit semua kalangan.
Karena itu ancaman terorisme dan radikalisme harus segera disikapi dengan tegas.
Baca juga: Densus 88 Sudah Tangkap 56 Anggota Jaringan Terorisme Per Maret 2022
Baca juga: Ketika Densus 88 Ajak Empat Eks Napi Teroris Aceh Ngaji Bareng Gus Baha di Rembang Jawa Tengah
Pasalnya sudah banyak kisah anak muda yang memilih bergabung dengan jaringan teror karena berinteraksi di dunia maya.
Sementara saat menghadiri kegiatan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan Bidang Perempuan dan Anak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Boy menyatakan pentingnya peran perempuan dalam pencegahan terorisme.
Pasalnya, kaum perempuan dimanfaatkan teroris untuk melakukan aksi teror secara langsung.
Perempuan dalam terorisme memang telah mengalami transformasi.
Perempuan tidak hanya berperan sebagai pendukung, tetapi aktor utama dalam terorisme, mulai dari perekrutan hingga eksekutor.
"Perempuan adalah kelompok rentan yang menjadi korban propaganda radikal terorisme.
Terlebih, saat ini propaganda tersebut dengan mudah ditransmisi melalui ruang digital yang berpotensi melahirkan aktor tunggal atau lone-wolf dalam aksi terorisme," terang Boy.
Boy mengacu hasil survei yang dilakukan BNPT tahun 2020 yang menunjukkan indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan, urban, generasi Z dan milenial, serta mereka yang aktif di internet dan media sosial.
"Episentrum terorisme bergeser ke kaum hawa untuk jadi pelaku bom bunuh diri, agen informasi dan logistik untuk mendukung kegiatan terorisme.
Baca juga: Terduga Teroris JI Tewas Ditembak Densus 88 di Sukoharjo, Dilumpuhkan Berupaya Melukai Petugas
Keterlibatan perempuan dan anak ini menjadikan mereka korban," jelasnya.
Karena itu Boy mendorong perempuan menjadi garda terdepan dalam mencegah radikalisme dan terorisme di lingkungan keluarga.
Ia berharap perempuan dengan segala potensinya dapat memberi teladan dan mengajarkan arti toleransi, serta menjadi promotor perdamaian di lingkungan keluarga dan masyarakat.
"Perempuan pemegang peran strategis, simbol ketahanan keluarga.
Kita harus bersama-sama berkolaborasi mengingatkan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap radikalisme yang eksklusif," tuturnya.
Terpisah, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri meringkus total lima tersangka yang diduga kelompok pendukung Negara Islam dan Suriah (ISIS) sepanjang Maret 2022.
Lima tersangka itu disebut pengelola media yang menyebarkan propaganda kelompok teroris tersebut.
"Benar (5 ditangkap)," kata Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar, Kamis (24/3/2022).
Kelima tersangka yang ditangkap itu masing-masing berinisial MR, HP, MI, RBS, dan DK.
Mereka ditangkap pada 9 hingga 15 Maret di beberapa lokasi yang berbeda, yakni Kabupaten Kendal, Jakarta Barat, Lampung, dan Tangerang Selatan.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, 5 orang yang ditangkap itu bukan anggota kelompok teroris Jamaah Islamiah (JI) maupun Jamaah Ansharut Daulah (JAD), melainkan anggota kelompok teroris media sosial.
Namun, dia tidak menjelaskan secara rinci jaringan kelompok ini.
"Kami sampaikan bahwa 5 pelaku tindak pidana terorisme itu bukan merupakan jaringan kelompok JI maupun JAD melainkan masuk dalam kelompok media sosial jadi kelompok teroris media sosial," ujar Ramadhan.
Ia menuturkan keterlibatan para tersangka mengedit video-video dukungan terhadap gerakan ISIS.
Selain itu mereka juga membuat video untuk mendukung gerakan terorisme di Indonesia.
"Keterlibatan tersangka sebagai editor video channel media sosial Annajiyah Media Centre dan pemilik akun IG infoakhirzaman yang memposting poster maupun video daulah.
Kemudian para tersangka juga merupakan editor video tentang wasiat Ali Kalora yang berjudul The Land Of Poso," jelas Ramadhan.
Ramadhan menyatakan bahwa para tersangka juga diduga terhubung dengan bagian propaganda ISIS di Timur Tengah. (tribun network/gle/igm/dod)
Baca juga: Saksi: Munarman Aktif Terlibat dalam Pembuatan Buku Putih TP3 Sebelum Ditangkap Densus 88
Baca juga: Sidang Lanjutan, Munarman Sebut Densus 88 Salah Memahami Isi Ceramahnya soal Syariat Islam